jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 31 Maret 2010

Mengapa Harus Artis?

Nama Yulia Rahmawati atau yang lebih dikenal dengan nama Julia Perez (30) kembali bikin heboh. Pasalnya, artis yang kerap berpenampilan seksi ini mencalonkan diri sebagai bakal calon Bupati Pacitan, Jawa Timur. Apa yang dilakukan Julia Perez semakin menambah panjang deretan artis yang mencoba menjajal kepiawaiannya dalam memimpin suatu wilayah. Sebelumnya sempat muncul nama Ayu Azhari sebagai bakal calon Wakil Bupati Sukabumi.

Munculnya nama Julia Perez menjadi tanda tanya, mengingat selama ini dia tidak pernah berkecimpung di dunia politik atau pemerintahan. Seperti halnya warga negara yang lain, para artis juga memiliki hak yang sama dalam berpolitik sehingga sah-sah saja jika mereka juga berambisi menjadi calon pemimpin daerah.

Namun, artis yang maju ke kancah kandidat pejabat daerah juga harus dikritisi seperti figur-figur lainnya. Jangan sampai, mereka hanya mengandalkan popularitas belaka, tanpa membekali diri dengan pemahaman yang jelas dalam memakmurkan dan menyejahterakan rakyat.

Figur yang hendak mencalonkan diri memimpin satu daerah, harus memiliki visi dan misi yang jelas mengenai pembangunan daerah yang ingin dipimpinnya. Dia juga harus menguasai seluk-beluk dan potensi yang dimiliki daerah tersebut, serta cara mengelolanya. Pengetahuan tentang tata pemerintahan juga menjadi syarat mutlak bagi yang bersangkutan.

Selain itu, satu hal yang penting, calon yang berangkat dari partai politik juga harus memahami platform, ideologi serta garis perjuangan partai. Ini penting karena calon pemimpin yang dicalonkan partai politik harus bisa menyinergikan platform dan garis perjuangan partai dalam kepemimpinannya.

Ketika partai politik lebih memilih para artis dari pada para kadernya sendiri untuk dijagokan sebagai pemimpin daerah, patut dipertanyakan program kaderisasi yang berlangsung. Partai politik selaku pengusung para calon pemimpin daerah mestinya tidak sekadar mengukur para calon dari tinggi rendahnya elektabilitas figur yang diusungnya berdasarkan keterkenalan belaka. Partai harus berpikir, apakah artis yang dicalonkan hanya mengandalkan ketersohoran belaka ataukah sudah membekali dirinya dengan kualitas sebagai seorang pejabat pemimpin daerah? Masyarakat yang menilainya. (***)


Sumber: Harian Joglosemar Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar