jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 19 Oktober 2011

Da’i = Dadakan Iso...

Oleh: Cahyadi Takariawan

“Pak Cah, tolong Ahad siang mengisi acara untuk para pengelola kaderisasi, tempatnya bla..bla..bla..” demikian Dr. Sukamta menelpon saya Jumat malam (30 September 2011).

“Bukannya ustadz Musyaffa yang mengisi acara tersebut?”
tanya saya.

“Semula begitu, namun mendadak ada berita beliau berhalangan hadir ke Yogyakarta, karena ada acara di Jakarta”, jawab Dr. Sukamta.

“Oke, siap”, jawab saya. Saat itu saya tengah silaturahim ke rumah ustadz Makruf Amary di Warung Boto, Yogyakarta. Sayapun sekalian minta “bekal” ustadz Makruf, apa materi yang perlu saya sampaikan untuk menggantikan ustadz Musyaffa tersebut.

Begitulah salah satu “kemanfaatan” orang yang dianggap tua. Harus siap menggantikan para muwajih yang berhalangan datang ke Yogyakarta. Barusan kemarin menggantikan Dr. Hidayat Nurwahid di acara Islamic Book Fair, kini harus siap menggantikan ustadz Musyaffa Ahmad Rahim, Lc.

Kata ustadz Khudhori, Lc, itulah yang namanya DAI, alias “dadakan iso”, maksudnya selalu bisa kalau diminta mengisi acara secara mendadak.

Sepulang ke rumah, saya pun segera menyiapkan bahan untuk mengisi acara tersebut. Alhamdulillah, sudah merasa menemukan bahan yang sesuai forum.

Sabtu pagi, salah seorang panitia acara menyampaikan kepada saya kalau ustadz Musyaffa memastikan datang ke Yogyakarta. Beliau bisa mengatur waktu sehingga tetap hadir mengisi acara di Yogyakarta.

“Tapi kami minta Pak Cah tetap hadir memberi taujih”, ungkap panitia.

“Siap !” jawab saya.

Ahad pagi saya menuju Pantai Goa Cemara di Bantul terlebih dahulu, untuk mengisi Family Gathering yang dilaksanakan aktivis dakwah se Bantul. Saat itu saya mendapat konfirmasi bahwa ustadz Musyaffa telah hadir di Yogyakarta. ALhamdulillah saya merasa lega. Beliau akan mengisi acara mulai siang bakda dhuhur.

Sore selepas Asar saya menuju lokasi, dan acara taujih ustadz Musyaffa sudah berakhir. “Kemana sekarang ustadz?” tanya saya kepada beliau.

“Klatak”, jawab beliau mantap. “Aku melu“, saya langsung bergabung dengan ustadz Musyaffa dan para panitia menuju Sate Klatak di Jejeran, Wonokromo, Bantul.

Beginilah Da’i. Dadakan Iso. Harus siap menggantikan, siap pula tidak jadi menggantikan. Beruntung bisa ikut makan klatak bersama ustadz Musyaffa sore itu…..

Sumber: Cahyadi Takariawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar