SUKOHARJO. Belum lagi musim kampanye Pilkada Sukoharjo dimulai, suasana mulai memanas. Belum lama ini telah ditemukan praktik-praktik black campaign (kampanye hitam) yang ditujukan kepada salah satu pasangan Balon Bupati, Wardoyo-Haryanto yang diusung PDIP.
Black campaign yang menyudutkan pasangan Wardoyo-Haryanto tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan di tembok gapura di kompleks Balai Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo.
Selain pasangan Wardoyo-Haryanto, black campaign juga ditujukan kepada institusi Kodam IV Diponegoro dan sejumlah nama yang identik dengan beberapa nama petinggi militer. Kalimat yang ditulis dengan tinta merah tersebut berbunyi : “Sutanto bintang dua Kodam IV Diponegoro Buru Wardoyo Wijaya PKI asli cincang Madiun.”
Menanggapi tulisan bernada menghasut dan bernada pembunuhan karakter tersebut, Komandan Kodim 0726 Sukoharjo, Letkol Arm Djonny Indramawan mengatakan, pihaknya langsung mengerahkan pasukan untuk mencari oknum yang melakukan tindakan tersebut.
Pasalnya, praktik tersebut dinilai sudah membawa nama institusi militer dalam dunia politik. “Hasil laporan dari anak buah saya bahwa ada tulisan yang intinya mendiskreditkan seseorang serta menyangkut institusi militer. Sehingga kita akan mencari oknum yang melakukannya,” terangnya, Senin (5/4).
Djonny juga mengatakan, selaku institusi militer pihaknya tidak terlibat sama sekali dalam dunia politik sebagaimana ditujukan oleh tulisan tersebut, meskipun dalam kata-kata tersebut ada tulisan “TTD Kodam IV Diponegoro”. “Sebab sesuai dengan sumpah prajurit, sikap TNI netral dalam Pemilu, khususnya Pilkada di Sukoharjo,” tegas Djonny.
Selain itu, kata Djonny, ada empat nama yang disebut-sebut dalam tulisan tersebut, yakni Wardoyo, Haryanto, Joko Santoso dan Sutanto. Namun, maksud dan tujuan tulisan tersebut sampai saat ini belum diketahui. “Dan ini jelas sudah masuk ke dalam bentuk-bentuk seperti kampanye hitam,” ujarnya.
Tiga Lokasi
Lurah Desa Mulur Sugeng, saat dimintai konfirmasi terkait adanya tulisan tersebut belum dapat menjelaskan. ”Yang jelas tulisan bernada kasar tersebut berada di tiga lokasi, di antaranya di papan pengumuman desa, gapura dan di ruang tunggu kantor desa,” jelasnya.
Terpisah, Wardoyo mengatakan hal seperti itu tidak perlu ditanggapi. “Tidak perlu ditanggapi sebenarnya. Ya, biarkan saja ada orang yang menulis seperti itu. Becik ketitik ala ketara-lah, Mas. Tidak perlu juga saya sampai ingin tahu siapa orang yang membuat tulisan itu,” kata Wardoyo.
Wardoyo menambahkan bahwa dirinya tak merasa tersinggung dengan tulisan-tulisan semacam itu. Yang disayangkannya justru mengapa oknum tak bertanggung jawab itu sampai harus mencatut nama institusi keamanan seperti Kodam.
“Kalaupun dipaksakan saya dikatakan PKI. PKI itu tahun berapa? Saya lahir tahun 1960, sedangkan PKI pecah di sini tahun 1965. Masa anak lima tahun bisa ikut PKI,” tegasnya. (mal/son)
Sumber: Harian Joglosemar Online
Wardoyo dihujat melalui vandalisme di tembok Balaidesa Mulur
Sukoharjo (Espos). Ketua DPC PDI Perjuangan Wardoyo Wijaya dihujat sebagai PKI. Hujatan bernada teror itu ditulis di tembok pagar balaidesa Mulur, Bendosari.
Keterangan yang dihimpun Espos, Senin (5/4) menyebutkan, aksi vandalisme di tembok pagar balaidesa itu diketahui Senin pagi dan langsung buru-buru ditutup dengan poster sosialisasi sensus penduduk. Tulisan yang dibuat dengan menggunakan spidol merah itu, juga mencatut Kodam IV Diponegoro.
Secara rinci teror yang ditulis dengan tidak beraturan itu berbunyi Sutanto Kodam IV Diponegoro buru wardoyo W PKI asli cincang Madiun, dalam tulisan tersebut juga tertera simbol dua bintang.
Setelah didokumentasikan, sekitar pukul 11.00 WIB tulisan itu langsung dihapus oleh beberapa orang perangkat desa.
Selain di tembok pagar, aksi vandalisme yang belum diketahui pelakunya tersebut sebelumnya juga terdapat di papan pengumuman balai desa dan ruang tunggu.
Hanya saja, kedua tulisan yang ada di lokasi tersebut diketahui, Minggu (4/4) sekitar pukul 14.00 WIB oleh salah seorang perangkat desa setempat bernama Suranto dan langsung dihapus.
Rangkaian tulisan yang ditulis di beberapa tempat di area balai desa Mulur tersebut langsung membuat geger. Beberapa anggota TNI termasuk beberapa perwiranya, Senin tampak mendatangi balai desa.
Begitu juga dengan aparat kepolisian Bendosari yang juga ikut turun ke lokasi.
Kepala Desa Mulur, Sugeng Purwoko enggan berkomentar mengenai masalah tersebut. Bahkan, yang bersangkutan justru meminta Espos, untuk tidak meliput kejadian tersebut.
Sumber: Solopos Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar