"Aneh; Saya dan istri, pemenang musabaqah Kitab Kuning PKB Provinsi
Gorontalo, dibatalkan mengikuti final musabaqah di Jakarta, karena
diketahui sebagai kader PKS," begitu tutur Luqmanulhakim Abubakar di wall Facebooknya, Ahad, 10 April 2016.
Lebih lanjut alumnus Abna Alkhairat ini menuturkan kronologisnya melalui "Surat Terbuka" yang beredar di media online:
Surat Terbuka ini saya buat sebagai bentuk evaluasi kepada pengurus
Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Gorontalo, khususnya panitia
pelaksana, dan agar dapat menjadi pelajaran bagi teman teman yang ikut
dalam lomba Musabaqah Qiraatul Kutub yang dilaksanakan oleh PKB di
seluruh Indonesia.
Cerita ini berawal dari telpon pak Amrullah Hasiru, yang mengaku sebagai
orang berpengaruh di Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa
Provinsi Gorontalo, sekitar pukul 8 tanggal 7 April 2016. meminta saya
menjadi dewan hakim pada Acara Musabaqoh Kitab Kuning (Lomba Membaca
Buku Klasik Arab Tanpa Tanda Baca) PKB, yang akan dilaksanakan 8 Juli
2016. Saya meminta waktu untuk mengecek jadwal aktifitas saya yang lain.
Sore hari tangal 6 April ia kembali menelpon. Kali ini ia menyampaikan
bahwa nama saya telah diusulkan ke DPP PKB untuk menjadi dewan hakim.
Kami berbicara banyak tentang kriteria penilaian, kitab yang akan
dilombakan, dan gambaran umum lomba. Sebelumnya saya sudah melihat
pamplet lomba beredar di media sosial. Babak penyisihan lomba ini
dilaksanakan di 20 propinsi se Indonesia. Finalnya akan dilaksanakan di
Jakarta, Graha Gus Dur DPP PKB, 12-13 April.
Ia juga menjelaskan beberapa bahwa peraturan lomba telah dirubah. Jika
awalnya peserta adalah santri berusia 17-25 tahun, maka kini di izinkan
hingga batas usia 30 tahun. Tentu yang dimaksud bukan santri di jenjang
pendidikan madrasah. Sebab usia santri di sekolah formal biasanya
maksimal 20 tahun. 30 tahun berarti membuka peluang kepada siapapun yang
masih nyantri, tinggal belajar di pondok pesantren, walaupun telah
berkeluarga, bekerja atau kuliah, asal usianya masih cukup.
Ketika ia tahu usia saya masih 29 tahun, ia meminta saya menjadi peserta
saja. “Tidak usah jadi dewan hakim, kita butuh peserta berkualitas.
Saya dengar dari salah satu Kiayi di Kota Gorontalo, Bapak Luqman yang
terbaik”, demikian ia membujuk. Saya bingung, meminta waktu berpikir,
dan akhirnya mengiyakan.
Ia terus berkomunikasi via telepon. Memastikan saya akan datang
mengikuti lomba yang dilaksanakan di Pesantren Hubulo, Bone Bolango. Ia
juga meminta saya mendaftarkan nama-nama lain untuk mengikuti lomba. Ia
mengirimkan surat resmi ke Pondok Pesantren kami. Berharap lebih banyak
pendaftar untuk meramaikan kegiatannya,
Masih melalui telepon kami membicarakan masalah transportasi. Pesantren
kami berjarak kurang lebih 150 km dari tempat pelaksanaan lomba. Kami
membicarakan semua opsi termasuk perkiraan biayanya. Jika menginginkan
peserta dari tempat yang jauh tentu perrlu memikirkan transportasinya.
Lalu disepakati, kami meminjam mobil rental, biayanya panitia yang
tanggung.
Tanggal 8 April di Mesjid Hubulo untuk kali pertama saya bertemu langsung. Lomba dimulai pukul 9 pagi. Ketika mengundi nomor urut tampil saya mendapat giliran ke 25, istri saya ke
23. Lama menunggu, kami tampil menjelang magrib. Alhamdulillah, semua
berjalan dengan baik.
Ketika dewan hakim mengumumkan pemenang, saya dan istri mendapat
peringkat terbaik. Saya meraih juara 1 putra dan dan istri saya meraih
juara 1 putri.
Saat penutupan acara itu pak Amrullah tidak terlihat lagi. Saya juga
tidak melihat pengurus PKB yang lain. Akhirnya dewan hakim dari
Pesantren Hubulo menutup acara. Sangat sederhana, tanpa piagam, atau
sertifikat, atau cinderamata, atau hadiah, bahkan tanpa sambutan dan
tanpa terlihat orang partai.
Di saat bersamaan, saya dan teman-teman pemenang lainnya membaca pamplet
acara lomba serupa oleh PKS Sulawesi Tengah, berhadiah bantuan 10 juta
rupiah biaya pendidikan untuk pemenang pertama.
Kami masih menunggu pak Amrullah selaku penanggungjawab kegiatan ini. Ia
datang kira-kira setengah jam kemudian. Rombongan kami dan rombongan
pesantren Al Falah Limboto bertanya tentang biaya transportasi. Ia
mengelak telah menjanjikan. Ia bahkan mulai bercerita tentang minimnya
dana kegiatan, tentang kegiatan musabaqah yang menurutnya adalah agenda
DPP PKB tapi merepotkan pengurus partai di daerah. Bla.. Bla.. Bla… Kami
diam. Apakah ini bukti benarnya analisa para penulis di media massa
yang menyatakan bahwa musabaqah ini lebih merupakan adu gengsi yang
melibatkan 2 partai besar di Indonesia. Tentang partai A yang
melaksanakan musabaqah karena merasa partai B telah menyerobot wilayah
pesantren dan kitab kuning yang merupakan basis mereka, sehingga
diadakanlah musabaqah tandingan, dan seterusnya. Wallahu A’lam.
Tanggal 12-13 April babak Final lomba akan dilaksanakan di Jakarta. Tapi
saya dan istri sebagai pemenang di tingkat Propinsi tidak lagi mendapat
informasi pemberangkatan. Tanggal 10 April saya mencoba menghubungi
beliau via handphone. Cukup lama sebelum tersambung. Itupun hanya
sebentar, sebab beliau sedang dalam perjalanan.
Pak Amrullah menyampaikan singkat. Saya dan istri dibatalkan untuk
mengikuti babak final, karena diketahui sebagai kader partai lain. Saya
cukup kaget pada awalnya. Sebab setahu saya lomba itu terbuka untuk
siapa saja yang cukup umur dan mondok di pesantren. Tidak ada
persayaratan tidak boleh kader partai tertentu atau afiliasi politik
tertentu. Emang kenapa jika saya kader partai A atau B? Bukankah
berpolitik adalah hak seluruh warga Negara? Lagi pula saya dan istri
diminta oleh Bapak Amrullah untuk ikut. Diminta berulangkali. Saya mulai
kecewa.
Di hari yang sama saya juga menghubungi Ibu Since Kadji, Ketua DPW PKB
Gorontalo. Jawaban yang saya terima mirip sama. Walaupun akhirnya
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo ini mengaku hanya menerima laporan dari
panitia. Kepada beliau saya tegaskan posisi saya dan istri sebagai
pemenang, dengan cara yang fair, legal dan jujur. Jika pun saya adalah
kader partai lain, juklak lomba tidak melarang. Saya tidak mendaftar
mewakili partai. Saya juga menegaskan tidak berambisi untuk mengikuti
babak final di Jakarta. Saya hanya ingin penjelasan. Jika hak saya
dihalangi, saya ingin ada penjelasannya. Itu saja. Dan saya tidak
mendapatkan penjelasan yang saya inginkan.
Dalam hal ini saya yakin, pak Amrullah dan panitia hanya pelaksana
sebuah kebijakan dari pimpinan yang ada di atas mereka. Saya juga yakin
jika pengurus DPP PKB di Jakarta akan menaruh perhatian terhadap masalah
ini. Tokoh-tokoh NU yang cerdas, nasionalis, berjiwa besar, dan anti
sentimen partai ada di sana. Ini akan menjadi catatan besar untuk
kegiatan yang sama di kemudian hari.
Sumber: Portal Piyungan
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar