dakwatuna.com - Saya sangat menghormati sebuah media
besar nasional seperti Metro, tapi dengan terbitnya tulisan “Pukulan
Telak Bagi PKS” yang ditulis oleh Bapak Suryopratomo pada hari Kamis, 31
Januari 2013 WIB ini saya merasa terpanggil untuk meresponnya, tanpa
mengurangi rasa hormat saya kepada beliau.
Mengapa tulisan seorang
Direktur Pemberitaan Metro TV, tidak memenuhi standarisasi kualitas
analisis dan jurnalistik? Saya tidak ingin masuk ke detail persoalan LHI
dan KPK tapi sebagai seorang akademisi, saya hanya ingin mengkritisi
tulisan tersebut.
Pertama, pandangannya berdasarkan
informasi-informasi yang belum final, “Ditahannya Presiden PKS karena
kasus korupsi seharusnya menunjukkan bahwa kita tidak pandang bulu dalam
menegakkan hukum”, mengapa bisa Bapak Suryopratomo ini jump to conclude
dalam menganalisis persoalan dengan jugde korupsi? Padahal proses
sedang berlangsung, dan belum tentu hasil akhir seperti yang disebut
beliau ‘korupsi’.
Ada perbedaan yang sangat besar antara ditahan
karena korupsi dengan ditahan untuk diperiksa: apakah betul terkena
korupsi, atau malah tidak bersalah. Itu dua hal yang sangat berbeda,
setidaknya itu yang saya pahami dari pada guru-guru jurnalistik Metro.
Kedua,
pandangan berdasarkan informasi yang diambil sepotong. “Sebelumnya
anggota PKS Misbahkun harus mendekam di dalam penjaran karena kasus
korupsi”. Ini jelas reduksi fakta karena secara real dalam kasus
Misbakhun, sudah terbukti ketidakbersalahannya.
Ketiga, pandangan
berdasarkan isu yang popular tapi tidak terbukti secara faktual. “Kader
PKS harus melakukan koreksi total, karena mereka sudah sejak lama
disorot memanfaatkan politik untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Isu daging impor bukan baru muncul sekarang ini saja. Sudah sejak tahun
2004, beberapa kader mereka dikaitkan dengan isu tersebut.”
Jika
kesimpulan akhir KPK dan pengadilan mengatakan bahwa LHI betul melakukan
tindak pidana korupsi, barulah tulisan Bapak Suryopratomo itu mempunyai
makna. Tapi itu belum terjadi. Atau jika asumsi bahwa sejak dulu
kader-kader PKS itu korupsi terbukti, barulah ia bisa berargumen
dengannya, tapi itu juga tidak pernah terjadi, sehingga idenya ini
berbekal informasi basi yang tidak berbobot.
Yang ada dalam
tulisan ini, dalam pengamatan saya, adalah usaha menggunakan
informasi-informasi invalid dan parsial untuk diramu dan dikonstruksikan
menjadi sebuah pandangan yang dalam bahasa beliau PKS tidak lagi
bersih, PKS korupsi, “Namun setelah Presiden PKS terkait persoalan impor
daging impor, maka kader PKS tidak bisa lagi hanya menyangkal. Mereka
harus melakukan koreksi total.”.
Tapi jika sebuah pandangan itu
berbahankan informasi-informasi yang tidak valid, maka pandangan itupun
sama cacatnya dan tidak berharga secara ilmiah. Kecuali, jika pandangan
cacat itu disebar secara massif, maka ketidakilmiahan itu akan
tertutupi, karena itu berarti bukan analisis kondisi yang dicari tapi
menyebar isu walaupun itu cacat, untuk kepentingan khusus.
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar