Sesungguhnya seseorang itu dituntut untuk selalu menutupi aib orang yang bermaksiat dan tidak membukanya di depan khalayak, namun justru berusaha membantunya agar dia dapat menjauhi maksiat tersebut. Di antaranya dengan jalan menunjukkan dan memberitahukan bahwa pintu tobat itu tetap luas dan terbuka kepadanya.
Karena sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dan taufik dan hidayah-Nya lebih dekat daripada urat lehernya sendiri, dengan catatan jika dia mau dan berkeinginan kuat untuk bertobat dengan penuh berserah dan ikhlas kepada-Nya.
Sebagian orang dengan sangat gigih membuang-buang umurnya hanya untuk mencari-cari kesalahan saudaranya sendiri dan menyebarkannya di depan khalayak ramai.
Padahal Allah sendiri telah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya dan memaafkan kesalahan mereka, ternyata justru ada diantara makhluk yang lemah ini enggan memaafkan kesalahn manusia, bahkan mencari-cari kesalahan dan menghancurkan pelakunya.
Abdur Razzaq bin Humaid dan Al-Khara’ithi meriwayatkan dari Miswar bin Makhrumah, dari Abdurrahman bin Auf, bahwa sesungguhnya dia berjaga malam bersama Umar bin Khathab padav suatu mala di Madinah. Ketika mereka sedang berjalan, maka ada lampu yang menyala pada sebuah rumah, sehingga mereka menuju rumah tersebut dan ternyata ada pintu yang terbuka. Di rumah itu terdengar suara-suara keras orang yang sedang bermaksiat, maka Umar berkata (sambil memegang tangan Abdurrahman bin Auf) , “Apakah kamu tahu rumah siapa ini?”
Ia menjawab,”Ini rumah Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf, mereka sedang meminum minuman keras”.
“Lalu bagaiman pendapatmu?”
Umar lalu berkata, “ Sesungguhnya kita telah melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, Allah berkata ,‘Janganlah kalian mencari-cari kesalahn orang lain’, sementara kita telah mencari-cari kesalahan orang lain.”
Lalu, Umar meninggalkan mereka”.
Renungkanlah, betapa banyak orang yang istiqomah menutupi dosa-dosa manusia, merasa kasihan kepada orang-orang yang bermaksiat, serta tidak putus asa dari mengharapkan keimanan orang-orang kafir, istiqomahnya orang-orang yang menyeleweng dan keikhlasan orang-orang munafik.
Ingatlah bahwa hati manusia itu berada diantara dua jari dari jari-jari Ar-Rahman. Allahlah yang membolak-balikkan hati manusia sekehendak-Nya.
Banyak orang yang sore hari beriman, esok pagi menjadi kafir.
Banyak pula orang kafir di pagi hari, ternyata sore hari dia telah beriman.
Sesungguhnya, nilai seseorang itu dilihat dari akhir kehidupannya.
Umar bin Khaththab berkata : “Apabila kamu melihat saudaramu tergelincir berbuat dosa, luruskanlah dan teguhkanlah ia serta berdoalah untuknya agar ia bertobat dan janganlah kamu menjadi pendukung setan untuk memusuhinya”.
Wallahu a’lam bishshowwab.
Sumber: Media Ukhuwwah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar