jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Jumat, 19 Maret 2010

Tega Tak Tega

Dari Sosialisasi Konsep Dasar Partai

PK-Sejahtera Online. Alhamdulillah, Sosialisasi Konsep Dasar Partai (SKDP) di DPD PKS Jakarta Selatan telah usai Ahad kemarin (14 Maret 2010). Setiap Sabtu dan Ahad selama 4 pekan dari bulan Februari hingga Maret 2010 DPD PKS Jaksel menyelenggarakan SKDP secara marathon. Tidak sedikit muwajjih / pembicara yang memberi apresiasi kepada Pengurus DPD atas telah terselenggaranya acara SKDP secara kontinyu dan istiqomah, meskipun panitia mengakui masih banyak kekurangan disana-sini.

Pada kelas Sabtu kemarin, kebetulan Sekum DPD menjadi pembuka acara dan moderator di kelas A. Kelas ini dibimbing langsung oleh Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS DKI Jakarta yang sekaligus Anggota Dewan DPRD DKI Jakarta; Ustadz Abdul Aziz Abdur Rouf, Lc, Al Hafidz. Dengan penguasaan ilmu syariahnya yang baik disertai hafalan ayatnya yang mumpuni, ustadz Abdul Aziz telah memukau semua peserta SKDP di kelas A tersebut. Terlebih lagi guyonan ustadz yang segar dan menyentil keimanan serta amalan harian para peserta, membuat para peserta tergelak dan merasa malu akan dirinya masing-masing.

Materi menjadi lebih menggigit ketika dibuka sesi tanya jawab. Ketika sekum DPD sebagai moderator membuka sesi pertama, langsung seorang kader akhwat mengacungkan jarinya penuh semangat. Tak disangka, sang akhwat ternyata tidak langsung to the point pada pertanyaan, tetapi justru memberikan latar belakang, argumen, pengalaman, dan berbagai pengetahuannya terlebih dahulu dengan panjang kali lebar. Moderator sudah mengingatkan kepada sang penanya untuk bertanya secara singkat dan padat, tetapi kurang digubris oleh sang akhwat.

Ketika telah selesai menyampaikan "orasi politiknya," sang akhwat bertanya kepada ustadz Abdul Aziz, "agak ribet ya ustadz," sang ustadz menjawab: "bukan agak ribet lagi...ribet..." katanya, tertawa gelak pun pecah di kelas itu. Walaupun ribet, ustadz Abdul Aziz ternyata tetap piawai memberikan arahan dan jawaban terkait pertanyaan sang akhwat, dan juga penanya lainnya.

Memasuki sesi dua, pertanyaan pun kembali di buka, dua orang sudah bertanya, dan sang akhwat orator tadi mengacungkan jari ingin bertanya lagi..."boleh tanya lagi nggak?" katanya, moderator menjawab: "boleh, tapi syaratnya singkat padat, langsung pada pertanyaan," "wah nggak bisa, nanti tidak paham masalah yang sesungguhnya," kata sang akhwat berargumen. "Tidak bisa, harus singkat padat," kata moderator bertahan, "ya sudah, kalo begitu nggak usah nanya aja sekalian" respon sang akhwat, "ya sudah nggak apa-apa, biar yang lain saja" kata moderator. Akhirnya, kesempatan pertanyaan diberikan pada peserta lain.

Setelah acara selesai, salah seorang peserta mendekati sekum DPD, "tega banget nih moderator, akhwat bertanya nggak dikasih," katanya sambil bercanda.

"ya tega tak tega, he..he..he.., habisnya sudah jam 12 dan mau break dzuhur, kalau dikasih kesempatan berorasi politik lagi tar kelamaan deh," jawab sekum DPD.

Hari Ahadnya, ustadz Abdul Aziz yang kembali mengajar berkata: "kelas hari ini, tidak seaktif kelas kemaren, sehingga pertanyaan kelas kemarin saya angkat lagi saja, he..he..he..." (rubi)


Sumber: PK-Sejahtera Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar