jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 30 Desember 2009

Catatan Akhir Tahun 2009 Kabupaten Sukoharjo ( Bag-1 )

Dari Kasus Pungli Konversi Hingga Pohon Tumbang


Geliat kehidupan di Sukoharjo sepanjang tahun 2009 diwarnai berbagai peristiwa menonjol. Kondisi sosial kemasyarakatan warga Kota Makmur yang cukup dinamis turut berperan dalam menyikapi segala persoalan yang mencuat di permukaan. Berikut catatan wartawan SOLOPOS, Lutfiyah dan Ayu Prawitasari yang disajikan dalam dua tulisan.
Di bidang ekonomi, masyarakat Sukoharjo sempat dibuat pusing dengan kelangkaan minyak hingga mengakibatkan mereka harus mengantre berjam-jam. Kondisi itu diperparah dengan melambungnya harga minyak yang jauh lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET).

Sekitar bulan Mei Pemkab menggulirkan program konversi minyak ke elpiji. Namun sayangnya program itu di awal-awal kurang berjalan dengan mulus. Di beberapa daerah kasus pungutan liar (Pungli) pembagian gas elpiji merebak, pungutan yang dibebankan pada warga nilainya bervariasi mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 10.000, kasus itu setidaknya cukup mencederai rasa keadilan bagi masyarakat kecil.

Pihak kepolisian kala itu bahkan sempat mengusut kasus itu, namun dalam perkembangannya kasus itu tenggelam dengan sendirinya. Program konversi sendiri akhirnya rampung sesuai target dan buntutnya di tahun yang sama atau tepatnya di awal bulan Oktober PT Pertamina kemudian menarik minyak bersubsidi di Sukoharjo. Bagi industri kecil yang selama ini mengandalkan minyak bersubsidi, kondisi itu sempat membuat mereka kelabakan.

Di bidang pertanian, masalah yang di hadapi petani bukan lagi masalah melonjaknya harga pupuk akibat terbatasnya produk di pasaran seperti halnya tahun lalu, yang menjadi masalah justru soal kekeringan yang belum juga teratasi khususnya di daerah rawan seperti di sebagian Kecamatan Bulu, Nguter, Bendosari dan Weru.

Petani di beberapa desa di Bendosari khususnya di atas Waduk Mulur berulangkali mengusulkan agar Pemkab Sukoharjo mau membantu meng”gol”kan proyek Dam 24 dan Dam 4J Karanganyar sebagai solusi untuk mengatasi kekeringan. Sayangnya hingga penghujung tahun petani hanya bisa gigit jari lantaran proyek itu belum terealisasi.

SULIT

Kesulitan memperoleh air rupanya tidak hanya dialami para petani, masyarakat di daerah kekeringan pada musim kemarau tahun ini juga masih harus merasakan sulitnya mendapatkan pasokan air bersih lantaran sumber-sumber air mengering. Kendati telah dibantu pasokan air dari PDAM, masyarakat tidak bisa dengan mudah mendapatkan air bersih setiap saat namun lantaran keterbatasan dropping air.

Masalah kekeringan yang terjadi setiap tahun di wilayah Sukoharjo bagian selatan, rupanya menyulutkan emosi bagi sebagian warga Desa Cemani.
Pasalnya tanpa ada sebab yang jelas, mereka diberi bantuan program penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) secara tiba-tiba. Kontan saja hal itu akhirnya sempat mendapat penolakan warga. Sebab, mereka mengaku tidak memerlukan bantuan sumur dalam Pamsimas lantaran air di wilayah itu melimpah.

Kasus penolakan warga yang sempat memanas dan membuat warga beberapa kali berjaga dan menggeruduk ke lokasi pembangunan sumur dalam itu bahkan sempat menyita perhatian jajaran kepolisian Sukoharjo. Masalah itu sendiri, berakhir setelah anggota Komisi IV DPRD turun tangan.
Kasus yang sempat menyita perhatian di akhir bulan November adalah tewasnya dua anggota polisi Sektor Weru tewas dan satu lainnya luka setelah tertimpa pohon di Desa Ngreco. Sebelumnya kasus serupa pernah terjadi di Desa Gentan, Bendosari yang menyebabkan dua orang tewas.

Di bidang hukum, wilayah Sukoharjo sepanjang tahun ini cukup aman terkendali. Namun ada juga kasus hukum lain yang hingga kini masih menanti untuk diselesaikan seperti robohnya tembok Tyfountex yang menewaskan tujuh orang. Dalam perjumpaan dengan Espos beberapa waktu lalu, Kapolres Sukoharjo AKBP Suharyono berkomitmen menyelesaikan kasus-kasus yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi jajarannya. Selain itu, pihaknya beserta selurut personel polisi siap mewujudkan keamanan dan ketertiban.

(Bersambung...)


Sumber: edisicetak.solopos.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar