“Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu” -Gus Dur-Jakarta (Espos). Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Mantan Presiden ke-4, KH Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur, berpulang ke rahmatullah, di RSCM, Jakarta, Rabu (30/12) pukul 18.45 WIB. Pemerintah pun meminta rakyat mengibarkan bendera setengah tiang selama satu pekan penuh sebagai bentuk penghormatan.
Sebelum mengembuskan napas terakhir, kesehatan mantan Presiden Abdurrahman Wahid merosot pada pukul 11.00 WIB. Tim dokter Kepresidenan menyatakan Gus Dur meninggal dunia pukul 18.45 WIB. Gus Dur mengalami komplikasi dan kritis pada pukul 18.15 WIB sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir.
”Dengan ini kami beritahukan bahwa Gus Dur telah meninggal dunia pada hari Rabu 30 Desember pukul 18.45 WIB,” ujar dr Jusuf Misbach dari tim dokter Kepresidenan di RSCM, Jakarta Pusat. Jusuf menambahkan Gus Dur dirawat sejak 26 Desember 2009 lalu dan kondisinya sempat membaik. ”Namun pada Rabu hari ini pukul 11.30 WIB kondisinya memburuk dengan komplikasi penyakit stroke, diabetes, jantung dan pada pukul 18.15 WIB kondisinya kritis. Tepat pukul 18.45 WIB beliau meninggal,” tegas dia.
Pada pukul 18.15 WIB, Gus Dur kritis. Pada petang itu, Presiden SBY sempat menjenguk Gus Dur di RSCM. Setengah jam kemudian, Gus Dur mengembuskan napas terakhir.
Seusai diberitakan Gus Dur meninggal, ratusan warga berdatangan ke RSCM. Demikian pula sejumlah pejabat maupun tokoh nasional. Saat Gus Dur dibawa keluar kamar 116 bagian Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM, putri Gus Dur, Yenny Wahid, tampak tak kuasa berjalan dan harus didorong di kursi roda. Jasad Gus Dur didorong di dalam keranda berlapiskan kain hijau. Sedangkan Shinta Nuriyah, istri Gus Dur yang mengenakan kerudung biru tampak pasrah didorong di kursi roda. Putrinya, Inayah, tampak sesenggukan berjalan tertatih di samping keranda.
Sementara itu, Presiden SBY mengajak seluruh rakyat Indonesia mulai Kamis ini mengibarkan bendera setengah tiang selama tujuh hari sebagai rasa duka dan berkabung. ”Negara ingin memberikan penghormatan tertinggi dalam acara pemakaman dan akan dilaksanakan di Jombang dengan upacara kenegaraan yang akan saya pimpin sendiri,” kata Presiden.
Pluralisme
Sedangkan Ketua MPR Taufiq Kiemas bertindak sebagai pemimpin upacara dalam pemberangkatan jenazah dari kediaman pribadinya di Jl Warung Sila No 30, RT 2/ RW V, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Presiden SBY tadi malam melayat jenazah Gus Dur di rumah duka, Ciganjur, Jakarta Selatan.
Sejumlah tokoh juga terlihat berdatangan ke kediaman Gus Dur antara lain Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, mantan Presiden BJ Habibie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Adnan Buyung Nasution, mantan Wapres Try Sutrisno, mantan Menristek AS Hikam, dan Menakertrans yang juga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Adnan Buyung yang ditemui di kediaman Gus Dur mengatakan, Gus Dur adalah tokoh agama yang mampu persatukan pluralisme beragama dan demokasi dengan mengakui agama Konghucu pada masa pemerintahannya.
”Indonesia kehilangan cendekiawan yang paling terkemuka,” katanya.
Wafatnya Gus Dur juga mendapat perhatian luas dari dunia internasional, salah satunya Belanda. Hampir semua media massa besar menempatkan Gus Dur di headline. Dia meninggal dunia Rabu (30/12) di RS setelah lama sakit, lansir harian Algemeen Dagblad mengutip sumber di PKB. Wahid sejak Selasa terbaring di ruang intensive care (rawat intensif) akibat gangguan pernapasan dan pendarahan dalam tubuhnya, demikian tulis De Volkskrant. Wahid adalah presiden Indonesia dalam tahun-tahun turbulensi 1999 sampai 2001.
Dia adalah salah satu tokoh yang mempercepat jatuhnya Presiden Soeharto di 1998, NRC Handelsblad melaporkan. Selain media massa cetak dan online, semua radio dan televisi Belanda juga mengabarkan kepergian Gus Dur.
Aktivitas Gus Dur sepekan sebelum wafat
Kamis (24/12)
Gus Dur ziarah ke makam pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang dan salah satu tokoh pendiri NU KH Bisri Syansuri. Gus Dur berencana ziarah ke makam Kiai Fatah di Pesantren Tambak Beras. Namun, kondisinya tiba-tiba menurun, Gus Dur dilarikan ke RSU Swadana, Jombang.
Karena peralatan di RSU Swadana kurang bagus, Gus Dur pun dilarikan ke RS Dr Soetomo, Surabaya. Namun, di tengah perjalanan, Gus Dur meminta ke Jombang untuk berziarah ke makam ayahnya, KH Wahid Hasyim di Ponpes Tebuireng. Setelah berziarah ke makam ayahnya, Gus Dur kemudian diinapkan di Hotel Shangri-La Surabaya sambil mendapatkan perawatan. Gus Dur merasa kondisinya membaik setelah berziarah ke makam ayahnya.
Jumat (25/12)
Jumat pagi, Gus Dur terbang ke Jakarta. Begitu tiba di Jakarta, Gus Dur langsung dilarikan ke RSCM untuk cuci darah. Menurut Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, Jumat sore kondisi Gus Dur membaik. Kadar gula darah Gus Dur normal. Namun, Gus Dur masih mengalami pembengkakan di bagian gigi. Gus Dur juga terus menjalani cuci darah.
Sabtu (26/12)
Kondisi Gus Dur makin sehat. Gus Dur juga meminta agar giginya dicabut.
Minggu (27/12)
Merasa sudah semakin sehat, Gus Dur berkeinginan menjenguk Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, yang terletak tidak jauh dari RSCM. Sekitar pukul 10.30 WIB, Gus Dur meninggalkan RSCM menuju Kantor PBNU dengan diantar para ajudan dan asistennya. ”Cuma ngecek kantor aja kok,” ujar Gus Dur.
Gus Dur berada di Kantor PBNU sekitar tiga jam. Pukul 14.30 WIB, Gus Dur kembali ke RSCM. Di RSCM Gus Dur masih melayani pertanyaan wartawan.
Senin (28/12)
Gus Dur menjalani cabut gigi. Kondisinya tampak sehat. Gus Dur juga masih menjalani perawatan intensif.
Selasa (29/12)
Gus Dur masih terus dipantau oleh tim dokter. Kondisinya membaik. Gus Dur juga masih bisa melakukan komunikasi dengan keluarga dan teman-teman yang menjenguknya
Rabu (30/12)
Rabu pagi hingga siang hari, kondisi Gus Dur masih membaik. Namun, Rabu sore, kondisi Gus Dur menurun. Sekitar pukul 18.15 WIB, kondisi Gus Dur kritis. Presiden SBY menjenguk di RSCM. Pukul 18.45 WIB, Gus Dur meninggal dunia. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. dtc
Riwayat hidup :
Nama : Abdurrahman Wahid
TTL : Denanyar, Jombang Jawa Timur, 7 September 1940
Istri : Sinta Nuriyah
Ayah : Wahid Hasyim
Ibu : Solechah
1. Alissa Qotrunnada Munawaroh
2. Zannuba Arifah Chafsoh
3. Annita Hayatunnufus
4. Inayah Wulandari
Pendidikan :
1957-1959 Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
1959-1963 Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
1964-1966 Fakultas Syari’ah (Kulliyah al-Syari’ah) Al Azhar University, Cairo, Mesir
1966-1970 Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab Universitas Baghdad, Irak
Riwayat jabatan :
1972-1974 Dekan dan Dosen Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang
1974-1980 Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng
1980-1984 Katib Awwal PB NU
1984-2000 Ketua Dewan Tanfidz PB NU
1989-1993 Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
1999-2001 Presiden Republik Indonesia
Aktivitas Internasional :
1980-1983 Anggota Dewan Juri The Aga Khan Award for Islamic Architecture
1990 Ketua Forum Demokrasi
1994 Penasehat International Dialogue Project for Area Study and Law, Den Haag, Belanda
1994-Sekarang Pendiri dan Anggota Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel
1994-1998 Presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika Serikat
2002 Presiden Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika Serikat
2002-Sekarang Anggota Dewan Penasehat Internasional International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
2003-Sekarang Presiden Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan
2003-Sekarang Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt, International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel
2003-Sekarang Presiden Kehormatan International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction (IICORR), London, Inggris
Doktor kehormatan :
1999 Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand
2000 Pantheon Sorborne University, Paris, France
2001 Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand
2000 Thammasat University, Bangkok, Thailand
2002 Soka Gakkai University, Tokyo, Japan
2003 Netanya University, Israel
2003 Konkuk University, Seoul, South Korea
2003 Sun Moon University, Seoul, South Korea
Sumber : www.gusdur.net - Oleh : Ant/dtc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar