jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 11 November 2008

Qunut Nazilah bagi Amrozy, Imam Samudra, dan Ustad Mukhlas


Sore tadi air mataku meleleh lagi saat rakaat terakhir sholat ‘Ashar di masjid yang di imami pamanku. Air mata itu meleleh saat dibacakan doa Qunut Nazilah bagi ketiga Syuhada’ Indonesia agar amalan mereka diterima Alloh dan agar para Mujahidin diseluruh dunia diberi kekuatan dalam memerangi musuh Islam dan diberi kekuatan dalam memerangi orang-orang yang memusuhi Amrozy, Imam Samudra dan Ustad Muklas.
Sehari sebelumnya pula di desa Tenggulun itu air mataku juga beberapa kali mengalir saat sholat2 rawatib setelah imam membacakan qunut nazilah dan melaknat para pembunuh trio Mujahid Indonesia tersebut. Siangnya ribuan orang juga meneteskan air mata saat jenazah akan sampai ke rumah Kafilah Syuhada karena mereka melihat tiga burung besar yang terbang mengitari rumah Al Akh Amrozy dan Ustad Muklas selama beberapa menit kemudian satu burung terbang ke arah barat dan dua burung lainnya terbang ke arah timur. Para pentakziah meneriakkan takbir dan menangis haru melihat para burung yang mengiringi dan menyambut jenazah Syuhada tersebut. Saya yang saat itu memegang HD camcorder pun tak kuasa menitikkan air mata dan bertakbir lirih sambil terus merekam kejadian itu pada camcorder yang kupegang. Kamudian beberapa saat sebelum dua ambulan pembawa jenazah masuk ke jalan depan rumah Kafilah Syuhada’ tersebut tiba-tiba langit yang saat itu terang benderang dan suasana sangat panas tiba-tiba berubah menjadi mendung dan sejuk, kejadian ini juga terekam pada camcorder ditanganku. Masya Alloh , Subhanalloh, inikah bukti Alloh menunjukkan kesyahidan mereka? belum lagi setelah melihat wajah Akh Amrozy dan Ustad Muklas yang tersenyum damai, mataku ini kembali berair.
Semua kejadian itu pun juga diabadikan para wartawan dari dalam dan luar negri, kecuali yang didalam rumah tentu, namun bagi orang kafir dan yang tertutup hatinya kejadian2 tersebut tidak membuktikan apa-apa, karena tentu saja orang kafir kan tertutup mata hatinya.
Ah, kepada saudaraku Al Akh Abdul Aziz al Akh Imam Samudra al Akh Qudama Al Akh Abu Umar, aku begitu menyesal kenapa hanya mengenalmu dalam waktu yang tidak lama, sampai sekarang aku masih teringat-ingat pesan-pesanmu untuk amalan sunah sehari-hari.
Selamat jalan Ustadku, saudaraku dan kawan bercandaku, kami teruskan perjuanganmu Insya Alloh.
Ya Alloh jadikan kami seperti mereka, pejuang-pejuangMU.
Amin.

(Sumber : narakushutdown.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar