jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 14 Juni 2011

Oleh: Cahyadi Takariawan
Transit. Anda pasti pernah mengalaminya. Empat jam transit di bandara, pasti kita merasa sangat lama. Namun sebenarnya empat jam jelas waktu yang singkat jika dibandingkan dengan seluruh usia kita.

Malam ini aku dan isteri berangkat dari Jogjakarta pukul delapan malam. Transit di Denpasar empat jam, nanti akan berangkat ke Timika jam dua dini hari, waktu Indonesia Tengah. Empat jam menunggu di dalam bandara.

Sangat padat suasana ruang tunggu saat ini. Sangat banyak penumpang berada di dalam bandara, menunggu jam keberangkatan masing-masing. Bandara Ngurah Rai tampak sangat sempit, karena banyaknya penumpang yang berada di ruang tunggu. Kursi yang disediakan pihak bandara tidak mampu menampung penumpang yang datang. Banyak yang tidak mendapatkan kursi, sehingga memilih duduk lesehan di lantai.

Aku perhatikan aktivitas orang-orang yang tengah berada di ruang tunggu bandara. Ada yang berjalan-jalan, melihat-lihat pemandangan, untuk mencari kesibukan. Ada yang duduk saja di kursi, diam menyendiri. Mungkin melamun atau memikirkan sesuatu. Ada yang asyik dengan handphone atau blackberry-nya. Ada yang membaca buku, koran atau majalah. Ada yang asyik di depan laptop pribadi. Ada yang asyik di depan komputer fasilitas bandara. Ada yang berbelanja. Ada yang makan dan minum di caffe atau lounge. Ada yang tengah pijak refleksi. Ada yang mengobrol. Ada yang tengah shalat di mushalla. Ada yang asyik merokok padahal jelas-jelas ada tulisan dilarang merokok.

Semua aktivitas dalam bandara ini mencerminkan miniatur kehidupan di dalam kehidupan nyata. Transit sebentar saja, namun serasa sangat banyak kegiatan yang dilakukan.

Kehidupan manusia di dunia seperti tengah transit. Sebentar saja. Ruang tunggu bandara ini pasti akan segera ditinggalkan semua penumpang. Jam keberangkatan mereka berbeda-beda. Hadir sesaat di dunia untuk memberikan kemanfaatan, setelah itu akan ditinggalkan. Hidup kita benar-benar hanya transit, karena bukan di sini tujuan akhir kita.

Saat transit di dunia, jangan sia-siakan hidup dengan diam saja tanpa berbuat apa-apa. Atau sekedar berjalan-jalan dan bersenang-senang saja tanpa peduli sesama. Jangan hanya habiskan waktu untuk berbisnis saja tanpa meluangkan waktu untuk beribadah kepadaNya. Transit hanya sebentar. Jangan gunakan untuk kegiatan yang melanggar. Mari kita gunakan untuk hal-hal yang benar.

Setelah kita sampai di tempat tujuan, baru terasa betapa singkat waktu transit di bandara. Kelak ketika manusia menghadap Tuhannya, semua baru merasakan betapa singkat waktu transit di dunia. Namun penyesalan tidak pernah ada gunanya. Maka mari gunakan waktu transit yang masih tersedia, untuk melakukan hal-hal yang memberikan kemanfaatan dan kebaikan bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Jangan habiskan waktu untuk hal-hal yang sia-sia tak ada gunanya, apalagi digunakan untuk menyalahi kehendakNya.

Siapa tahu waktu keberangkatan kita sudah hampir tiba.

Bandara Ngurah Rai, Bali, 10 Juni 2011

jam 23.35 wita

Sumber: Berita PKS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar