Sikap Partai Keadilan Sejahtera yang perhatian dengan Palestina sering disalahartikan tidak menyukai yang berbau Amerika Serikat. Zulkieflimansyah, salah satu Ketua PKS, menjadi bukti pemahaman itu tak benar.
Zul, yang lahir di Sumbawa Besar, 18 Mei 1972, bahkan mengaku menjadi pengajar tamu di Universitas Harvard, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat. Doktor Ekonomi Industri jebolan Department of Economics, University of Strathclyde, Glasgow, Inggris, ini memang selain aktif berpolitik juga tercatat sebagai salah satu dosen di Universitas Indonesia, tempat dia meraih sarjana ekonomi.
"PKS itu cukup sering disalahpahami di Amerika," kata Zul kepada VIVAnews.com, Selasa 19 April 2011 malam. "Saya cukup sering ke Amerika, saya masih jadi pengajar di Harvard University," katanya.
Zul adalah senior research fellow di Kennedy School of Government di Harvard University, Amerika Serikat. Sebelumnya dia pernah menjalani kuliah non gelar di sana.
"Menurut saya, sama-sama saling memanfaatkanlah, saling menuai manfaat. Jadi PKS itu bisa mengenal lebih banyak orang di luar partai. Harus diakui Amerika maju sekali. Kalau teman-teman Amerika juga tidak melulu memandang PKS kaum konservatif, tapi memahami PKS sebagai [kumpulan] manusia biasa terdiri berbagai latar belakang pemikiran," kata Zul yang pernah mencalonkan diri jadi Wakil Gubernur Banten itu.
Namun, Zul memahami, banyak teman-teman separtainya masih apriori dengan Amerika Serikat atau yang berbau 'Barat'. "Sedikit-sedikit ini rekayasa Israel, rekayasa Yahudi, ini stereotyping seperti itu nggak benar," kata Zul.
Cara pandang ini, menurut Zul, untuk mengubahnya pelan-pelan, mungkin dengan kerja sama, saling berinteraksi itu akan menemukan kesepahaman bahwa tidak boleh mengklaim diri paling suci, paling benar. "Anasir kebaikan itu ada di mana-mana, PKS tidak boleh menjadikan dirinya centre of the world," kata Zul yang pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia itu.
Dan Zul mengaku, kini kerap berperan sebagai jembatan antara PKS dengan dunia 'Barat' seperti dengan pihak Amerika Serikat. "Radikalisme itu tidak bisa menyelesaikan masalah, justru tidak mendapat tempat," kata Zul yang mengenyam sekolah menengah atas di Australia selama setahun itu. (sj)
Sumber: Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar