Sekalipun Pemilihan Umum anggota legislatif masih beberapa tahun ke depan, namun para pengamat politik dan lembaga survey, rupa nya sudah tidak tahan untuk melakukan pendugaan-pendugaan terhadap raihan suara partai politik pada Pemilu 2013. Salah satu nya adalah "ramalan" yang menyatakan bahwa posisi partai demokrat yang dalam Pemilu Legislatif tahun 2008 menempati posisi teratas, bakal digantikan oleh partai golkar pada Pemilu Legislatif 2013 nanti. Banyak faktor yang ditengarai menyebabkan turun nya raihan suara partai demokrat.
Kharisma politik Sby sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, sekarang pun sudah mulai memudar. Dalam memperingati satu tahun kepemimpinan Sby-Boediono misal nya, ternyata banyak demonstran yang berunjuk rasa dan melakukan pembakaran foto Sby. Bahkan ada juga yang menginjak-injak nya. Sebagai partai yang telah mendapat mandat penuh dari rakyat pada Pemilu Legislatif 2008 dan selanjut nya dikuatkan oleh terpilih nya Sby-Boediono dengan dukungan rakyat yang cukupsignifikan, tentunya Partai Demokrat memikul beban yang sangat berat dalam mengejawantahkan segudang aspirasi para pendukung nya.
Selain itu, tidak dapat disangkal bahwa kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum Legislatif 2008, lebih banyak ditentukan oleh ketokohan seorang Sby, ketimbang berjalan nya mesin partai. Sby inilah yang menjadi penentu, mengapa Partai Demokrat di berbagai daerah memperoleh simpati rakyat. Boleh jadi, saat itu figur Sby benar-benar merupakan sosok dambaan rakyat, yang diharapkan bakal mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Akibat nya, wajar jika dalam baligo, poster atau spanduk para calon anggota legislatif yang diusung oleh partai demokrat, dibelakang foto sang calon, akan terasa kurang afdol jika tidak dibarengi dengan foto nya Sby.
Harapan kita, mudah-mudahan fenomena politik yang demikian, tidak mengindikasikan bahwa para politisi kita semakin tidak percaya diri atas kemampuan nya sendiri. Lucu nya, belum genap satu tahun Sby-Boediono merampungkan tugas dan tanggungjawab nya, Pemerintahan nya sudah kesandung oleh berbagai kasus yang salah satu nya adalah kejadian "tidak jelas nya" nasib uang 6,7 Trilyun rupiah yang kemudian mengedepan menjadi bola panas dan dikenal dengan istilah kasus Bank Century. Dampak politik kasus ini, sungguh dahsyat. Orang yang menjadi kepercayaan Sby dalam mengatur perekonomian sekaliber Sri Mulyani Indrawati, terpaksa harus dibiarkan hengkang ke Amerika Serikat.
Terlepas dari argumentasi apa pun yang disampaikan, kita semua memahami keberangkatan "srikandi ekonomi" nya Sby untuk menjadi petinggi di World Bank adalah bagian yang tak terpisahkan dari tragedi Bank Century, yang hingga saat ini terkesan belum tuntas dan masih mengambang terkendali. Sejak mencuat nya kasus Bank Century, tampak jelas kharisma Sby mulai meredup. Banyak kalangan yang awal nya menaruh harapan besar kepada Sby, kini mulai menyangsikan nya. Salah satu nya adalah Sby ternyata tidak pernah mau untuk bersikap tegas atas beberapa persoalan yang terkait dengan harga diri bangsa dan kedaulatan negara. Kejadian Malaysia yang "melecehkan" bangsa kita, jelas sangat berbekas di nurani warga bangsa.
Lebih sedih nya lagi ternyata Sby pun tidak memperlihatkan ketegasan sikap nya. Sby lebih menampilkan diri selaku politikus partai demokrat ketimbang menciptakan diri nya sebagai seorang negarawan. Bahkan ada juga yang meragukan sikap ke negarawanan nya. Pemudaran kharisma sosok Sby inilah barangkali salah satu pertimbangan mengapa dalam Pemilihan Umum Legislatif 2013 nanti, ada beberapa pengamat politik yang menyatakan partai Golkar akan merebut posisi teratas. Yang menarik untuk dibahas lebih lanjut bagaimana dengan posisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ? Akankah partai nya wong cilik ini "merontokan" partai demokrat atau bahkan mengalahkan partai Golkar dalam Pemilu Legislatif mendatang ? Ya...semua kemungkinan bisa terjadi. Dalam pancaroba politik yang sedang terjadi, semua serba memungkinkan. Hari ini hitam, besok bisa merah, lusa bisa putih dan esok hari boleh jadi bakal abu-abu. Itulah politik. Selalu sarat dengan ketidak-pastian.
Menyodok nya Golkar atau PDIP ke posisi teratas dalam merebut simpati rakyat dari Demokrat, ujung-ujung nya tentu akan berpulang pada kekuatan kharisma Sby. Ini penting kita catat, karena tumpah nya rasa simpati rakyat ke Demokrat memang disebabkan oleh ada nya sosok Sby. Bukan yang lain. Oleh karena nya, jika Sby kini menurun kredibilitas nya di mata rakyat, maka "multiplier effect" nya pasti akan berdampak pula pada partai Demokrat. Simpati rakyat boleh jadi akan "disebar" ke partai lain, termasuk tentu nya partai-partai baru yang bakal tumbuh dan dinilai mampu menawarkan sebuah perubahan nasib bangsa dan tetap tegak nya kedaulatan negara ke arah yang lebih baik lagi.
Pemilu Legislatif 2013, memang masih cukup lama. Sebetul nya masing-masing partai politik dapat saja melakukan introspeksi sekaligus mengantisipasi peluang yang ada. Walau sama-sama tergabung dalam "koalisi" Pemerintahan Sby-Boediono, Partai Golkar dan Partai Demokrat, belum tentu mau untuk berbagi dalam merebut simpati rakyat. Dijamin halal, ke dua partai ini akan berlomba untuk meraih dukungan setinggi-tinggi nya. Dalam politik tidak ada belas kasih. Yang ada adalah melanggengkan kekuasaan. Sayang yang menjadi penentu kelanggengan itu bukan para elit politik, tapi tetap akan kembali kepada rakyat. Itu sebab nya kita kenal istilah kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Andai tetap ingin mendapat dukungan rakyat, maka jangan sampai menyakiti hati rakyat. Berikan kiprah kepolitikan yang mampu menyenangkan hati rakyat. Dijamin halal 100 %, rakyat akan membalas nya tatkala "pesta demokrasi" dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar