Hari itu seorang ibu tua menjajakan selembar sajadah lusuh dan robek di beberapa sisi ke sepanjang pasar. Sajadah satu-satunya itu dijual untuk membeli buka puasa. Hanya tinggal segenggam beras di rumah tak cukup dirasa untuk berbuka bersam keluarga, terpaksa alas semata wayang untuk menghadap sang khalik itu dijual.
Berjam-jam menawarkan, tak ada satupun yang berkenan membeli, wajar, di bulan ramadhan ini orang-orang berbondong-bondong mendatangi toko-toko guna membeli perlengkapan sholat baru, mana mungkin ada yang mau membeli sajadah bekas yang bentuknya tak karuan. di tengah keputus-asaannya, ia bertemu seorang ibu yang sedang mendorong gerobak yang berisi beberapa galon air, katanya untuk kebtuhan sehari, maklumlah mereka tak berlangganan air jadi terpaksa menimba air di kampung sebelah.
Si ibu tua penjaja sajadah pun menawarkan sajadah itu pada si ibu yang kelihatannya juga mengalami keterhimpitan ekonomi. Berbeda dengan orang-orang yang ditawarkan sebelumnya, ibu pendorong gerobak ini sudi membelinya, katanya supaya ibadahnya berkah kan sajadahnya dibeli untuk membantu orang juga. Kebetulan ibu tadi tidak membawa uang, jadi dia titipkan gerobak airnya pada si ibu tua, sedangkan dia pulang ke rumah mengambil uang 25 ribu. Setelah dibayar, alangkah terkejutnya si ibu pendorong gerobak tatkala ada seorang pemuda yang memberinya segepok uang berjumlah 1 juta.
Sebuah kisah di acara MINTA TOLONG di RCTI kemarin
Luar biasa. Sajadah lusuh dibeli dengan cahaya ikhlas, tak peduli apakah sajadah itu baru dari toko atau bekas yang penting seberapa sering sajadah itu menjadi alas perbincangan dengan sang khalik. Sangat disayangkan jika sajadah buatan Turki, Iran, Mesir namun, tak pernah menjadi alas ketundukan pada-Nya.
Sesampainya di rumah, si ibu pendorong gerobak langsung berhambur dengan kedua anak perempuannya, “adek putri, ibu baru dapat rezeki, kamu bisa sekolah lagi,”. Bulu kuduk saya meremang, di saat keterhimpitan ekonomi melanda, naluri membantu sesama ternyata masih tersisa. Ternyata masih ada orang-orang yang punya naluri langka ini di Indonesia. Padahal sebelumnya terselip erat pesimis pada naluri yang dapat disamakan dengan kelangkaan harimau sumatera, walaupun masih ada namun dikerangkeng di kebun binatang, takut kalau-kalau taringnya mengoyak rencana-rencana busuk si pecinta dunia.
Ditulis oleh: Kali Siregar (www.kompasiana.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar