jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 23 Maret 2010

Kala Mukhoyyam Terasa Mencekam

PK-Sejahtera Online. Malam beranjak naik, menghadirkan gelap di langit yang tinggi, udara dingin terasa masuk ke dalam pori-pori kulit dan menembus hingga ke dalam tulang. Saat itu tepat pukul 22.00 wib, rombongan peserta mukhoyyam Gelombang kedua berangkat dari depan gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Tidak kurang dari 90 peserta berangkat dengan diiringi gerimis yang sudah mengguyur kawasan Jaksel sejak sore hari. Seperti halnya pada gelombang pertama, pemberangkatan Mukhoyyam Jilid II ini juga dilepas langsung oleh ketua DPD PKS Jaksel Ust. Khaeruddin. Beliau menghimbau kepada seluruh peserta mukhoyyam untuk tetap menjaga kondisi jasmani maupun rohani masing-masing.

“Dimanapun kita berada kita harus senantiasa mengingat Alllah SWT, apalagi pada saat didalam hutan, kondisisi badan yang lelah dapat mengakibatkan hal-hal yang kita semua tidak inginkan” tegas Ust Khairudin disela-sela sambutannya pada saat pelepasan pemberangkatan mukhoyyam gelombang ke-2, Kamis, 11 Maret lalu.

Setibanya di kaki Gunung Salak, kendaraan yang mengangkut peserta tidak langsung berhenti dilokasi perkemahan, namun peserta diturunkan di gerbang Taman Nasional Gunung Salak Halimun. Dari tempat tersebut mereka harus menempuh jarak sekitar 2 km untuk menuju ke lokasi perkemahan dengan berjalan kaki. Pukul 01.00 dini hari peserta akhirnya tiba di lokasi perkemahan dan langsung membuat tenda yang dibuat sangat sederhana dengan menggunakan ponco atau jas hujan. Terlihat pula beberapa panitia yang datang lebih awal menyambut kedatangan peserta, ada pula yang tampak berbaring di dalam tenda. Mungkin mereka ingin beristirahat untuk persiapan acara esok pagi.

Senam PKS Nusantara menyambut rangkaian acara mukhoyyam di pagi hari. Ditambah sinar mentari pagi yang semakin membuat hangat suhu tubuh setelah beristirahan semalaman, maklum saja kondisi cuaca di pegunungan sangat berbeda dengan kondisi cuaca di kota Jakarta yang sudah tidak bersahabat lagi. Dinginnya suasana dipegunungan ini terasa hilang saat instruktur senam mulai melakukan pemanasan. Dipimpin langsung oleh Ust. Rismanto peserta mukhoyyam mulai mengikuti gerakan demi gerakan senam sambil diiringi lagu-lagu daerah yang sudah di aransement ulang. Mulai dari jalan ditempat sampai sampai menggerakkan seluruh anggota badan kesemua arah secara beraturan. Hal ini dilakukan agar otot-otot menjadi lemas dan tidak kaku, agar pada saat mengikuti kegiatan mukhoyyam mereka tidak mengalami cidera, karena kegiatan pada siang hari cukup ekstrim dan melelahkan.

Pada siang hari ba’da melakukan sholat dan juga makan siang peserta mukhoyyam kembali mengikuti rangkaian acara yang sudah dipersiapkan secara matang oleh panitia. Outbound! Ya, inilah acara yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian banyak peserta yang usianya rata-rata diatas 40 tahun. Padahal outbound yang disiapkan oleh panitia bukanlah outbound yang mudah untuk ditaklukkan, mulai dari two line brige,spider net sampai curamnya tebing refling, dapat mereka ikuti sampai tuntas. ”meskipun usia saya sudah kepala lima, jika saya yakin bisa, saya pasti bisa” ujar salah satu peserta setelah berhasil melewati wahana merayap di seuatas tali. Memang ada beberapa peserta yang tidak tuntas mengikuti kegiatan outbound, hal ini lebih dikarenakan faktor psikologi pribadi peserta yang seharusnya bisa mereka lawan.

Hari ke tiga adalah puncak dari segala rangkaian acara. Di hari ini peserta mukhayyam akan dibawa ke hutan untuk belajar bertahan hidup selama 24 jam ditengah hutan. Dengan hanya membawa matras, garam, dan ponco untuk mebuat tenda, mereka mulia berjalan menyusuri sang rimba. Dengan diberikan panduan tentang survival oleh team pemandu dari dinas kehutanan setempat, mereka diberitahukan jenis-jenis tumbuhan apa saja yang dapat dimakan saat berada ditengah hutan. Dikarenakan ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak boleh dimakan karena rasanya yang pahit bahkan ada pula yang mengandung racun. Daun “dadap ayam” adalah jenis daun yang paling banyak dimakan oleh para peserta mukhayyam. Ada pula yang kreatif dengan memakan daging pohon pisang yang rasanya akan semakin segar bila ditambahkan sedikit garam.

Namun di tengah-tengah serunya mereka berburu tumbuhan herbal dihutan, ada satu orang peserta dari kecamatan Tebet yang harus jatuh sakit. Bapak Heri (42) harus terbaring lemah setelah penyakit usus buntu yang dideritanya sejak lama harus kambuh di tengah-tengah acara. Beruntung teman-teman satu regu mereka segera memberitahukan kejadian tersebut kepada panitia mukhoyyam. Dengan sigap dan penuh kehati-hatian dokter dan team medis langsung menuju lokasi kejadian dan membawa pak Heri ke posko utama dengan menggunakan tandu. Namun usus buntu yang menyerang pak Heri sudah sangat kronis. Akhirnya untuk mengantisipasi keselamatannya, akhirnya beliau dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan mobil ambulance DPD PKS Jakarta Selatan, dan peserta mukhoyyam lainnya kembali bergulat dengan alam. (D’to/adine)


Sumber: PK-Sejahtera Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar