PK-Sejahtera Online, JAKARTA. Rangkaian Kunjungan Bidang Kewanitaan (Bidwan) DPP PKS berakhir di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Propinsi ini merupakan wilayah yang jarang dikunjungi staf bidwan DPP. Oleh karena itu, bidwan DPW NTT menyambut antusias kedatangan dua staf Bidwan DPP, yaitu Eko Yuliarti, Lc, S.Sos.i, Ketua Departemen Kajian Wanita dan Nurul Huriah Astuti, SKM, Staf Media. Antusiasme itu terlihat melalui upacara “pengalungan” selendang tenun khas NTT kepada kedua staf sesaat setelah mendarat di Bandara El Tari Kupang. “Ini merupakan upacara penyambutan khas NTT”, kata Harni, S.S, Ketua Bidang Kewanitaan DPW PKS NTT.
Dalam kunjungan tersebut, Eko menyempatkan diri memenuhi undangan Ketua Fosimata (Forum Silaturrahim Majelis Taklim) Kupang, Hj. Lies.B.Bajideh, menjadi pembicara dalam Tabligh Akbar. Dengan tema 'Persatuan Umat Islam', Eko menyampaikan pentingnya bagi umat Islam di Kupang untuk saling mengenal, bukan hanya pribadi tetapi juga jama’ah atau antara kelompok Majelis Taklim. “Ketika bertemu sesama muslim, jangan hanya tanya identitas diri tetapi gali pengalamannya”, demikian nasihat Eko dalam acara yang dihadiri hampir 300 muslimah itu.
Inti kunjungan staf bidwan DPP adalah pelatihan dengan tema “Peningkatan Kualitas Kader Perempuan menuju Da’iyah yang Produktif”. Acara tersebut dibuka Ketua DPW NTT, bapak Suwarjito. Selanjutnya diteruskan dengan materi pertama berjudul “Konstribusi Perempuan dalam Membangun Masyarakat NTT”, yang disampaikan oleh Dra. Sri Hartini, Apt, mewakili Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan (BPP) Propinsi NTT. Pada acara pembukaan dan materi pertama tersebut, hadir kader, simpatisan, dan undangan dari majelis taklim anggota Fosimata Kupang.
Sesi kedua hingga akhir pelatihan hanya dihadiri kader. Dalam sesi kedua yang disampaikan Eko dengan tema “Dari Gerakan ke Negara, Upaya Perbaikan Berkelanjutan”. Ibu tiga anak tersebut menyampaikan bahwa PKS disebut partai dakwah karena kader bekerja sepanjang hari. “Jika kader bekerja tidak dilandasi untuk mencari pahala di negeri akhirat maka tarbiyah (pembinaan) yang selama ini dijalankan patut dipertanyakan”, tegas penterjemah bahasa Arab ini. Selanjutnya Eko mengatakan bahwa dalam gerakan dakwah ada dinamisasi, oleh karena itu kader harus siap digerakkan. “Kader yang konstributif adalah kader yang punya obsesi, tekad, dan kemampuan menghimpun manusia dan memimpin mereka, serta meninggalkan pengaruh baik”.
Setelah taujih yang cukup “menghentak” tersebut, peserta yang berjumlah hampir 60 orang itu diajak melakukan pengembangan program dakwah. Dalam sesi yang dipandu Nurul, peserta digugah untuk melakukan identifikasi masalah dakwah, menentukan prioritas masalah, sampai membuat sebuah perencanaan dakwah. Pekerjaan tersebut memang merupakan hal yang baru bagi sebagian besar peserta. Namun Alhamdulillah, tahapan-tahapan sulit beradaptasi dengan pengalaman itu tidak menjadikan peserta surut melangkah, tetapi justru menjadi bersemangat untuk lebih berkonstribusi demi suksesnya gerakan dakwah di NTT. Allohu Akbar! (NHA)
Sumber: PK-Sejahtera Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar