jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 17 November 2008

Din, Amien, PKS Harus Dialog


Sebulan terakhir ini, media memuat dengan meriah pro kontra perihal iklan PKS yang menampilkan 8 tokoh nasional (baca; guru bangsa dan pahlawan).
Karena saya merasa sebagai kader 'Ahmad Dahlan' maka saya kepanasan untuk mengomentari polemik yang tak mendidik masyarakat tersebut, khususnya umat Islam. Pada kesempatan ini, saya sebagai kader Muhammadiyah, tidak ingin terjebak dalam perdebatan yang tak jelas arahnya itu. Saya tidak berada pada posisi pro dan kontra. Tapi ingin mendudukkan perkara keislamanan (baca juga; dakwah) yang dipahami oleh Ahmad Dahlan.
Karena, jika ditelik secara dalam kita bisa melihatnya bahwa pro-kontra ini lebih politik daripada mencari kebenaran. Di sana-sini ada muatan politik, mencari popularitas, menjatuhkan, melecehkan dan hal-hal lain yang tak sesuai dengan prinsip dakwah Ahmad Dahlan sebagai pahlawan nasional yang bukan lagi milik satu kelompok tapi milik negeri ini.
Yang paling mengecewakan bagi saya dari komentar-komentar PMB, Din Syamsuddin, Amien Rais adalah 'membesar-besarkan' masalah ini secara keterlaluan. Saya tak tahu persis seperti apa yang diinginkan.
Tapi yang jelas, kenapa tokoh nasional yang ditempelkan dengan figur Ahmad Dahlan (baca;Muhammadiyah) mengeluarkan komentar tak mendidik. Banyak komentar soal PKS yang membuat kita semua, selaku pembaca bertanya, beginikah Ahmad Dahlan?.
"Ini terus terang meremehkan, melecehkan. Saya minta kepada PKS, nggak usahlah, kita tidak perlu tempuh cara-cara seperti itu," ujar Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/11) seperti diwartakan inilah.com. Dan banyak komentar miris dari PMB, Din Syamsuddin, dan Amien Rais.
Saya sebagai kader Muhammadiyah tidak memahami maksud stateman tersebut. Maaf kalau salah, sesuai kapasitas saya sebagai orang awam politik, Din Syamsuddin terlihat ada dorongan emosi politik dari salah satu partai yang ingin mengambil suara Muhammadiyah yang ada di PKS pada pemilu 2004 lalu.
Kalau ini salah, kenapa PMB, Amien Rais, Din Syamsuddin tak berdialog langsung dengan PKS. Toh, di PKS banyak kader Muhammadiyah. Sebagai contoh, Anis Matta (sekjen PKS).
Menurut saya, sangat disayangkan jika tokoh sekaliber Din Syamsuddin dan Amien Rais yang mengomentari iklan itu secara 'emosi'. Padahal bisa dengan cara yang lebih Islami seperti yang diajarkan oleh Ahmad Dahlan.
Sebagai contoh, mengundang tokoh PKS untuk berdialog dari maksud pemuatan iklan Ahmad Dahlan. Maksud saya, kita perlu berdialog dari hati ke hati, bukan melalui media.
Karena di media, biasanya, terkadang pemberitaan itu diplintir agar terlihat menarik dan tidak menyalahi etika jurnalistik.
Sepengetahuan saya Ahmad Dahlan tak begitu, apalagi antar saudara se-Islam. Bahkan, niat baik Menegpora Adhyaksa Dault menyeru kepada pemuda Indonesia untuk berjuang menyelamatkan bangsa ini. Lagi-lagi, dikritik oleh Pemuda Muhammadiyah. Tidak realistik ‘banget, gitu loh’.
Kita jangan saling menjatuhkan sesama warga Indonesia, umat lain ‘saja dilarang’, terus kenapa kita saling menyerang sesama Islam. Dan sangat wajar, kalau ada citra yang timbul kalau statmen kader-kader Muhammadiyah selama ini 'memusuhi' PKS.
Jujur saja, secara dakwah saya melihat PKS lebih melakukan pesan atau langkah dakwah Ahmad Dahlan di masyarakat. Kita jangan terlalu bangga dengan simbol-simbol Ahmad Dahlan jika kita tak pernah menjalankan gerakan dakwah beliau.
Sebagai contoh, saya melihat, kader PKS lebih militan berdakwah hingga ke gunung di kampung saya di Pangkep, Sulsel daripada kader Muhammadiyah, yang dulu lebih militan. Bahkan banyak kader Muhammadiyah yang menyeberang ke PKS, dengan alasan PKS lebih 'Muhammadiyah" daripada Muhammadiyah itu dulu.
Begitu pula di Jakarta, tempat saya bermukim, jarang atau berani saya katakan tak pernah saya temukan kader Muhammadiyah melakukan dakwah di masjid atau di rumah-rumah seperti Muhammadiyah jaman dulu. Ini yang harus kita pikirkan. Kenapa kita seperti ini? PKS hanya partai dakwah (baca juga; politik).
Yang kita harus takutkan adalah, kekeliruan yang ada ini dimanfaatkan oleh orang luar, yang sama sekali tak pernah memperjuangkan khittah perjuangan Ahmad Dahlan. Apalagi menjelang pemilu 2009. Tentu kalau sudah menjadi blunder di tengah pemberitaan media maka menjadi momok yang menakutkan bagi gerakan dakwah Muhammadiyah maupun PKS.

HMS Habibi Mahabbah, hms.mahabbah@gmail.com
Sumber: Inilah.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar