jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 17 November 2008

Profil Partai: Incar Kalangan Muda, PKS Menuju Parpol Besar


Jakarta (ANTARA News). Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dalam sejumlah jajak pendapat tentang partai pilihan rakyat pada Pemilu 2009, selalu diprediksi sebagai partai yang perolehan suaranya bakal meningkat jika dibandingkan pemilu sebelumnya.

Sejak menjadi partai politik peserta Pemilu 1999 (saat itu masih bernama Partai Keadilan), perlahan tapi pasti partai berlambang bulan sabit kembar itu memang terus mendapatkan simpati dari masyarakat.

Kiprah PKS yang kini mengusung motto "Bersih, Peduli, dan Profesional" semakin dirasakan masyarakat, tatkala kader-kader partai tersebut terjun langsung di garis depan untuk membantu masyarakat yang mengalami musibah seperti bencana alam.

Di berbagai daerah, para korban banjir, gempa bumi, tanah longsor, maupun kebakaran, pernah merasakan uluran tangan kader-kader partai yang sejak awal berdiri telah memproklamirkan diri sebagai partai dakwah itu.

Bukan saja dikenal sebagai partai yang peduli, PKS pun dikenal memiliki kader-kader yang bersih. Seperti dikutip dalam situs resminya, PKS percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu, PKS sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera.

Dalam perjalanannya, sejak awal berdiri hingga saat ini PKS telah melalui lika-liku perjuangan sebagai sebuah partai politik. Kini, PKS telah berubah menjadi partai yang terbuka dan modern yang menjadi salah satu partai alternatif pilihan rakyat.

Bergabung

Dalam sejarah berdirinya, PKS merupakan penerus perjuangan dari Partai Keadilan (PK) yang menjadi salah satu peserta Pemilu 1999. PK dideklarasikan di Jakarta pada 20 Juli 1998 dengan Nur Mahmudi Ismail sebagai presiden partai.

Pada Pemilu 1999, secara nasional PK meraih sebesar 1,4 juta suara yang setara dengan perolehan 7 kursi di DPR RI, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD kota/Kabupaten.

Karena tidak memenuhi ketentuan batas minimum perolehan suara sebesar 3 persen untuk bisa mengikuti pemilu selanjutnya (ketentuan electoral threshold), sejumlah kader PK kemudian mendeklarasikan berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 20 April 2002 dengan Ketua Umum Almuzzammil Yusuf dan Sekjen Haryo Setyoko.

Pada 17 April 2003 Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Bekasi, Jawa Barat, merekomendasikan PK yang ketika itu dipimpin Presiden partai Hidayat Nurwahid untuk bergabung dengan PKS.

Dan pada 20 April 2003 dilaksanakan deklarasi penggabungan DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang sekaligus menetapkan Hidayat Nurwahid sebagai Presiden PKS.

Pada Pemilu 2004, PKS memperoleh suara sebanyak 8.325.020 suara atau 7,34 persen dari jumlah total suara dan mendapatkan 45 kursi dari total 550 kursi di DPR RI.

Presiden PKS Hidayat Nur Wahid kemudian terpilih sebagai Ketua MPR RI masa bakti 2004-2009 dan langsung menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PKS. Dalam Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26-29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden PKS periode 2005-2010.

Capres

Pada Pemilu 2009, PKS yang bernomor urut 8 itu bertekad untuk meraih sebanyak-banyaknya suara rakyat agar bisa mengajukan sendiri calon presiden dan wakil presidennya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.

Presiden PKS Tifatul Sembiring mengatakan, mozaik kebhinnekaan kekuatan parpol-parpol di Indonesia sangat cair sehingga partai-partai papan atas dan tengah akan saling berbagi kekuatan di seluruh wilayah Indonesia.

Dengan banyaknya partai peserta pemilu, Tifatul memperkirakan bahwa pada Pemilu 2009 mendatang belum ada partai yang mampu menjadi peraih suara mayoritas ("single majority"), bahkan parpol akan sulit untuk meraih suara di atas 25 persen.

Karena itu pula, katanya, untuk membangun pemerintahan pasca Pemilu 2009, partai-partai politik harus melakukan koalisi untuk membentuk kekuatan ideal dalam membangun pemerintahan.

Tifatul mengungkapkan, beberapa studi terakhir menyebutkan bahwa koalisi PDI Perjuangan dan PKS menjadi kekuatan paling ideal dalam membangun pemerintahan. "Riset terakhir, PDIP dan PKS paling kuat kalau membentuk koalisi," katanya.

Namun yang menjadi hambatan adalah visi PKS tentang calon presiden ideal di 2009 tidak sejalan dengan PDIP. PKS mewacanakan calon presiden ideal dari kalangan muda di bawah lima puluh tahun, sementara PDIP telah memutuskan akan kembali mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres pada Pemilu 2009.

Tifatul menjelaskan, permasalahan yang dihadapi Indonesia sangat kompleks. Karena itu, katanya, seorang calon presiden harus mempunyai pemikiran segar dan matang untuk menemukan solusi atas kesulitan bangsa.

Namun, soal siapa figur calon presiden dan soal koalisi, PKS baru akan memutuskannya setelah pelaksanaan Pemilu 2009. Jika memperoleh suara nasional minimal 20 persen pada Pemilu 2009, maka PKS akan mengajukan calon presiden dan wakil presiden sendiri.

"Sekarang kita tidak ada penjajakan-penjajakan. Majelis Syuro sebagai lembaga tertinggi sampai para kader di lapangan, sekarang fokus pada pemenangan Pemilu 2009. Karena masalah koalisi dan dukung-mendukung capres itu harus berbasis pada riil politik kita dan itu baru terbentuk setelah Pemilu 2009," kata Ketua Majelis Syuro PKS KH Hilmi Aminuddin.

Menurut Hilmi, jika sekarang ini sudah berbicara masalah koalisi dan dukung-mendukung capres maka hal itu artinya berkoalisi dengan menggunakan "peta buta" karena posisi atau kekuatan partai politik akan terlihat berdasarkan hasil perolehan suara Pemilu 2009.

Ia menambahkan, keputusan PKS mengenai capres/cawapres dan koalisi partai itu nantinya akan dirumuskan oleh Majelis Syuro selaku lembaga tertinggi di PKS yang jumlah anggotanya 99 orang.

Keajaiban

Sementara itu, Sekjen DPP PKS Anis Matta mengatakan, tahun 2009 adalah tahun keajaiban bagi banyak orang, dan banyak orang-orang di luar PKS mengatakan bahwa 20 persen suara terlalu besar untuk PKS.

Menurut Anis yang juga Ketua Tim Pemenangan Pemilu Nasional, rekan-rekannya di DPP menyebut bahwa hanya keajaiban yang membuat PKS bisa mendapat 20 persen suara pada Pemilu 2009.

"Tetapi saya bilang, maka keajaiban itu harus kita wujudkan pada 2009 nanti. Bahkan, kalau 20 persen itu keajaiban, maka kita ingin melampaui keajaiban itu. Dua puluh persen adalah angka yang harus kita lampaui," tegasnya.

Menurut dia, PKS didominasi oleh anak-anak muda dan anak-anak muda itu diharapkan dapat menjadi penggerak untuk bisa meraih keajaiban memperoleh 20 persen suara. "Khalifah Umar bin Khattab pernah mengatakan bahwa jika dia menghadapi suatu masalah yang pelik, maka dia akan memanggil kalangan pemuda," katanya.

Karena itu, katanya, menghadapi Pemilu 2009, PKS akan semakin solid dan militan, terutama dengan strateginya mengincar orang-orang muda. (*)

Kepengurusan
Presiden : Ir Tifatul Sembiring
Sekjen : HM Anis Matta, Lc.
Bendahara Umum : H Mahfudz Abdurrahman
Ketua Majelis Syuro : KH Hilmi Aminuddin
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) : Suharna Surapranata MSc
Ketua Dewan Syariah Pusat: Surahman Hidayat
Nomor Urut : 8

Alamat DPP
Jl Mampang Prapatan Raya No.98 D-E-F Jakarta Selatan, 12720
Telp. (021) 7995425
Fax. (021) 7995433

Tidak ada komentar:

Posting Komentar