jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 13 November 2008

Tifatul: Din Geram Karena Tersaingi!


INILAH.COM, Jakarta. Kegeraman Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin atas iklan politik PKS dinilai Presiden PKS Tifatul Sembiring sebagai sekadar pelampiasan pribadi semata. Tifatul bilang, Din merasa tersaingi.
"Mungkin dia merasa tersaingi. Di PKS ada orang Muhammadiyah, NU, dan yang lain," kata Tifatul dengan nada santai kepada INILAH.COM, Jakarta, Rabu (12/11).
Sebelumnya Din Syamsuddin menilai iklan kampanye PKS yang menampilkan 8 tokoh bangsa telah menyalahi etika. Warga Muhammadiyah pun disebut Din akan antipati dengan PKS.
Menurut Tifatul, PKS tidak perlu meminta izin kepada pihak-pihak yang merasa memiliki tokoh-tokoh yang muncul dalam iklan itu. Sebab 8 tokoh yang ditayangkan dalam iklan tersebut merupakan milik seluruh rakyat Indonesia.
"Emangnya yang ngantongi izin siapa? Mereka kan milik bangsa. Justru dia (Din) yang telah memolitisir iklan yang tidak politis," cetus Tifatul.
Tak takut ditertawakan jika iklan itu tetap tayang? "Lebih bagus ketawa, kan senyum merupakan sedekah," sahutnya.
Namun Tifatul membantah bahwa apa yang dilakukan oleh PKS ini tidak sesuai dengan akhlak Islam. "Iklan itu sama sekali tidak menjelekkan tokoh-tokoh itu," katanya.
Memeringati Hari Pahlawan, PKS menayangkan iklan kampanye dengan menampilkan foto 8 tokoh nasional. Mereka adalah Soekarno, M Hatta, Soeharto, Bung Tomo, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Mohammad Natsir, dan Jenderal Besar Sudirman.
Tampilnya KH Ahmad Dahlan sebagai salah satunya pendiri Muhammadiyah inilah yang diprotes Din dan warga Muhammadiyah. Keberatannya lantaran tokoh sentral Muhammadiyah itu dikait-kaitkan dengan politik untuk menghadapi pemilu. Apalagi tidak ada pemberitahuan dan permintaan izin kepada Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar