jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 13 November 2008

Iklan Soeharto Sesuai Konsep PKS


JAKARTA. Ketua tim politik pemenangan pemilu Partai Keadilan Sejahtera, Mahfudz Siddiq, mengatakan tak ada yang keliru dengan konsep iklan yang dibuat partainya dalam menyambut Hari Pahlawan 10 November. “Ide dasarnya memang seperti itu,” kata Mahfudz kemarin mengenai iklan yang menampilkan sosok mendiang mantan presiden Soeharto bersama para pahlawan nasional itu. “Tidak ada yang salah dengan iklan itu dan tidak akan ada revisi.”
Penegasan oleh Mahfudz ini membantah pernyataan Presiden PKS Tifatul Sembiring di beberapa media massa, yang mengatakan dalam iklan berdurasi 30 menit itu terdapat kesalahan karena tak sesuai dengan konsep awal yang disodorkan partai. Dalam beberapa kesempatan, termasuk kepada Tempo, Tifatul juga menegaskan PKS tidak pernah menganggap Soeharto sebagai pahlawan, melainkan sebagai “guru bangsa”.
“Soeharto bukan pahlawan,” katanya menanggapi banyaknya protes dari berbagai pihak atas iklan PKS. Mereka yang memprotes menganggap PKS menyetarakan Soeharto dengan pahlawan seperti Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Sudirman, dan lain-lain. Tifatul mengakui masih banyak perdebatan menyangkut sosok penguasa Orde Baru tersebut.
Mahfudz membenarkan bahwa iklan itu telah mengalami beberapa perubahan dari konsep yang dipresentasikan di hadapan Dewan Pimpinan Pusat PKS. “Memang ada beberapa perubahan sesuai dengan masukan-masukan dari pengurus partai,” katanya, sambil menjelaskan detail-detail perubahan tampilan dan pesan dalam iklan yang ia maksudkan. “Nah, pada perubahan terakhir itu Tifatul tidak menghadiri pertemuan.”
Ketua Fraksi PKS di Dewan Perwakilan Rakyat ini menyatakan siap memberikan klarifikasi perihal keterangannya yang berbeda dari Tifatul. “Siap. Tidak masalah,” katanya. “Bukan masalah besar.”
Setelah tiga hari tayang di beberapa saluran televisi, iklan Soeharto dan para pahlawan itu kemarin dihentikan. Tentang hal ini, Mahfudz kembali menegaskan bahwa berhentinya penayangan itu sama sekali bukan karena ada kesalahan atau disebabkan banyaknya protes. “Kontraknya sudah habis. Hanya tiga hari,” katanya.
Anggota Fraksi PKS, Agus Purnomo, mengatakan partainya telah mengkalkulasi dampak penayangan iklan dengan ongkos Rp 2 miliar itu. “Konsepnya sudah dibuat sejak Juni lalu,” katanya.
Tujuan pembuatan iklan, ia menjelaskan, adalah menjaring dukungan masyarakat dengan dana yang terbatas. “Jika berdampak pada citra partai, itu sudah risiko,” ujarnya. Ia mempersilakan pihak-pihak yang keberatan dengan iklan itu mengajukan gugatan ke Komisi Penyiaran Indonesia atau Dewan Pers.
Meski iklan sudah dihentikan, hingga kemarin protes kepada PKS masih mengalir. Melalui siaran persnya, Serikat Pengacara Rakyat menyatakan PKS tidak punya hak menjadikan seseorang sebagai pahlawan atau guru bangsa.

(Nov.13, 2008 in Partai Politik, Politik Koran Tempo, Kamis, 13 November 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar