jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Sabtu, 30 Juni 2012

Ustadz, kok ngomong politik mulu? Kapan Da'wahnya?




Oleh Abdullah Haidir, Lc
PIP PKS Arab Saudi
twitter: @abdullahhaidir1 
fb: http://www.facebook.com/abdullah.haidir.9



Ust. Ko' akhir2 ini statusnya politik dan kampanye mlulu….?
Apa ga sebaiknya statusnya diisi dengan nilai2 dakwah saja….

Begini…..

likulli maqaamin maqaalunSetiap tempat dan situasi ada ungkapannya (yang cocok untuk disampaikan).

Kalau yang antum maksud dengan pertanyaan tersebut adalah mengapa status saya tidak berisi nilai-nilai dakwah saja, maka hendaknya masalahnya dipahami dengan cermat. Memilih atau mendukung terpilihnya pemimpin yang kita percaya dapat membawa nilai dan misi lebih baik daripada yang lainnya, menurut saya juga memiliki nilai dakwah yang tidak kalah pentingnya. Jadi, ini juga sebenarnya 'status dakwah', hanya 'kemasannya' yang sedikit beda. Kesannya memang 'mengejar kekuasaan', atau 'mengejar dunia'. Tapi saya meyakini, selagi ada orientasi dakwah di dalamnya serta tidak ada perkara prinsip yang dilanggar, maka, apa yang dikatakan sebagai 'mengejar kekuasaan' atau 'mengejar dunia' sesungguhnya dibalik itu terdapat medan dakwah dan medan pahala yang sangat besar.

Sebab, jika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam katakan, "Aku berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaraku, lebih aku suka daripada I'tikaf di masjidku sebulan." (HR. Thabrani), maka saya menganggap bahwa mendukung seorang calon pemimpin hingga terpilih, agar dengan itu diharapkan dapat membantu penyelesaian berbagai problematika masyarakat, adalah perkara yang sangat besar nilainya.

Bukankah golongan yang pertama kali disebut dari 7 golongan yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam katakan akan mendapatkan naungan di hari kiamat pada hari tidak ada naungan selain naungan Allah adalah 'Pemimpin yang adil'?

Bukankah Utsman bin Affan radhiallahu anhu pernah berkata,

إِنَّ اللهَ لَيَزَعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لاَ يَزَعُ بِالْقُرْآنِ

"Sesungguhnya Allah mencegah (kemunkaran) lewat penguasa apa yang tidak dicegah melalui Al-Quran.."

Maksudnya adalah bahwa keputusan seorang penguasa yang berpihak kepada nilai-nilai dakwah dan agama dapat lebih efektif untuk mencegah kemunkaran ketimbang ayat-ayat dan nasehat-nasehat yang disampaikan. Perkara ini sangat jelas realitanya bagi siapa saja yang ingin merenunginya.

Bukankah para shahabat menunda pemakaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tujuannya adalah agar mereka segera mendapatkan kepastian pemimpin setelah beliau wafat agar tidak timbul fitnah. Itu semua, dan masih banyak lagi bukti lainya, tak lain kecuali menunjukkan pentingnya seorang pemimpin yang mumpuni di tengah masyarakat. Maka, hal itu semestinya berbanding lurus dengan pentingnya kita memiliki peran, sedikit atau banyak, dalam mewujudkan kepemimpinan terbaik dari yang ada.

Bahwa masih banyak kekurangan di sana sini dan masih jauh mencapai titik sempurna, itu pasti. Lagipula tidak ada yang sempurna selain Allah Ta'ala. Namun, setidaknya di sana ada usaha manusiawi yang dapat dilakukan. Disamping, para ulama telah mengajarkan kepada kita….

مَالاَ يُدْرَكُ كُلُّهُ لاَ يُتْرَكُ جُلُّهُ

"Jika sesuatu (kebaikan) tidak dapat diraih seluruhnya, jangan tinggalkan semuanya."

Jadi, jangan terlalu tabu dengan kemasan 'dunia' dan 'politik' selagi yang dituju adalah akhirat dan kebaikan umat serta tidak ada perkara prinsip yang dilanggar. Sebaliknya, jangan terlalu 'terpedaya' dan 'terbuai' dengan kemasan 'akhirat' namun dibalik itu ternyata menyimpan hasrat duniawi dan cenderung menghindar dari problematika umat terkini.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ingatkan hal tersebut dalam sabdanya

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

"Sesungguhnya seseorang (boleh jadi) tampak di hadapan manusia melakukan amal ahli surga, padahal dia adalah (calon) penghuni neraka. Dan seseorang (boleh jadi) tampak oleh manusia melakukan amal ahli neraka, padahal dia adalah (calon) penghuni surga." (HR. Muslim)

Saya tidak ingin mengatakan bahwa 'saya adalah ahli surga' meskipun itu yang selalu saya mohon. Hanya yang ingin saya katakan adalah jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan hanya berdasarkan tampilan luarnya saja.

Jadi, 'kampanye' yang saya lakukan melalui status saya sesungguhnya adalah bagian dari wilayah dakwah yang ingin saya geluti. Itupun saya akui tidak ada apa-apanya dibanding mereka yang langsung berjibaku di lapangan. Namun setidaknya saya ingin punya kontribusi walau sekecil apapun. Bagi saya, kalau kita memimpikan pemimpin yang baik, mengapa tidk sekalian menampakkan dukungan utk membantu mewujudkannya... ketimbang pasif menjadi penonton...

Di sisi lain, insya Allah, agenda dakwah yang sudah dijalani tdk ada yg diabaikan. Saya termasuk orang yang berpandangan bahwa politik memang bukan segala-galanya, tapi, aspek politik tidak dapat dilepaskan dari agenda dakwah, bahkan dari agenda kehidupan sosial kita!

Antum setuju?


Ahlan wa sahlan, kita dapat bergandengan tangan.

Antum tidak setuju?

Ahlan wa sahlan, kita tetap dapat saling memberi salam dan berjabat tangan… jangan sampai ada luka di antara kita …. :)

Saya tentu tidak dapat memaksa antum untuk mengikuti sikap saya, namun setidaknya kita dapat saling memahami … "Tidak harus orang meyakini apa yg kau katakan, yang harus adalah engkau meyakini apa yang engkau katakan.."

Semoga Allah limpahkan kepada antum dan saya ilmu yang bermanfaat serta hidayah dan taufiq-Nya… aamiin.

Beli ikan asin di Purwakarta….
Jika dapat, bawa ke kramat jati

Jika ingin beresin Jakarta…

Nomor empat pilihan sejati…

Sehat terdidik harapan kita

Hidayat-Didik Pilihan kita..!! :)

Akhukum fillah…
Abdullah Haidir


Sumber: PKS Piyungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar