jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 12 Mei 2011

Optimalisasi Peran Perempuan

Bismillah...

Rasulullah SAW bersabda, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah." (HR.Muslim)

Ada sebuah kata-kata bijak; "Wanita adalah tiang negara, apabila baik wanitanya maka baiklah negara dan apabila rusak wanitanya maka rusaklah negara"

Kata-kata bijak tersebut memberikan gambaran kepada kita betapa kuatnya peran seorang wanita sampai-sampai keadaannya menentukan keadaan sebuat negara. Wanita adalah salah satu pilar penegak ummat yang perannya sedemikian besar bagi "hitam putih"nya peradaban manusia.

Ustadz Anis Matta juga pernah berkata, "dibelakang laki-laki yang hebat, pasti ada seorang wanita yang hebat pula". Maksudnya, seorang laki-laki menjadi sukses salah satunya karena ada wanita (istri) yang menjadi inspirasi dan pemompa semangat mereka.

Dibelakang Rasulullah ada ibunda Khadijah dan dibelakang Alexander Agung ada Cleopatra.

Adalah merupakan nikmat dan anugerah terindah ketika Allah mentakdirkan kita sebagai salah satu dari wanita. Dan menjadi sempurnalah nikmat itu manakala kita menjadi wanita shalihat yang bergabung dengan da'wah ini untuk mencetak sejarah, menjadi inspirasi bagi pencetak sejarah atau melahirkan generasi pencetak sejarah.

Alhamdulillah, perjalanan da'wah dari tahun ke tahun menunjukkan kemajuan yang pesat. Ketika kita memasuki mihwar muassasi (era politik), maka dibutuhkan muslimah yang bisa bermain cantik, sehingga kendaraan "partai" akan mengantarkan kita pada tujuan. Ini membutuhkan perjuangan yang berat, dimana kita harus mampu mengoptimalkan dan menyeimbangkan peran-peran itu menjadi harmoni. Dalam kenyataannya, ketika kita berupaya optimal dalam satu peran, maka kadang ada peran yang terkorbankan. Akhwat aktifis da'wah tapi rumahnya berantakan, anak tidak terurus atau sebaliknya akhwat yang sukses dalam keluarga tapi gak sempat berdakwah.

Tulisan ini terbagi dalam dua seri, sebagai refleksi penulis yang masih tertatih dalam menata diri untuk mengoptimalkan perannya sebagai hamba Allah, sebagai ibu dan istri dalam keluarga dan sebagai bagian dari masyarakat.

Sebagai HAMBA ALLAH SWT, perempuan (muslimah) mendapat tugas yang sama dengan muslim yaitu beribadah kepada Allah (QS Adz Dzariyat:56) . Karakter seorang muslimah adalah yang cerdas, kaya ilmu dan hikmah, berakhlaq mulia, rajin beribadah, berpenampilan rapi, disiplin, teratur, cekatan, sopan dan bermanfaat bagi sekitarnya.

Untuk mencapai karakter dan citra dirinya, tak ada pilihan lain kecuali dengan Pembinaan Diri (TARBIYAH). Tarbiyah dalam rangka mencapai derajat hamba yang terbaik meliputi :

a. Tarbiyah Tandzimiyah

Pembinaan yang terstruktur dimana ada seorang pembimbing (murobbi) yang mendampingi beberapa orang yang dibimbing (mutarobbi) secara berkesinambungan dengan program-program yang terencana untuk mencapai tujuan, seperti tilawah 1 juz perhari, qiyamullail 3 x sepekan, OR, shalat jamaah, rawatib dll. Sarana seperti mabit, kepanitiaan juga akan melatih muslimah dalam leadership dan amal jama'i. Hendaknya tarbiyah ini menjadi waktu yang asasi bagi muslimah

b. Tarbiyah Dzatiyah

Pembinaan yang dilakukan secara mandiri oleh muslimah untuk mendukung keberhasilan tarbiyah tandzimiyah dan menjadi sangat dibutuhkan manakala tarbiyah tandzimiyah terhambat. Beberapa bentuk tarbiyah dzatiyah adalah menghadiri majelis ilmu, membuat jadwal membaca untuk meningkatkan tsaqofah, mengikuti pelatihan dan seminar, merapikan catatan dan terbiasa melakukan kegiatan terjadwal dan membuat perpustakaan pribadi.

Apabila dengan mujahadah (kesungguhan) keduanya kita jalani dengan sepenuh hati dan penghayatan, maka insya Allah jalan-jalan itu akan terbuka seperti janji Allah, "dan barang siapa yang berjihad di jalan Kami, sungguh benar-benar Kami akan menunjukkan jalan-jalan Kami" (Al Ankabut:69)


Sebagai perempuan (muslimah) kita harus bisa memerankan diri kita dengan sebaik-baiknya. Disamping peran utama kita sebagai hamba Allah dan sebagai da'iyah, paling tidak ada tiga peran untuk mengoptimalkan sebagai muslimah.

A. Sebagai Seorang Anak

Peran pertama adalah sebagai seorang anak. Tugas utama seorang anak adalah berbakti kepada orang tuanya, setelah sebelumnya ia menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Birrulwalidain merupakan kewajiban bagi setiap manusia sejak kecil hingga akhir hayatnya, tidak peduli apakah kedua orang tuanya merniliki akidah yang sama dengannya atau berbeda. Yang demikian itu disebabkan jasa kedua orang tua yang tidak mungkin dapat ditebus oleh anaknya, terkecuali jika seorang anak mendapatkan kedua orang tuanya sebagai tawanan (budak), kemudian ia menebusnya dan memerdekakannya.

Seorang muslimah, apalagi yang sudah tertarbiyah senantiasa memuliakan orang tuanya, karena memahami bahwa keridhaan Allah menyertai keridhaan orang tuanya dan sebaliknya. Kesholihan pada diri seorang muslimah hendaknya dapat dirasakan oleh orang tuanya dengan bertambahnya kebaikan dan kebaktian sehingga menjadi sarana da'wah dalam keluarga. Perhatian dan kasih sayang hendaknya makin dirasakan oleh orang tua, bukan sebaliknya makin diabaikan. Naudzubillah min dzaalik.

B. Sebagai Seorang Istri

Peran kedua adalah sebagai seorang istri. Kita sebagai seorang istri merupakan pendamping utama seorang suami. Ada beberapa hal yg perlu ditunaikan sehubungan penghormatan kita kepada suami, seperti nasehat seorang ibu kepada putrinya ketika akan melepasnya untuk sang suami : "Hai putriku, camkan pesanku yang sepuluh (10) sebagai peringatan untukmu"

  1. Bergaullah (berkawan) atas dasar kerelaan (ikhlas).
  2. Bermusyawarah dengan kepatuhan dan ketaatan yang baik.
  3. Jagalah selalu pandangan matanya, jangan sampai dia melhat sesuatu yang tidak menyenangkan hatinya.
  4. Jaga bau-bauan yang sampai ke hidungnya, dan hendaknya dia selalu mencium wewangian darimu.
  5. Jagalah waktu-waktu makannya dan ketenangan saat tidurnya, sebab perihnya perut disebabkan rasa lapar dapat mengobarkan amarah dan kurangnya tidur sering menyebabkan timbulnya rasa jengkel.
  6. Jagalah hubungan dan berlakulah baik kepada kerabat dan keluarganya.
  7. Peliharalah harta bendanya, dirinya, kehormatannya dan anak-anaknya. Sesungguhnya menjaga harta bendanya adalah suatu penghargaan yang baik, dan menjaga anak-anaknya adalah perbuatan yang mulia.
  8. Jangan engkau menyebarluaskan rahasianya dan jangan menentang perintahnya.
  9. Jangan engkau terlihat gembira di saat dia sedang sedih dan susah, dan jangan bermuram durja ketika dia sedang bahagia,karena akan menimbulkan kesalahfahaman.
  10. Muliakan dia agar dia juga memuliakanmu dan banyaklah bersikap setuju agar dia lebih langgeng menjadi pendampingmu.

Tarbiyah bagi muslimah diharapkan mengarahkan proses pernikahan yang sesuai kaidah syar'iyah dan kemaslahatan da'wah. Akhwat muslimah diharapkan mendapatkan suami yang mendukung da'wah dan mengoptimalkan berbagai potensi positifnya setelah menjalani kehidupan berumah tangga, mengelolanya agar senantiasa berada dalam ruang lingkup islami dan mendorong terbentuknya keluarga yang berkhidmat untuk Islam.

C. Sebagai Seorang Ibu

Ada sebuah kisah yang sangat bagus untuk kita renungkan sehubungan peran kita sebagai seorang ibu;
Suatu hari ada seorang bayi yang akan dilahirkan ke dunia. Sang bayi bertanya kepada Tuhan, "Para malaikat mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan lemah?"

Tuhan menjawab "Saya telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu."

Sang bayi berkata "Tapi disini....., di Surga...., yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini sudah cukup bagi saya untuk berbahagia."

Tuhan menjawab lagi "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih bahagia."

Sang bayi bertanya lagi "Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku, saya tidak mengerti bahasa mereka?"

Tuhan menjawab "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar, dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkan bagaimana kamu berbicara."

"Saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?"

"Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal itu mengancam jiwanya."


"Pasti saya akan merasa sedih karena tidak melihatMU lagi."


"Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan kepadamu bagaimana agar kau bisa kembali kepadaKu, walapun sesungguhnya Aku selalu berada disisimu."


Saat itu Surga begitu tenangnya sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang anak bertanya perlahan kepada Tuhan, "Tuhan... jika saya harus berangkat sekarang, bisakah Engkau memberi tahu aku nama malaikat tersebut?"

Jawab Tuhan "Kamu akan memanggil malaikatmu....Ibu..."

Begitu mulianya tugas seorang ibu, hingga ia diibaratkan malaikat bagi anak-anaknya. Ibu sholihat ialah muslimah yang mentarbiyah anak-anaknya untuk taat kepada Allah SWT. Mereka tanamkan agidah Islamiyah shohihah ke dalam diri anak-anaknya dan mereka didik permata hati mereka untuk cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari kemaksiatan dan akhlaq yang rusak.

Mendidik putera untuk menjadi anak (generasi) yang diidam-idamkan tentunya merupakan tugas yang sangat pelik dan tidak semudah membuat kue donat, begitu bahan-bahan dicampur kemudian di kocok, maka jadilah adonan yang siap pakai. Untuk mendidik anak, ternyata diperlukan bekal ilmu, curahan pemikiran, kasih sayang serta ketrampilan. Sebagaimana diingatkan oleh Allah; "Dan hendaklah takut kepada-Ku orang-orang (tua) yang seandainya mereka meninggalkan dibelakang mereka generasi (anak-anak yang kurang pendidikan), sehingga lemah (dalam bidang Ekonomi, llmu pengetahuan dan Agama) sehingga kamu khawatir terhadap (nasib) mereka...' (QS,4 : 9)

Dra Yoyoh Yusroh mengatakan bahwa ciuman dan pelukan sayang dari orang tua akan sangat berefek pada anak sampai mereka dewasa. Oleh karena itu, bagi calon maupun yang sudah jadi umi dan abi, mari kita sayangi anak-anak kita, merekalah tiket masuk surga bagi kita. Insyaa Allah.

Oleh: Arie Widiana, Ketua Bidang Perempuan DPD PKS Kudus
Maraji' :
  1. Cahyadi & Ida, Menjadi Murobbi Sukses.
  2. Abu Izzudin, Menuju Muslimah Kaffah


Sumber: umuazzam.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar