Ayat-ayat tentang takdir ini paling banyak diturunkan pada konteks politik dan kekuasaan, karena dalam pergulatan itulah iman kita pada takdir paling banyak diuji.
Dalam pertempuran dan pertarungan politik iman kita pada takdir paling banyak diuji, karena dalam kondisi itu kita gampang labil dan tergoncang secara batin. Itu sebabnya panyak tentara yang pergi cari jimat sebelum bertempur. Atau penguasa cari dukun untuk memastikan kesinambungan kekuasaannya.
Tentara dan penguasa terlibat dalam banyak pertempuran dan konflik, hidup dalam ketidakpastian dan goncangan tanpa henti. Mereka mudah jadi rapuh. Tentara dan penguasa butuh sandaran spiritual lebih besar dan kokoh. Sayangnya mereka sering mencarinya di luar Allah.
Bekerja dalam dunia politik tanpa iman yang kokoh pada takdir membuat kita labil dan rapuh, mudah mengalami disorientasi dan tersesat di tengah jalan.
Musa berkata kepada kaumnya: "Mintalah pertolongan dari Allah dan bersabarlah, sungguh Dia akan wariskan bumi ini kepada hamba yang dikehendakiNya".
Diantara Fir'aun dan Musa, Allah memberlakukan takdirNya: shifting of power (pergiliran kekuasaan-ed). Itulah pengaturannya. Terlalu halus memang, dan tak terbaca.
Iman pada takdir membuahkan keyakinan yang kokoh dan kesabaran yang panjang. Itulah kunci dari karakter para pemenang: keyakinan dan kesabaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar