Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad saw. Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari.
Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan. Indonesia misalnya, sebagai sebuah negara terdiri dari ribuan pulau dan dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
1 . Kalimat Penyeru Yang Mengandung "Kekuatan Supranatural"
Ketika azan berkumandang, kaum yang bukan sekedar muslim, tetapi juga beriman, bergegas meninggalkan seluruh aktivitas duniawi dan bersegera menuju masjid untuk menunaikan salat berjamaah. Simpul-simpul kesadaran psiko-religius dalam otak mereka mendadak bergetar hebat, terhubung secara simultan, dan dengan totalitas kesadaran seorang hamba (abdi) mereka bersimpuh, luruh dalam kesyahduan ibadah shalat berjamaah.
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Kamis, 27 Januari 2011
Senin, 17 Januari 2011
Jadilah Kader Terlatih
Partai Keadilan Sejahtera adalah partai kader. Pimpinan PKS diberbagai level tidak boleh lelah menyiapkan seluruh perangkat-perangkat kaderisasi. Kader-kader PKS harus menjadi kader-kader terlatih agar sanggup menghadapi segala bentuk kompetisi. Hanya kader-kader terlatihlah yang sanggup memikul beban dakwah.
Demikian wejangan (taujih) yang disampaikan Ketua Majelis Syuro PKS, KH Hilmi Aminuddin dihadapan fungsionaris Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS Bidang Wilayah Dakwah Bandung, DKI Jakarta, dan Banten (Wilda Banjabar) belum lama ini di Padepokan Madani, Lembang Bandung.
Menurut Hilmi, dalam setiap merancang program atau rencana kerja, maka terlebih dahulu harus melihat kedalam atau internal organisasi. Sebab dengan mengenali potensi internal itulah nantinya bisa diperhitungkan apa saja langkah-langkah keluar organsasi. Berbicara tentang potensi internal, lanjut Hilmi, maka sejatinya yang utama dan pertama adalah kader. Sebagai partai kader, maka kewajiban segenap aktifis PKS harus mempersiapkan perangkat-perangkat kaderisasi partai.
Kemanjaan
Oleh: Anis Matta
Abu hasan Ali Al-Halani Al-Nadwi, yang tinggal di anak benua India, telah membaca tulisan-tulisan Sayyid Quthub, yang tinggal di Mesir. Tulisan-tulisannya memuat gagasan-gagasan yang kuat, solid, atraktif, berani dan terasa sangat keras. Barangkali bukan merupakan suatu kesalahan apabila dengan tanpa alasan kita membuat korelasi antara tulisan-tulisan itu dengan postur tubuh Sayyid Quthub. Penulisnya, seperti juga tulisannya, pastilah seorang laki-laki bertubuh kekar, tinggi dan besar. Itulah kesan yang terbentuk dalam benak Al Nadwi. Tapi ketika ia berkunjung ke Mesir, ternyata ia menemukan seorang laki-laki dengan perawakan yang kurus, ceking dan jelas tidak kekar.
Begitu juga dengan potret emosi seorang pahlawan. Kadang-kadang ketegaran dan keberanian para pahlawan membuat kita berpikir bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai sisi-sisi lain dalam dirinya, yang lebih mirip dengan sisi-sisi kepribadian orang-orang biasa. Misalnya, kebutuhan akan kemanjaan.
Jika kita hanya membaca biografi pahlawan, atau mendengar cerita kepahlawanan dari seseorang yang belum pernah kita lihat, barangkali imajinasi yang tersusun dalam benak kita tentang pahlawan itu akan berbeda dengan kenyataannya. Itu berlaku untuk lukisan fisiknya, juga untuk lukisan emosionalnya.
Abu hasan Ali Al-Halani Al-Nadwi, yang tinggal di anak benua India, telah membaca tulisan-tulisan Sayyid Quthub, yang tinggal di Mesir. Tulisan-tulisannya memuat gagasan-gagasan yang kuat, solid, atraktif, berani dan terasa sangat keras. Barangkali bukan merupakan suatu kesalahan apabila dengan tanpa alasan kita membuat korelasi antara tulisan-tulisan itu dengan postur tubuh Sayyid Quthub. Penulisnya, seperti juga tulisannya, pastilah seorang laki-laki bertubuh kekar, tinggi dan besar. Itulah kesan yang terbentuk dalam benak Al Nadwi. Tapi ketika ia berkunjung ke Mesir, ternyata ia menemukan seorang laki-laki dengan perawakan yang kurus, ceking dan jelas tidak kekar.
Begitu juga dengan potret emosi seorang pahlawan. Kadang-kadang ketegaran dan keberanian para pahlawan membuat kita berpikir bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai sisi-sisi lain dalam dirinya, yang lebih mirip dengan sisi-sisi kepribadian orang-orang biasa. Misalnya, kebutuhan akan kemanjaan.
Tak Ubahnya Seperti Kelelawar
Oleh: DR. Ali Al Hammadi*
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengarahkan pembicaraan lebih khusus kepada para juru dakwah, orang-orang yang berusaha melakukan kebaikan dan memburu pahala dari Allah swt. Juga kepada semua Muslim yang memahami firman Allah swt,
Sebelum saya menyampaikan kalimat singkat kepada saudara-saudaraku tercinta, para da'i dan para pejuang kebaikan, saya ingin mereka menghayati lebih dahulu firman Allah SWT, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan melakukan amal shalih lalu mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah orang-orang Muslim." (QS. Fushilat : 33).
Imam At Turmudzi meriwayatkan hadits Hasan Shahih, dari Abu Umamah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia."
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengarahkan pembicaraan lebih khusus kepada para juru dakwah, orang-orang yang berusaha melakukan kebaikan dan memburu pahala dari Allah swt. Juga kepada semua Muslim yang memahami firman Allah swt,
"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, Kami akan menambahkan baginya keuntungannya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan padanya sebagiannya saja dan tidak ada baginya bagian keuntungan di akhirat." (QS. Asy-Syuro: 20)
Sebelum saya menyampaikan kalimat singkat kepada saudara-saudaraku tercinta, para da'i dan para pejuang kebaikan, saya ingin mereka menghayati lebih dahulu firman Allah SWT, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan melakukan amal shalih lalu mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah orang-orang Muslim." (QS. Fushilat : 33).
Imam At Turmudzi meriwayatkan hadits Hasan Shahih, dari Abu Umamah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia."
Membaca Taqdir
Oleh: Anis Matta
Iman kepada takdir mempertemukan dua kutub ekstrim dalam diri kita. Kepasrahan dan optimisme. Ketergantungan pada Allah dan rasa percaya diri. Itu yang memberi kita keseimbangan jiwa. Akhir dari semua kerja keras kita adalah kepasrahan. Ujung dari semua kelemahan kita adalah optimisme.
Kita tidak perlu melawan kehendak Yang Maha Besar. Kita hanya perlu memahaminya, lalu belajar berdamai dengan diri kita bahwa itulah yang terbaik untuk kita. Karena itu kita berucap “Allah telah menetapkan. Semua yang Dia kehendaki pasti Dia lakukan. Yang terbaik itu apa yang ditakdirkan Allah”.
Takdir adalah ide tentang bagaimana kita menafsir kekuatan dan kelemahan kita sebagai manusia. Juga ide tentang skenario kehidupan, dimana Allah adalah pusatnya.
Diantara manfaat iman kepada takdir adalah bahwa kita menemukan ruang tak terbatas untuk menafsir semua kelemahan dan keterbatasan kita. Tapi, di balik itu tetap ada harapan dan optimisme bahwa Allah selalu berkehendak baik kepada kita. Apapun peristiwa yang ditimpakan kepada kita.
Iman kepada takdir mempertemukan dua kutub ekstrim dalam diri kita. Kepasrahan dan optimisme. Ketergantungan pada Allah dan rasa percaya diri. Itu yang memberi kita keseimbangan jiwa. Akhir dari semua kerja keras kita adalah kepasrahan. Ujung dari semua kelemahan kita adalah optimisme.
Kita tidak perlu melawan kehendak Yang Maha Besar. Kita hanya perlu memahaminya, lalu belajar berdamai dengan diri kita bahwa itulah yang terbaik untuk kita. Karena itu kita berucap “Allah telah menetapkan. Semua yang Dia kehendaki pasti Dia lakukan. Yang terbaik itu apa yang ditakdirkan Allah”.
Takdir adalah ide tentang bagaimana kita menafsir kekuatan dan kelemahan kita sebagai manusia. Juga ide tentang skenario kehidupan, dimana Allah adalah pusatnya.
Berhenti Berarti Mati
Oleh: Ustadz Abdul Muiz
Diceritakan lagi ketika tentara Holagu masuk ke kota Baghdad, terdapat seorang ulama yang juga buta. Dia menghadang tentara dengan mengayunkan pedang ke kanan dan ke kiri barangkali ada musuh yang kena. Secara logika, apa yang bisa dilakukan oleh orang yang dalam kondisi seperti itu? Barangkali kalau dia duduk di rumah dia tidak dosa dan tidak ada pertanggung jawabannya di sisi Allah. Tapi masalahnya, ia ingin berkontribusi, ingin aktif.
Kisah kisah semacam ini banyak dalam kisah tabiin. Yang kita inginkan dalam tarbiyah adalah para kader dakwah seperti itu. Meskipun sudah udzur tetap saja bersemangat berjuang, berjuang, berjuang. Kendala fisik, materi, kondisi ekonomi, minimnya sarana, dan kendala-kendala duniawi lain bukanlah halangan manakala iman sudah tertanam kuat di dada.
Anas bin Malik mengatakan tentang Abdullah bin Ummi Maktum yang secara kondisi fisik buta. Tapi pada perang Yarmuk, Abdullah bin Ummi Maktum hadir di tengah para mujahidin di medan perang, memakai baju besi, memegang bendera. Anas bin Malik bertanya, wahai Abdullah bin Ummi Maktum, bukankah Rasulullah saw telah memberi udzur kepadamu? Ia menjawab, “Ya betul, memang dalam Al Quran telah diberikan udzur kepada orang buta. Tetapi saya menginginkan dengan kehadiran saya di sini, di medan perang, paling tidak dapat menambah jumlah tentara Islam.”
Diceritakan lagi ketika tentara Holagu masuk ke kota Baghdad, terdapat seorang ulama yang juga buta. Dia menghadang tentara dengan mengayunkan pedang ke kanan dan ke kiri barangkali ada musuh yang kena. Secara logika, apa yang bisa dilakukan oleh orang yang dalam kondisi seperti itu? Barangkali kalau dia duduk di rumah dia tidak dosa dan tidak ada pertanggung jawabannya di sisi Allah. Tapi masalahnya, ia ingin berkontribusi, ingin aktif.
Kisah kisah semacam ini banyak dalam kisah tabiin. Yang kita inginkan dalam tarbiyah adalah para kader dakwah seperti itu. Meskipun sudah udzur tetap saja bersemangat berjuang, berjuang, berjuang. Kendala fisik, materi, kondisi ekonomi, minimnya sarana, dan kendala-kendala duniawi lain bukanlah halangan manakala iman sudah tertanam kuat di dada.
Taqdir Politik
Oleh: Anis Matta
Ayat-ayat tentang takdir ini paling banyak diturunkan pada konteks politik dan kekuasaan, karena dalam pergulatan itulah iman kita pada takdir paling banyak diuji.
Tentara dan penguasa terlibat dalam banyak pertempuran dan konflik, hidup dalam ketidakpastian dan goncangan tanpa henti. Mereka mudah jadi rapuh. Tentara dan penguasa butuh sandaran spiritual lebih besar dan kokoh. Sayangnya mereka sering mencarinya di luar Allah.
Ayat-ayat tentang takdir ini paling banyak diturunkan pada konteks politik dan kekuasaan, karena dalam pergulatan itulah iman kita pada takdir paling banyak diuji.
Dalam pertempuran dan pertarungan politik iman kita pada takdir paling banyak diuji, karena dalam kondisi itu kita gampang labil dan tergoncang secara batin. Itu sebabnya panyak tentara yang pergi cari jimat sebelum bertempur. Atau penguasa cari dukun untuk memastikan kesinambungan kekuasaannya.
Tentara dan penguasa terlibat dalam banyak pertempuran dan konflik, hidup dalam ketidakpastian dan goncangan tanpa henti. Mereka mudah jadi rapuh. Tentara dan penguasa butuh sandaran spiritual lebih besar dan kokoh. Sayangnya mereka sering mencarinya di luar Allah.
Apakah Masih Ada Manfaatnya?
Oleh: Cahyadi Takariawan
“Seminar ini tidak mengubah apa-apa”, kata seorang wanita peserta Seminar Nasional yang digelar Lemhannas RI tadi pagi (09/12/2010). “Ada, walaupun sedikit”, jawab Kombes Pol Suko Raharjo yang menjadi mitra bicaranya.
Dalam kehidupan keseharian di tanah air kita, terlalu banyak kekecewaan dan keputusasaan masyarakat menghadapi realitas yang sulit berubah. Sikap apatis muncul dari kondisi seperti ini, sehingga banyak corak praktis dan pragmatis yang mewarnai pola hidup masyarakat. Dalam Pemilihan Umum untuk Anggota Legislatif misalnya, banyak masyarakat memilih berdasarkan transaksi praktis, karena mereka sudah tidak percaya bahwa akan ada perubahan mendasar. Siapapun yang menjadi anggota legislatif, hasilnya sama saja. Itu cara berpikir mereka.
Demikian pula dalam Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) yang bersifat langsung, terjadi pula sifat transaksional yang pragmatis. Sebagian masyarakat percaya, siapapun yang terpilih, tidak akan membawa perubahan yang signifikan. Maka, cara memilih berdasarkan kepentingan pragmatis, siapa yang memberi kemanfaatan paling banyak dan paling dirasakan menjelang masuk bilik TPS, itulah calon yang akan dipilih.
“Seminar ini tidak mengubah apa-apa”, kata seorang wanita peserta Seminar Nasional yang digelar Lemhannas RI tadi pagi (09/12/2010). “Ada, walaupun sedikit”, jawab Kombes Pol Suko Raharjo yang menjadi mitra bicaranya.
Saya sering mendengar ungkapan seperti itu. Ungkapan keputusasaan, kegelisahan, kekecewaan, dan tiada harapan. John Rambo pernah mengucapkan kalimat seperti itu kepada rombongan misionaris gereja di bawah pimpinan Michael Burnet dan Sarah Miller, yang akan berangkat ke Myanmar. “Kamu tidak akan mengubah apapun”, kata Rambo. Namun para misionaris tetap berkeyakinan ada yang bisa mereka perbuat di Myanmar. Tapi ini terjadi di film Rambo IV.
Dalam kehidupan keseharian di tanah air kita, terlalu banyak kekecewaan dan keputusasaan masyarakat menghadapi realitas yang sulit berubah. Sikap apatis muncul dari kondisi seperti ini, sehingga banyak corak praktis dan pragmatis yang mewarnai pola hidup masyarakat. Dalam Pemilihan Umum untuk Anggota Legislatif misalnya, banyak masyarakat memilih berdasarkan transaksi praktis, karena mereka sudah tidak percaya bahwa akan ada perubahan mendasar. Siapapun yang menjadi anggota legislatif, hasilnya sama saja. Itu cara berpikir mereka.
Demikian pula dalam Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) yang bersifat langsung, terjadi pula sifat transaksional yang pragmatis. Sebagian masyarakat percaya, siapapun yang terpilih, tidak akan membawa perubahan yang signifikan. Maka, cara memilih berdasarkan kepentingan pragmatis, siapa yang memberi kemanfaatan paling banyak dan paling dirasakan menjelang masuk bilik TPS, itulah calon yang akan dipilih.
Permainan Taqdir
Oleh: Anis Matta
Seharusnya Fir'aun sadar bahwa isi kotak ini mutlak masuk dalam daftar bayi yang harus dibantai. Dia tidak boleh membuat pengecualian. Tapi Fir'aun membuat pengecualian. Bayi ini dikeluarkan dari daftar target pembunuhan. Dan itulah awal dari semua bencana yang menimpanya kelak.
Pengecualian itu dibuat dengan logika yang sangat lugu dan naif. Istrinyalah yang memberi ide, bayi itu mungkin bermanfaat atau diangkat sebagai anak. Kaum megaloman seperti Fir'aun biasanya menunjukkan kuasa dengan menebar kasih. Maka ia mengabulkan permintaan istrinya, toh semua masih dalam kendali.
Dari celah jiwa itulah Allah memberlakukan kehendakNya. Sang Rasul tumbuh besar dalam istana, dengan fasilitas istana. Perlindungan yang sempurna. Dari waktu ke waktu bayi itu menunjukkan gelagat berbahaya, tapi kasih sayang mengubah sikapnya. Ia melakukan "pembiaran", semua dalam kendali.
Fir'aun mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kotak kecil berisi bayi Musa yang mengapung di sungai dan merapat ke istananya adalah sebuah surat. Itu pesan bahwa ketika ia menginstruksi pembunuhan bayi laki-laki, tanpa sadar ia sedang bermain dengan takdirnya sendiri. Permainan baru saja dimulai!
Seharusnya Fir'aun sadar bahwa isi kotak ini mutlak masuk dalam daftar bayi yang harus dibantai. Dia tidak boleh membuat pengecualian. Tapi Fir'aun membuat pengecualian. Bayi ini dikeluarkan dari daftar target pembunuhan. Dan itulah awal dari semua bencana yang menimpanya kelak.
Pengecualian itu dibuat dengan logika yang sangat lugu dan naif. Istrinyalah yang memberi ide, bayi itu mungkin bermanfaat atau diangkat sebagai anak. Kaum megaloman seperti Fir'aun biasanya menunjukkan kuasa dengan menebar kasih. Maka ia mengabulkan permintaan istrinya, toh semua masih dalam kendali.
Dari celah jiwa itulah Allah memberlakukan kehendakNya. Sang Rasul tumbuh besar dalam istana, dengan fasilitas istana. Perlindungan yang sempurna. Dari waktu ke waktu bayi itu menunjukkan gelagat berbahaya, tapi kasih sayang mengubah sikapnya. Ia melakukan "pembiaran", semua dalam kendali.
Menikmati Kelelahan
By : Abu Izzuddin
-------------------
Aku marah dan protes kepada ROBBI, betapa tidak adilnya ini…
Katanya الله maha kaya, maha memberi, maha mengabulkan permintaan hamba-Nya. Tapi kenapa permintaanku tak dikabulkan, harapanku tak dipenuhi.
Namun seiring berjalannya waktu, setelah batang yang berduri tersebut kutanam, kusirami, dan kurawat sebaik mungkin, maka mulai keluarlah kuncup-kuncup daun dan ranting, kian lama kian banyak dan tumbuh semakin subur. Dan akhirnya keluarlah bunga yang harum semerbak wangi, indah di lihat nan menyenangkan hati.
Seiring berjalannya waktu, setelah hidup dengan memakan dedaunan, ulat itupun lama kelamaan berubah bentuk menjadi kepompong. Dari kepompong itulah, pelan namun pasti muncul seekor kupu-kupu dengan warna sayap yang sangat indah. Terbang kian kemari menari-nari, hinggap di atas bunga-bunga.
Saat hujan reda dan suasana menjadi cerah, kulihat pelangi menghiasi langit, indah warna-warni.
-------------------
Seorang kawan berkata kepadaku,
"Aku meminta kepada الله sekuntum bunga yang indah nan harum mewangi, tapi الله memberiku sebatang kayu yang berduri"
"Akupun minta kepada الله seekor kupu-kupu yang bersayap indah nan cantik. Akan tetapi الله memberiku seekor ulat yang berbulu, menakutkan dan menjijikkan".
"Akupun meminta kepada الله suasana indah dengan rona pelangi warna-warni menyelimuti, tapi الله menjadikan suasana mendung dan hujan menyiram bumi".
Aku marah dan protes kepada ROBBI, betapa tidak adilnya ini…
Katanya الله maha kaya, maha memberi, maha mengabulkan permintaan hamba-Nya. Tapi kenapa permintaanku tak dikabulkan, harapanku tak dipenuhi.
Namun seiring berjalannya waktu, setelah batang yang berduri tersebut kutanam, kusirami, dan kurawat sebaik mungkin, maka mulai keluarlah kuncup-kuncup daun dan ranting, kian lama kian banyak dan tumbuh semakin subur. Dan akhirnya keluarlah bunga yang harum semerbak wangi, indah di lihat nan menyenangkan hati.
Seiring berjalannya waktu, setelah hidup dengan memakan dedaunan, ulat itupun lama kelamaan berubah bentuk menjadi kepompong. Dari kepompong itulah, pelan namun pasti muncul seekor kupu-kupu dengan warna sayap yang sangat indah. Terbang kian kemari menari-nari, hinggap di atas bunga-bunga.
Saat hujan reda dan suasana menjadi cerah, kulihat pelangi menghiasi langit, indah warna-warni.
Belajar Bersatu
Oleh: Anis Matta
Mungkin itu yang sering kita dengar setiap kali menyorot masalah persatuan. Tapi di sisi lain yang sebenarnya mungkin teramat remeh, ingin ditampilkan di sini.
Persatuan ternyata merupakan refleksi dari ’suasana jiwa’. Ia bukan sekedar konsensus bersama. Ia, sekali lagi, adalah refleksi dari ’suasana jiwa’. Persatuan hanya bisa tercipta di tengah suasana jiwa tertentu dan tak akan terwujud dalam suasana jiwa yang lain. Suasana jiwa yang memungkinkan terciptanya persatuan, harus ada pada skala individu dan jamaah.
Ketika kekalahan, tragedi, kelaparan, dan pembantaian mendera jasad Islam kita, kita selalu saja menyoal dua hal: konspirasi Barat dan lemahnya persatuan umat Islam. Tangan-tangan syetan Yahudi seakan merambah di balik setiap musibah yang menimpa kita. Dan kita selalu tak sanggup membendung itu, karena persatuan kita lemah.Mari kita menyoal persatuan, sejenak, dari sisi lain. Ada banyak faktor yang dapat mempersatukan kita: aqidah, sejarah dan bahasa. Tapi semua faktor tadi tidak berfungsi efektif menyatukan kita. Sementara itu, ada banyak faktor yang sering mengoyak persatuan kita. Misalnya, kebodohan, ashabiyah, ambisi, dan konspirasi dari pihak luar.
Mungkin itu yang sering kita dengar setiap kali menyorot masalah persatuan. Tapi di sisi lain yang sebenarnya mungkin teramat remeh, ingin ditampilkan di sini.
Persatuan ternyata merupakan refleksi dari ’suasana jiwa’. Ia bukan sekedar konsensus bersama. Ia, sekali lagi, adalah refleksi dari ’suasana jiwa’. Persatuan hanya bisa tercipta di tengah suasana jiwa tertentu dan tak akan terwujud dalam suasana jiwa yang lain. Suasana jiwa yang memungkinkan terciptanya persatuan, harus ada pada skala individu dan jamaah.
Wallahua'lam...
Oleh: Abdullah Haidir, Lc*
Kalimat ini semestinya tidak hanya dipahami sekedar dari kata-kata yang terkandung di dalamnya. Tapi lebih dari itu, dia menggambarkan mentalitas ilmiah yang khas dimiliki seorang muslim, terlebih seorang ulama.
Wallahua'lam, berangkat dari keyakinan seorang muslim akan "Kemahatahuan Allah" yang sempurna yang tanpa batas sekaligus menjadi sumber ilmu bagi hamba-Nya (QS. Al-Baqarah: 32). Sementara di sisi lain, Allah sangat menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk memiliki pilar ilmiah yang kuat dalam setiap pandangannya (QS. Al-Isra: 36). Maka, jika kita mendapatkan kata-kata ini di penghujung pendapat seorang ulama, kita dapat menangkap sebuah puncak pencarian ilmiahnya sekaligus sekaligus kerendahhatiannya di hadapan Allah yang Maha Mengetahui hakikat kebenarannya.
Ungkapan wallahua'lam (Allah lebih mengetahui) dalam khazanah Islam sering dijadikan sebagai penutup sebuah pandangan dan pilihan pendapat yang diambil oleh para ulama ketika memberikan pandangan dan pendapatnya.
Kalimat ini semestinya tidak hanya dipahami sekedar dari kata-kata yang terkandung di dalamnya. Tapi lebih dari itu, dia menggambarkan mentalitas ilmiah yang khas dimiliki seorang muslim, terlebih seorang ulama.
Wallahua'lam, berangkat dari keyakinan seorang muslim akan "Kemahatahuan Allah" yang sempurna yang tanpa batas sekaligus menjadi sumber ilmu bagi hamba-Nya (QS. Al-Baqarah: 32). Sementara di sisi lain, Allah sangat menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk memiliki pilar ilmiah yang kuat dalam setiap pandangannya (QS. Al-Isra: 36). Maka, jika kita mendapatkan kata-kata ini di penghujung pendapat seorang ulama, kita dapat menangkap sebuah puncak pencarian ilmiahnya sekaligus sekaligus kerendahhatiannya di hadapan Allah yang Maha Mengetahui hakikat kebenarannya.
Pemenang vs Pecundang
By: Asma Nadia
--------------
Pemenang membuat masalah besar menjadi kecil
Pecundang membuat masalah kecil menjadi besar
Pemenang mengecilngecilkan masalah besar
Pecundang membesarbesarkan masalah kecil
--------------
Pemenang melakukan apa yang harus dilakukan,
Pecundang melakukan apa yang suka dilakukan.
Pemenang jadi bagian dari jawaban;
Pecundang jadi bagian dari masalah.
Pemenang membuat masalah besar menjadi kecil
Pecundang membuat masalah kecil menjadi besar
Pemenang mengecilngecilkan masalah besar
Pecundang membesarbesarkan masalah kecil
Kabar Keabadian
Oleh: Imam Ibnul Jauzi
Perlu disadari bahwa seluruh kedudukan yang akan dicapai di sana sangat tergantung pada kerja keras setiap orang di dunia. Adalah aneh jika banyak orang yang menyia-nyiakan setiap detik waktunya dengan meiakukan hal-hal yang tiada berguna. Sebenarnya, satu tasbih atau pujian kepada Allah saja akan merupakan tanaman kurma dalam surga yang buahnya bisa dimakan sepanjang zaman. Wahai orang yang khawatir kehilangan itu semua, teguhkanlah hati Anda untuk selalu berharap surga.
Wahai orang-orang yang selalu resah dengan datangnya maut, bayangkanlah rasa getir kematian setelah Anda dikaruniai kesehatan. Sesungguhnya, sejak roh Anda dicabut, bahkan sebelum roh itu dicabut, tersingkaplah kedudukan manusia nanti di akhirat.
Demi Allah, saya membayangkan masuk surga dan selamanya berada di sana, tanpa sakit, tanpa meludah, tanpa tidur, tak ada penyakit mewabah, dan selalu sehat. Kebutuhan selalu terpenuhi. Kenikmatan silih berganti setiap saat tiada batas. Hampir saya tidak percaya jika syariat tidak menjabarkan dengan jelas dan gamblang keadaan surga.
Perlu disadari bahwa seluruh kedudukan yang akan dicapai di sana sangat tergantung pada kerja keras setiap orang di dunia. Adalah aneh jika banyak orang yang menyia-nyiakan setiap detik waktunya dengan meiakukan hal-hal yang tiada berguna. Sebenarnya, satu tasbih atau pujian kepada Allah saja akan merupakan tanaman kurma dalam surga yang buahnya bisa dimakan sepanjang zaman. Wahai orang yang khawatir kehilangan itu semua, teguhkanlah hati Anda untuk selalu berharap surga.
Wahai orang-orang yang selalu resah dengan datangnya maut, bayangkanlah rasa getir kematian setelah Anda dikaruniai kesehatan. Sesungguhnya, sejak roh Anda dicabut, bahkan sebelum roh itu dicabut, tersingkaplah kedudukan manusia nanti di akhirat.
PKS Akan Usung Capres Sendiri di Pilpres 2014
Detik.Com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kemungkinan besar tidak akan mendukung bakal capres PD, Ani Yudhoyono, di pilpres 2014. Sebab, PKS memilih mengajukan capres sendiri di pilpres 2014 ketimbang mempersiapkan kandidat cawapres untuk isteri Presiden SBY tersebut.
"Orang mengusung capres sih wajar saja disosialisasikan lebih awal. PKS sendiri kemungkinan memunculkan capres sendiri untuk meramaikan bursa pemimpin nasional, supaya kita tidak mengalami kekurangan stok pemimpin," ujar Sekjen PKS, Anis Matta, kepada detikcom, Sabtu (8/1/2011).
Anis menuturkan, pemilu 2014 seharusnya diisi oleh banyak capres. Dengan demikian maka rakyat akan jeli memilih mana calon presiden yang dianggap layak memimpin Indonesia.
"Kita harap partai lain juga memunculkan calon masing-masing, makin banyak capres makin ramai pilpres 2014 dengan pemimpin berpengalaman," imbau Anis.
PKS Tanpa Murobbi
By: Abuhasan Surhim
"...kalau dibiarkan, sistem yang teratur akan menjadi tidak stabil dan berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu..."
Hal yang sama terjadi jika Anda mengabaikan pemeliharaan rumah beberapa hari, dan Anda akan mendapati rumah lebih berdebu dan lebih berantakan setiap harinya.
Inilah Hukum Entropi, hukum utama seluruh hukum fisika di alam semesta. Albert Einstein menyatakan bahwa ini adalah hukum utama seluruh ilmu pengetahuan. Segala sesuatu di alam semesta patuh terhadap entropi.
"...kalau dibiarkan, sistem yang teratur akan menjadi tidak stabil dan berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu..."
Jika Anda meninggalkan mobil di tempat terbuka bertahun-tahun atau bahkan cuma beberapa bulan, ketika kembali, Anda pasti tidak bisa mengharapkan mobil Anda dalam kondisi seperti pada waktu Anda meninggalkannya. Anda mungkin mendapati ban kempes, jendela rusak, karat pada bagian mesin dan rangka, dan sebagainya.
Hal yang sama terjadi jika Anda mengabaikan pemeliharaan rumah beberapa hari, dan Anda akan mendapati rumah lebih berdebu dan lebih berantakan setiap harinya.
Inilah Hukum Entropi, hukum utama seluruh hukum fisika di alam semesta. Albert Einstein menyatakan bahwa ini adalah hukum utama seluruh ilmu pengetahuan. Segala sesuatu di alam semesta patuh terhadap entropi.
Life is a Fading Shadow
اِÙ†َّÙ…َا Ù‡ٰØ°ِÙ‡ِ الØَÙŠٰوةُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ù…َتَاعٌ ÙˆَاِÙ†َّ الْاَØ®ِرَØ©َ Ù‡ِÙŠَ دَارُالْÙ‚َرَار
“Sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah kesenangan sesaat sedangkan akhirat adalah yang kekal nan abadi.” (40:39)
Umar bin Abdul Aziz berkata dalam pidatonya:
“Sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah kesenangan sesaat sedangkan akhirat adalah yang kekal nan abadi.” (40:39)
Umar bin Abdul Aziz berkata dalam pidatonya:
"Dunia ini bukan tempat tinggalmu yang kekal, karena Allah telah mentaqdirkan bahwa dunia akan berakhir dan penduduknya bakal meninggalkannya. Banyak orang yang membangun dan mendirikan apa-apa yang sesaat dan pasti akan rusak binasa. Banyak sekali penduduk dunia ini yang merasa nyaman tinggal di atasnya padahal mereka akan segera meninggalkannya. Karenanya, semoga Allah melimpahkan ampunan-Nya kepadamu. Persiapkanlah perjalananmu dengan menggunakan bekal yang paling baik yang kau temukan. Bekalilah dirimu dengan bekal yang memadai, dan sesungguhnya bekal yang terbaik adalah taqwa. Karena dunia ini bukanlah tempat tinggal yang abadi, maka seyogyanya seorang mukmin menjadi seperti orang asing di sebuah negeri asing, mencurahkan segala perhatiannya untuk kembali ke kampung halamannya. Atau dia berlaku sebagai seorang musafir yang tidak tinggal di suatu tempat yang tetap, tetapi dia senantiasa berjalan siang dan malam menuju kediamannya yang tetap."
Langganan:
Postingan (Atom)