Jakarta. Keseriusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi partai terbuka dan moderat dinilai sebagai upaya sungguh-sungguh dan jujur. Mengapa?
Indonesianis asal Australia yang juga profesor pada Australia National University (ANU) Greg Fealy menilai, ada upaya sungguh-sungguh dari PKS untuk menjadi partai terbuka dan moderat. Menurut dia, upaya ini jelas menggunakan logika politik.
“Karena tanpa strategi inklusif, bagaimana bisa di atas 10 persen suara di masa mendatang,” katanya kepada wartawan termasuk R Ferdian Andi R dari INILAH.COM, di sela-sela Munas II PKS di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, akhir pekan lalu. Berikut wawancara lengkapnya:
Apakah Anda melihat PKS tulus untuk menjadi partai inklusif?
Saya kira mereka jujur dengan usaha ini. Selain itu ada juga logika politik di belakang strategi keterbukaan partai. Dengan strategi itu, PKS bisa tumbuh cepat menjadi partai besar. Tanpa strategi inklusif, bagaimana bisa di atas 10 persen suara di masa mendatang.
Tapi mereka juga hati-hati dengan perubahan AD/ART, berusaha menjaga identitas Islam. Jadi ada batas dalam proses keterbukaan partai. Saya kira lima tahun akan datang, PKS jauh lebih inklusif.
Apakah dalam upaya ini akan menimbulkan resistensi di internal PKS?
Pasti ada. Mereka (kader) masuk PKS karena menganggap partai ini paling saleh, taat pada doktrin Islam. Susah bagi banyak kader untuk menerima orang nonmuslim, ada isu syahadat. Kalau melihat bahan bahan latihan bagi kader PKS misalnya gazhwul fikri dan jahiliyah, jadi bagaimana orang nonmuslim kalau mendengar ini, tentu tidak enak.
Proses keterbukaan PAS di Malaysia ada banyak kesamaan dengan PKS karena membiarkan orang nonmuslim masuk partai, tetapi hanya anggota tapi bukan anggota penuh. PKS bisa belajar sedikit dari PAS.
Bukankah upaya untuk menjadi partai terbuka pernah PKS lakukan dalam Pemilu 2009 namun nyatanya tidak banyak membantu kenaikan suara hanya 0,4%?
Saya kira ada bermacam soal, salah satunya karena faktor SBY. Mungkin di 2014, faktor itu tidak ada dan PKS bisa naik 10-12%. Tapi saya kira PKS punya problem internal, PKS tidak seistimewa 2009 dan 2004 yang terkenal sebagai partai bersih, serta partai peduli lewat bantuan darurat.
Aspek itu banyak ditiru, bicara dengan kebersihan politik dan kepedulian sosial. Jadi, aspek yang unik dari PKS tidak menonjol di 2009 misalnya menyatakan Soeharto sebagai pahlawan dan mengundang Mbak Tutut.
Saya kira mereka keterlaluan dengan merangkul orang pro Golkar yang rindu orde baru, mereka meninggalkan banyak orang yang memiliki orientasi reformis. Yang menarik, suara PKS menurun dalam basis kekuatan mereka, tapi naik seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, tapi di Jakarta dan Jawa Barat menurun.
Saya kira kesempatan untuk tumbuh terbatas. Saya kira membutuhkan orang di tengah spektrum politik bahwa partai ini betul betul berubah, misalnya dengan menyebutkan partai inklusif dan pruralistik.
Tapi terkait dengan RUU Pornografi, Mahfudz Siddiq menyatakan ini kado untuk umat Islam. Wajar saja kalau dia bilang begitu, tapi untuk banyak orang mencurigai mungkin PKS belum berubah. PKS harus memberikan kesan yang konsisten sebagai partai terbuka. Banyak sidang sidang di munas, kami tidak tahu apa apa tentang apa yang dibahas. Beda dengan Demokrat, PDIP, bahkan Partai Bulan Bintang. Saya kira ini tantangan bagi PKS.
Apakah inklusivisme hanya menjadi wacana elit PKS?
Memang, bahwa kalangan elite PKS lebih antusias tentang proses keterbukaan ketimbang kader biasa. Karena mereka lebih sering bergaul dengan macam macam orang di DPR dan di kalangan bisnis di Jakarta dan kota besar.
Tidak mengherankan kalau banyak orang tingkat bawah, kalau ada resistensi dengan menganggap mungkin dapat membahayakan identitas PKS. Jadi hampir semua partai Islam yang melakukan proses ini seperti Partai PAS (Malaysia) dan Partai AKP (Turkey). Ada resistensi, ada kelompok yang konservatif dan progresif. Kadang lebih progresif dan kadang konservatif tergantung kondisi. Jalan yang mereka tempuh ke arah inklusif dan jalan terus.
Bagaimana dengan niatan PKS akan serius menggarap NU dan Muhammadiyah melalui bidang baru pembinaan umat di struktur baru PKS?
Nah itu salah satu faktor suara PKS tidak naik setahun lalu. Karena ada kampanye anti PKS di kalangan tertentu dalam Muhammadiyah dan NU. Saya tidak tahu, kalau ada strategi itu, saya meragukan sedikit karena cukup berbahaya bagi mereka sendiri mengingat reaksi dari NU dan Muhammadiyah.
Di 2004, PKS tidak punya banyak lawan atau musuh, tapi 2009 banyak sekali musuhnya, baik Muhammadiyah dan NU, seperti KH Hasyim Muzadi berbicara tentang ancaman Islam transnasional. Jadi PKS harus mengatasi resistensi, kalau terlalu agresif cari dukungan baru dalam kalangan Muhammadiyah maka akan ada reaksi yang merugikan mereka.
Source: Inilah.Com, 21/06/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar