Setiap pagi dan setiap hari televisi kita dipenuhi diskusi dan debat. Ada yang hangat dan ada pula yang panas. Anehnya pula semakin panas, semakin disuka. Bahkan ada stasiun TV yang menggambarkan debat sebagai suasana pertarungan ring tinju, dimana setiap sesi dibatasi dengan bunyi bel, ibaratnya pergantian ronde dalam sasana sesungguhnya. Lebih lengkap lagi, masing-masing pihak didampingi dengan suporter lengkap dengan ragam atributnya. Mereka siap bersorak saat jagonya bicara, sebagaimana mereka juga siap mencemooh saat lawan bicara jagonya sedang menyela. Sorak sorai dan cemoohan bersahutan. Dan ternyata semua senang, Penonton juga senang, buktinya rating acara tersebut langsung melangit.
Ada ungkapan yang menarik, dalam setiap kepala ada pendapatnya sendiri-sendiri. Dalam banyak hal pasti ada perbedaan. Suami istri saja bisa berbeda pendapat, anak kembar juga demikian, dalam hal yang sederhana berkaitan dengan hobi dan selera misalnya. Apalagi jika dikembangkan dalam masalah yang lebih luas dan rumit lagi.
Saya sendiri aslinya terlihat senang berdebat. Tapi ternyata tidak semua kesempatan berdebat itu harus ditanggapi. Apalagi hasil akhirnya sudah sama-sama tahu, maka buat apa meladeni jika itu harus menggadaikan ukhuwah? Apalagi jika kemudian banyak yang menonton dan tepuk tangan? Kemudian selesai acara masing-masing tidak akan pernah puas dengan jawaban dan bantahan? yang ada justru malah dendam semakin menghujam dalam dada. Jika itu terjadi antar kelompok agama, merinding saya memikirkannya.
Maka saya tahu kapan saya diam dan kapan meladeni, Lihat kondisi dan lihat juga siapa yang mendebat kita. Lagian, siapa sih yang memulai menjadikan standar, bahwa yang membantah pasti benar, dan yang dibantah pasti salah? Siapa sih? Karenanya, tetap saja masing2 berpotensi benar sebagaimana masing-masing berpotensi salah.
Bahkan seorang teman berkomentar dengan singkat : "sejak dulu ajang debat memang bukan untuk mencari yang benar dan salah, tapi untuk menunjukkan yang menang dan kalah ". Wah ngeri juga ternyata. Saya jadi ingat kembali acara debat di TV yang dimulai dan diakhiri dengan bunyi lonceng ......
Beberapa inspirasi dari Al-Quran, perkatan ulama dan kata2 hikmah dari arab di bawah ini mungkin bisa menjadi pertimbangan dan renungan bagi saya dan anda, sebelum terjebak dalam rutinitas debat yang belum tentu berakhir baik …. Lihat situasi dan kondisi ya ..
PERTAMA : Sabar dan utamakan ukhuwah, Tidak perlu meladeni berdebat jika itu hanya akan melemahkan ukhuwah dan menebarkan kebencian
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al-Anfal 46)
KEDUA : Jika memang harus berdebat, pastikan dengan kepala dingin dan tidak emosional. Dengan cara yang santun jauh dari kesan angkuh dan merasa dirinya benar
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS An-Nahl 125)
KETIGA : Lihat dulu lawan debat anda, tidak semua harus diladeni. Terkadang diam itu sudah menjadi sebuah JAWABAN tersendiri.
قل بما شئت في مسبة عرضي فسكوتي عند اللئيم جواب
ما أنا عادم الجواب ولكن ما من الأسد أن تجيب الكلاب
Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku
Toh, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukanlah artinya aku tidak punya jawaban, tetapi
Tidak pantas bagi seekor singa meladeni anjing-anjing
(Imam asy-Syafi’i)
KEEMPAT : Berusahalah untuk objektif dalam setiap permasalahan, Jangan membenci orang yang engkau debat, kecuali jika memang anda ingin menang debat, maka bencilah ia sekuat tenaga.
"رأيي صواب يحتمل الخطأ ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب"
Imam Syafii berkata : " Pendapatku benar, tapi mengandung kemungkinan salah, dan pendapat selainku salah tapi mengandung kemungkinan benar "
وعين الرضا عن كل عيب كليلة * كما أن عين السخط تبدىالمساويا
Pandangan simpati menutup segala cela
Sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat
KELIMA : Jika perdebatan sudah mengarah pada menang atau kalah, bukan benar atau kurang benar, maka saatnya mundur atau tinggalkan sejak awal.
و كم من عائب قولا صحيحا و آفته من الفهم السقيم
Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar?
Sebabnya karena pemahaman yang salah/buruk
KEENAM : Tidak semua tema , waktu dan tempat kita bisa berdebat, lihat situasi dan kondisi yang ada. Tidak semua orang bisa menerima pendapat orang. Tidak semua tema bisa dijelaskan kepada semua orang.
لكل مقال مقام و لكل مقام مقال
“Setiap ucapan ada tempatnya dan setiap tempat ada ucapannya tersendiri.”
Wallahu a'lam bisshowab.
Sumber: www.indonesiaoptimis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar