VIVAnews. Peran Hidayat Nur Wahid dalam sidang Persatuan Parlemen Negara Islam (PUIC) akhir Januari lalu di Kampala, Uganda, memperoleh pujian dari para anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang tergabung dalam forum BKSAP (Badan Kerja Sama Antar-Parlemen). Kelihaian Hidayat berbahasa Arab sangat membantu diplomasi.
"Bahasa Arab Pak Hidayat sama bagus dengan Bahasa Indonesianya," ujar Wakil Ketua BKSAP, Sidarto Danusubroto. "Bagaimana negara OKI tidak takluk pada beliau? Muka Melayu, tapi Bahasa Arab oke," ujar Sidarto Danusubroto dalam konferensi pers di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu 3 Februari 2010.
Pada tanggal 24-31 Januari, tim kecil BKSAP yang merupakan delegasi DPR, dipimpin oleh Ketua DPR Marzuki Alie, mengikuti Sidang Parlemen Negara-Negara OKI (PUIC) di Uganda. DPR RI adalah salah satu pendiri organisasi parlemen tersebut. PUIC sendiri menitikberatkan perjuangannya pada pencapaian perdamaian di kawasan Timur Tengah, salah satu titik sentral konflik terpanas dunia.
Dalam pertemuan PUIC di Uganda tersebut, Ketua DPR Marzuki Alie berhasil terpilih menjadi Presiden Konferensi PUIC sampai tahun 2012. Wakil Ketua BKSAP, Nurhayati Ali Assegaf, juga berhasil terpilih sebagai pemimpin sidang Standing Specialized Committee on Women, Social and Cultural Affairs. Ia adalah pemimpin sidang perempuan pertama di komite terkait.
Kefasihan Bahasa Arab Hidayat juga tak dapat dilepaskan dari keseluruhan keberhasilan yang dicapai parlemen Indonesia dalam Sidang PUIC tersebut. "Saya bangga dengan Pak Hidayat. Bahkan ia bisa mengetahui kesalahan pronounciation (pelafalan) yang dilakukan oleh delegasi negara-negara tersebut," kata Sidarto.
Mendengar pujian tersebut, Hidayat hanya tersenyum dan berkomentar singkat. Menurutnya, wajar saja bila Bahasa Arabnya tergolong baik, karena ia telah 13 tahun tinggal di Madinah, Arab Saudi, untuk kuliah S1 sampai S3. Yang terpenting, kata Hidayat, Indonesia harus berhasil mencitrakan diri bukan hanya sebagai pengirim TKI.
Di sisi lain, Marzuki mengakui, Indonesia selama ini memang belum memprioritaskan hubungan dengan negara-negara Timur Tengah. "Pada hari-hari besar mereka, wakil Indonesia nyaris tidak ada yang hadir. Berkebalikan dengan saat hari-hari besar negara-negara Eropa atau Jepang, di mana delegasi Indonesia pasti hadir," ujar Marzuki.
Oleh karena itu, kata Marzuki, Indonesia harus melakukan introspeksi karena tergolong kurang menghargai negara-negara Timur Tengah. Hal ini pulalah, ujar Wakil Ketua BKSAP M. Najib, yang menyebabkan buruknya performa Indonesia ketika berkomunikasi dengan negara-negara Timur Tengah. "Prioritas kita masih negara-negara Barat, Cina, Jepang, Singapura, dan lain-lain," ujarnya. Dengan demikian, DPR berharap pemerintah dapat memperbaiki hubungan ini di masa mendatang.
Sumber: Forum.Vivanews.Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar