Dakwatuna.Com - Beginilah jadinya ketika PKS (Partai Keadilan Sejahtera) memenangkan pertempuran
dalam pertarungan politiknya di beberapa pilkada (Jabar-Sumut). Terasa
sangat jelas ketidakproporsionalan beberapa media, bahkan sekelas media
besar.
Sepertinya memang ada agenda para pemilik media besar
untuk membungkam informasi kemenangan PKS. Di beberapa media bahkan
tidak ada sama sekali tema mengenai Pilkada Sumut, bisa dilihat di Jawa
Post pada hari Jum’at tanggal 8 Maret 2013. Kita tidak menemukan berita
di dalamnya yang memberitakan kemenangan PKS di Sumut. Padahal pilkada
Sumut dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2013 (kemarin).
Ada indikasi para media mencoba untuk memboikot berbagai informasi mengenai kemenangan PKS.
Di beberapa TV yang memfokuskan diri untuk menyiarkan berita dan pemilu
pun kita hampir tidak benar-benar melihat ulasan yang jelas mengenai
kemenangan PKs di Sumut.
Media dipecundangi PKS, hingga PKS
diboikot oleh berbagai media karena mereka (mungkin) malu memberitakan
kemenangan PKS lantaran mereka sering memberitakan mengenai “detik-detik
runtuhnya PKS”, yang malah PKS tidak runtuh hingga semakin membesar dan
memenangkan Pilkada di Jabar dan Sumut.
Dua kader inti PKS
ditempatkan untuk menduduki posisi Gubernur, di Jabar dan Sumut. Hingga
keduanya telah memenangkan pertarungan politik pada daerah
masing-masing.
Sebelumnya mereka ramai-ramai memprediksi
kehancuran PKS, media ramai mengundang para pengamat politik supaya
didengar “wejangan dukun” politiknya, yang menggembar-gemborkan PKS akan
hancur dan kalah, diawali dengan kekalahan di Pilgub Jabar.
Ternyata, para “dukun politik” itu masih belum mampu menerawang jauh
mengenai PKS, mereka ternyata benar-benar masih belum mengenal PKS
secara keseluruhan. Bahkan tak jarang para pengamat politik itu ternyata
mengambil informasi melalui dukun terhandal di dunia, Google.
Para pengamat politik mencari-cari celah untuk bisa menganalisa mengenai
PKS, menganalisa kasus daging sapi, menganalisa ustadz LHI, menganalisa
Ahmad Fathanah. Semua dianalisa, hingga
Akhirnya dihasilkan analisa bahwa berbagai kasus yang mendera PKS akan menjadi awal kehancuran PKS.
Media senang, ramai, bahkan tak jarang media ramai-ramai menyebut
“Partai Korupsi Sapi”, hingga pembawa acara berita (Metro TV) pun
menyebut orang yang dihormati di PKS, Ustadz LHI dengan sebutan Sapi.
PKS di bully media dengan berbagai kasus-kasus yang dideranya.
Dikait-kaitkan dengan berbagai kasus hingga tak jarang difitnah oleh
media.
Hingga akhirnya Allah Azzawajalla mendengar doa-doa
kader PKS, mendengar permintaan tobat berjamaah. Dan mendengarkan
doa-doa seluruh kader PKS yang merasa teraniaya oleh bullying era baru,
yaitu media bul-bul.
Kita tidak akan menemukan berita PKS yang
seintensif akan membahas kemenangan PKS oleh berbagai media. Karena
media sudah tidak ingin lagi kecolongan, atas ulah petinggi PKS yang
malah menjadi penyulut kobaran api besar.
Ibarat kampanye dan
acara motivasi gratis, para media kaget dengan pemberitaan mereka
terhadap PKS malah menyulut semangat para kader PKS di pelosok daerah.
Media secara otomatis memberitakan kobaran api semangat yang terus
membesar dari para kader-kader PKS.
Para media benar-benar
kecolongan, media tidak ingin hal itu terjadi lagi. Dan beberapa media
malu, malu, semalu-malunya karena ramalan para jago dukun politiknya
SALAH TELAK!!! Hingga mereka meredam dan membungkam kemenangan demi
kemenangan yang didapatkan oleh PKS karena tentunya hal ini bisa membuat
semakin semangatnya kader PKS untuk terus berjuang memenangkan PKS.
Ibarat kemenangan perang, propaganda media yang mengabarkan kemenangan
para tentara, bisa semakin menambah semangat juang dan tekad yang terus
membara.
Walaupun begitu, meskipun media telah melakukan boikot
berita terhadap PKS. Kader-kader PKS akan terus bekerja, mesin politik
PKS akan terus bergerak, bahkan dengan semangat yang terus bergejolak
tinggi untuk terus mendukung dan memenangkan PKS.
Ingatlah para
kader PKS, Allah Azzawajalla telah berfirman: “yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al Fath 29)
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar