SUKOHARJO – Pedagang Pasar Nguter, Sukoharjo meminta
lokasi pasar darurat ditinjau ulang dan dicarikan lokasi yang dekat
dengan jalan raya. Pasalnya, lokasi yang kini dilirik dinilai terlalu
jauh sekitar 200 meter dari jalan raya dan rawan.
Pedagang
Pasar Nguter sebenarnya setuju dengan rencana pembangunan pasar, tetapi
prospek berdagang di pasar darurat diharapkan menjadi salah satu
pertimbangan Pemkab. Selain itu, pedagang berharap pembangunan pasar
dilakukan seusai Lebaran tahun ini. Hal ini diungkapkan pedagang Pasar
Nguter saat tiga anggota Komisi II DPRD Sukoharjo, seperti Hasman
Budiadi, Bambang Santoso dan H Sardjono inspeksi mendadak (sidak) ke
pasar tersebut. “Pedagang minta lokasi pasar darurat dekat dengan jalan
raya. Lokasi yang direncanakan terlalu jauh sehingga pedagang khawatir
tidak laku. Di sini saja [Pasar Nguter] sepi pembeli,” ujar Yatmini.
Dijelaskannya,
lokasi pasar darurat yang direncanakan saat ini. “Pedagang khawatir
jika tidak aman akan memperberat pedagang karena harus menanggung beaya
keamanan. Pasar darurat bisa ditempatkan di jalan kampung dekat pasar.
Warga sudah setuju jika jalan kampung digunakan,” jelasnya.
Pedagang
lain, Sulastri menambahkan, pelaksanaan pembangunan hendaknya dilakukan
seusai Lebaran mendatang. “Masa Lebaran menjadi masa-masa pedagang
menjual dagangan. Karena itu, pembangunan pasar dilakukan seusai Lebaran
sehingga pedagang memiliki modal. Pedagang juga meminta penempatan
pasar darurat gratis. Demikian juga nanti jika menempati lokasi baru di
pasar baru.”
Ketua Komisi II DPRD Sukoharjo, Hasman Budiadi yang
memimpin sidak menyatakan, kedatangan anggota Dewan untuk melihat
kesiapan pedagang dan pengelola pasar. “Tahun ini Pemkab Sukoharjo
merencakan pembangunan Pasar Nguter sebagai pasar jamu terbesar di
Indonesia. Dana pembangunan dari APBN senilai Rp10 miliar sehingga
spesifikasi jamu itu harus diperlihatkan jika pembangunan pasar sudah
selesai.”
Hasman menilai jumlah pedagang jamu di Pasar Nguter
belum menunjukkan dominasi karena berjumlah 135 pedagang dari 491
pedagang di pasar tersebut. “Kondisi itu perlu dilakukan antisipasi.
Apakah perlu dibuat zonanisasi atau yang lain sehingga predikat Pasar
Jamu Nguter terlihat. Juga soal pasar darurat hendaknya tidak terjadi
rebutan lokasi.” Untuk itu, ujar Hasman yang didampingi Bambang dan
Sardjono, perlu dilakukan sosialisasi terlebih dahulu.
Anggota
Komisi II DPRD Sukoharjo, Bambang Santoso menambahkan keluhan dan
permintaan pedagang harus diperhatikan. “Kenyamanan dan keamanan di
pasar darurat menjadi prioritas dan harus diwujudkan.”
Sementara
itu, Lurah Pasar Nguter, Widadi Nugroho mengatakan, dirinya sudah
menggelar sosialisasi dan pendataan ulang bagi pedagang. “Akhir Februari
ini, pendataan pedagang harus selesai. Saat ini tercatat 491 pedagang,
termasuk pedagang oprokan sebanyak 132 pedagang.” Diakuinya, tidak semua
pedagang di Pasar Nguter berjualan jamu namun ada pedagang pakaian,
sembako, perhiasan, buah-buahan maupun warung. “Pendataan ini menjadi
momentum untuk mutasi dagangan karena pola penempatan akan memakai
sistem zona atau pengelompokan.”
Sumber: Solopos
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar