1. Quwwatul Azm
Kekuatan Azzam menjadi unsur pertama kunci sebuah kemenagan. Apapun amanah yang dibebankan kepada kita, entah besar atau kecil, harus kita sambut dengan niat dan tekad yang kuat. Karena dengan begitu, maka segala potensi yang kita miliki akan kita optimalkan untuk menjalankan amanah itu sebaik-baiknya. Seorang kader hendaknya samikna wa atho’na atas amanah yang dibebankan kepadanya. Apabila amanah itu besar, tidak ada rasa minder dan kecil hati. Apabila amanah itu kecil, tidak ada kata gengsi, merasa tidak diperhitungkan lagi dll. Karena tugas yang telah melekat pada diri kita, maka Bismillah…..diterima dengan lapang dada dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
2. Quwwatul kawadir
Tugas apapun dalam dakwah ini, tidak akan berarti apa-apa kecuali adanya dukungan kekuatan kader. Belajar dari Pilkada Salatiga, bahwa dalam survai pertama, elektabilitas Ust. M. Haris adalah berkisar 12 persen, dalam posisi ketiga. Kemudian dilakukan konsolidasi dan sosialisasi yang terencana dan massif. Dalam survai yang kedua elektabilitasnya sebagai Walikota meningkat menjadi 14 persen, tetapi elektabilitas sebagai Wakil Walikota sangat tinggi. Melihat realitas ini, maka team bergerak untuk melakukan komunikasi politik dengan berbagai komponen dan kandidat. Hingga terbentuknya koalisi Duet Yarris (Yuli-Harris).
Dalam survai 3 hari menjelang hari H pencoblosan, elektabilitas pasangan ini diprediksi memenangkan pelkada dengan selisih 6 persen, dan diprediksi kalah di lima kecamatan. Ternyata prediksi team survai tersebut sangat tepat.
Mengapa bisa meningkatkan elektabilitas dengan baik ? Dukungan semua kader sangat luar biasa. Mereka terus bergerak, evaluasi sampai tengah malam, melakukan perencanaan sampai pagi selama 1 bulan berturut-turut. Sehingga peta di setiap RW dapat diketahui dengan pasti.
Pengorbanan kader jika diukur dengan financial, mungkin akan mendapatkan budget yang diluar perkiraan. Dan itu terjadi dengan terkoordinir, maupun inisitif-nisiatifi pribadi yang tidak terprediksi.
3. Quwwatul tandhim.
Kekuatan jaringan atau struktur. Soliditas Struktur PKS dan Izzahnya sangat terjaga. Bahkan struktur PKS tidak sepesrpun menerima uang dari calon Wali Kota. Mereka membiayai semua gerak Struktur mereka sendiri. Yang menarik adalah diterimanya PKS dikalangan Jaringan Ulama NU, bahkan di komunitas non muslim. Ini adalah sebuah gambaran kerja toleransi dan saling percaya, buah dari komunikasi yang intensif.
Dukungan Struktural sangat serius, mulai dari DPP, DPW, DPD sampai dengan ranting. Dukungan pengawalan dari kepanduan yang berperan All Out dengan psyco war yang terasa sangat tinggi, pada malam menjelang Pilkada.
4. Qowwatul Maal.
Kekuatan Finansial menjadi penopang yang niscaya. Bagi Ikhwah untuk maju menerima amanah tidak perlu takut. Kalo kita menjalankan proyek Alloh, siapa yang akan membiayai ?
Setelah melakukan pemetaan, prediksi dan diyakini memiliki peluang massa, dukungan dan peluang financial, maka ambil langkah yang predictable, realistis n budgetable.
5. Matanul Mujtama
Dukungan masyarakat menjadi penentu kemenagan yang tidak bisa kita abaikan. Di kantong-kantong PKS masyarakat dengan suka rela menjaga di gang-gang sampai malam hari. Sehingga money politik gagal masuk ke kantog-kantong pemilih.
Di masjid-masjid, dan majleis-majelis taklim dengan sukarela mengadakan do’a bersama untuk kemenangn Yarris. Bahkan dukungan dari para Pendeta dan Biksu setelah beberapa kali mendengarkan paparan Ust. Haris tentang Inklusivisme PKS, mendapatkan apresiasi SMS dan kunjungan ke rumah, yang di luar prediksi semula.
6. Quwwatul Du’a.
Diatas usaha, kerja keras dan prediksi manusia, kita meyakini penentu utama adalah SANG PEMBUAT SKENARIO KEHIDUPAN.
IDZA JAA ANASRULLOHI WAL FATH. ……………………………..FASBBIH BIHAMDI ROBBIKA WASTAGHFIRH.
SEMARANG, 15 MEI 2011
Oleh: Syamsu A. Noor
Sumber: Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar