jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 08 Maret 2011

[wawancara] J Kristiadi: Pepesan Kosong Reshuffle

Wawancara Republika dengan J Kristiadi, peneliti Senior Center for Strategic and International Studies (CSIS)

"Mudah-mudahan PKS yang lebih memiliki karakter merasa tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Mau di dalam ataupun di luar pemerintahan, mereka akan tetap sama saja." (J Kristiadi)

Apa artinya wacana reshuffle yang sekarang menggaung lagi?

Isu reshuffle ini seperti ajang cari aman saja oleh pemerintah. Sebenarnya inilah yang menjadikan isu-isu reshuffle menjadi dangkal. Semua melihatnya hanya sebatas Golkar keluar, PKS keluar, Golkar masuk atau apakah PKS masih masuk dalam koalisi. Ini dangkal.

Rakyat seharusnya disuguhkan pengertian reshuffle agar pemerintahan bisa lebih efektif berjalan. Kalau cuma soal keluar-masuk parpol, ya reshuffle tidak ada gunanya untuk rakyat.

Jadi, saya pikir, ini hanya cari aman pemerintah saja. Kalau mau cari aman ya sudah tidak usah jadi presiden.


Lalu apa keuntungannya jika reshuffle itu dilakukan?

Sekali lagi, bagi saya reshuffle ini tidak penting. Kecuali untuk orang-orang yang ingin membagi-bagi akses untuk peta politik mereka saja dan membiayai partai-partai politik mereka untuk Pemilu 2014.


Jadi tidak ada isu politik yang berguna bagi masyarakat luas yang mengiringi isu reshuffle saat ini. Ini kan soal kesepakatan apa saja yang pernah mereka buat pada saat pertama berkoalisi. Semuanya pragmatisme. Sebenarnya mereka itu saling terjerat oleh kepentingan mereka masing-masing.

Kalau Golkar dan PKS dikeluarkan apakah pemerintah akan stabil?
Itu cuma analisis dangkal-dangkalan saja. Mereka hanya berpikiran soal agenda Pemilu 2014. Mudah-mudahan PKS yang lebih memiliki karakter merasa tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Mau di dalam ataupun di luar pemerintahan, mereka akan tetap sama saja. Kan mereka juga sudah bilang begitu.

Kalau konsep reshuffle yang benar itu seperti apa?

Begini, dalam khasanah bahasa Belanda ada kata atau istilah yang berbunyi rijsttafel. Kata itu mengacu pada sajian makanan untuk para tamu yang datang. SBY jelas tidak menunjukkan niat yang serius melakukan reshuffle untuk kepentingan rakyat. Yang terlihat hanya membagi-bagikan kue pada parpol untuk kenyamanan SBY semata. Ya seperti rijsttafel itu.


Jadi sekadar bagi-bagi kue. Soalnya tidak ada diskusi publik, pembahasan substansial yang mengarah pada perlunya melakukan reshuffle dalam artian perombakan untuk menyasar jalannya pemerintahan semakin efektif. Coba Anda jawab sendiri, yakin tidak kalau reshufflenya hanya bagi-bagi kue maka pemerintahan akan berjalan makin efektif? Saya sih tidak yakin.

Lalu seharusnya apa yang dilakukan SBY saat ini?

Kalau SBY serius mau melakukan reshuffle, maka seharusnya dia secara jelas menentukan apa tujuan dan agenda mendesak dari reshuffle. Misalnya, di bidang politik, tonggaktonggak apa saja yang harus dibenahi? Dari pusat sampai daerah apa yang mau dibangun? Di bidang ekonomi, apa-apa yang mau didekati lagi, contoh soal infrastruktur?


Namun, hingga saat ini apa tujuan dan agenda reshuffle tidak pernah dibicarakan. Alasan yang disampaikan dalam pidato politik itu tidak ada urusannya dengan rakyat. Tidak ada yang greget untuk kepentingan rakyat. Fokusnya pada pengingkaran terhadap 11 perjanjian atau kesepakatan koalisi sebelum membentuk kabinet.


Isu seperti itu secara publik memang menarik dibicarakan karena menaikkan tensi politik. Adrenalin elite-elite politik pada naik semua. Tapi, untuk tujuan yang hakiki seperti kepentingan rakyat, ya jauh sekali.


Sumber: Republika (7/3/11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar