jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Minggu, 09 Mei 2010

Menakar Calon Bupati Boyolali

Momentum demokrasi bertajuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) Boyolali tahun 2010 semakin menampakkan gregetnya. Pasalnya, Minggu, tanggal 9 Mei 2010 merupakan waktu pelaksanaan coblosan untuk memilih calon bupati (Cabup) dan calon wakil bupati (Cawabup) Boyolali. Pilkada Boyolali 2010 diikuti empat pasang calon, yakni pasangan Al Hisyam-Sugiyarto (Demokrat-PAN) yang meraih nomor urut 1, Seno Samodro-Agus Purmanto (PDIP-PKB) nomor 2, Daryono-Joko Widodo (Golkar-PKS) nomor 3 serta Djaka Srijanta-Purwasi Ahmad Nurzaenah (Hanura-Parpol kecil) di nomor urut paling buncit, yakni 4.

Jika mencermati para calon yang maju saat ini, fenomena Pilkada Boyolali 2005 sedikit kembali terulang. Setidaknya, ada tiga calon yang tahun 2005 maju, kini kembali tampil guna merebut kursi kepemimpinan Boyolali 2010. Mereka yakni Seno Samodro, Al Hisyam serta Djaka Srijanta. Anehnya, dari ketiga calon yang maju tahun 2010, mereka melalui partai yang sama sekali berbeda dengan tahun 2005.

Referensi Politik


Sebagai bahan refleksi, Pilkada 2005 telah dimenangkan pasangan Sri Moeljanto-Seno Samodro, yang waktu itu dicalonkan oleh Partai Golkar dengan memperoleh 213.530 suara atau 41,75 persen. Urutan kedua, pasangan Djaka Srijanta-Adha Nur Mujtahid yang dicalonkan PAN mendapatkan 133.305 suara (26,06 persen). Ketiga, pasangan Al Hisyam-Sururi yang diusung PDI-P dan hanya memperoleh 85.770 suara (16,77 persen).

Lalu, pasangan keempat adalah H Suhadi-Muhadjir yang dicalonkan PKS dan Partai Demokrat (PD) hanya mendapatkan 49.036 suara (9,59 persen). Sedangkan kelima atau terakhir, KH Habib Masturi-P Sarijo yang dicalonkan PKB, PPP dan PKPB yang hanya mendapat 29.843 suara (5,83 persen). Artinya, peta politik Boyolali 2010 pun akan mengalami perubahan yang jauh signifikan daripada Pilkada 2005.

Selain itu, sketsa Pilkada Boyolali 2010 harus mempertimbangkan komposisi 45 kursi DPRD Kabupaten Boyolali periode 2009-2014, karena PDIP cukup dominan dengan memperoleh 14 kursi. Kursi urutan kedua adalah Partai Golkar yang turun, dari 10 menjadi delapan kursi. Hal serupa pun dialami PAN yang harus kehilangan tiga kursi, dari delapan menjadi lima kursi. Sedangkan kursi Partai Demokrat pada periode 2010 justru terdongrak menjadi enam kursi.

Sebaliknya, khusus PKS yang kursinya tak berubah, yakni tetap mendapat empat kursi. Untuk Partai Hanura menjadi satu-satunya partai baru yang mampu menempatkan wakilnya dengan merebut tiga kursi. Sedang PKB dan PPP mengalami nasib sama, yakni harus kehilangan masing-masing satu kursi. Yakni, PKB yang sebelumnya mendapatkan empat kursi, kini tinggal tiga kursi, sedangkan PPP dari dua kursi menjadi satu kursi serta PKPB yang hanya memperoleh satu kursi.

Peta Kekuatan

Berpijak dari referensi politik sebelumnya, hampir semua pasangan calon punya peluang merebut kepemimpinan Boyolali 2010-2015. Pasangan dari Al Hisyam-Sugiyarto yang meraih nomor urut 1 pun patut diperhitungkan, karena mendapat dukungan 11 kursi DPRD, yakni dari Partai Demokrat (enam kursi) dan PAN (lima kursi). Di samping itu, kekuatan Al Hisyam-Sugiyarto pun bisa berkembang bila mampu mengonsolidasikan massa tahun 2005, di mana saat itu memakai kapal PDI-P yang berhasil meraup perolehan 85.770 suara (16,77 persen).

Kedua, pasangan Seno Samodro-Agus Purmanto yang mendapatkan nomor urut 2, kini diusung PDIP dan PKB. Berhitung di atas kertas, PDIP memiliki 14 kursi dan PKB memperoleh tiga kursi, sehingga total pasangan Seno Samodro-Agus Purmanto mendapatkan dukungan 17 kursi di DPRD. Sebagai incumbent wakil bupati, tentu kekuatan Seno Samodro harus diperhitungkan jika mampu mengkonsolidasikan massa bawah, meski tahun 2005 massa PDI-P telah memilih Al Hisyam dengan memperoleh 85.770 suara (16,77 persen).

Ketiga, pasangan Daryono-Joko Widodo yang mendapat dukungan Partai Golkar (delapan kursi) dan PKS (empat kursi). Pasangan nomor 3 ini mendapat dukungan dari PPP (satu kursi) dan PKPB (satu kursi), sehingga dukungannya menjadi 14 kursi di DPRD. Mengalirnya dukungan birokrasi menjadi modal besar, mengingat sosok Daryono menjabat Sekda sekaligus Ketua Umum Korpri Boyolali. Faktor lain yang mesti dipertimbangkan, yakni mesin politik Partai Golkar tahun 2005 sangat efektif mengingat saat itu mampu meraup 213.530 suara atau 41,75 persen.

Bahkan, mengalirnya dukungan politik ke Daryono-Joko Widodo dari 13 Parpol nonparlemen pun patut diperhitungkan. Mengingat, 13 partai, yakni PBB, PIS, PKNU, PPRN, Partai Kedaulatan, PPD, PPI, PNI Marhaenisme, PMB, Partai Republikan, PKDI dan Partai Buruh. Semua partai tersebut akhirnya mengalihkan dukung yang semula Djaka Srijanta-Purwasi Ahmad Nurzaenah kepada pasangan Daryono-Joko Widodo.

Keempat, pasangan Djaka Srijanta-Purwasi Ahmad Nurzaenah yang mendapatkan nomor urut 4 ini mendapat dukungan dari Partai Hanura serta koalisi parpol kecil. Sosok Djaka Srijanta merupakan mantan Bupati Boyolali periode 1999-2004 dan pada pencalonan tahun 2005 mendapatkan dukungan PAN dengan mendapatkan 133.305 suara (26,06 persen). Saat ini, pasangan yang mengakronimkan diri Janur Kuning ini diusung 22 Parpol yang tergabung di Nurani Bersatu. Pasalnya, Parpol yang tergabung pada Nurani Bersatu berkisar 101.000 suara atau sekitar 19 persen.

Jika di atas kertas pada saat mendaftar di KPU, koalisi 22 Parpol yang mendukung pasangan Djaka Srijanta-Purwasi Ahmad Nurzaenah, yakni PPP, PKPB, Hanura, Barnas, PIS, PKNU, PPRN, PBB, Gerindra, Kedaulatan, PPD, PNI Marhaen, PDP, PKP, PMB, PPDI, PDK, Republikan, PNBKI, PBR, Buruh dan PKDI.

Ironisnya, 13 partai yang awalnya mengusung Djaka Srijanta-Purwasi Ahmad Nurzaenah kemudian keluar dan mengalihkan dukung ke pasangan Daryono-Joko Widodo.

Berangkat dari gambaran politik formal, setidaknya menjadi bahan dasar menakar peluang calon Bupati Boyolali 2010. Rakyat dapat menebak serta mengharap pada sosok yang dapat membawa Boyolali lebih baik. Jika ingin agar partisipasi politik masyarakat meningkat, para elite politik serta penyelenggara Pilkada (baik KPU maupun Panwas) tidak semau gue menerapkan demokrasi di Boyolali. Sportivitas merancang demokrasi lokal harus dijalankan dalam koridor yang benar guna memperoleh pemimpin yang cerdas dan berkualitas.



Sumber: Harian Joglosemar Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar