jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 29 April 2010

Satu jam, Pimpinan MPR dialog dengan Abu Bakar Baasyir

Sukoharjo (Espos). Ketua MPR Taufiq Kiemas didampingi empat orang wakil ketuanya, Melani Leimana Suharli, Hajriyanto Y Thohari, Ahmad Farhan Hamid dan Lukman Hakim Saifuddin bertemu dengan pimpinan Ponpes Ngruki, Sukoharjo, Abu Bakar Baasyir, Kamis (29/4).

Pimpinan MPR berdialog kurang lebih satu jam secara tertutup dengan Ustad Baasyir. Usai salat duhur berjamaah, para pimpinan MPR bersama Abu Bakar Baasyir baru mau memberi keterangan dalam jumpa pers singkat.

Ahmad Farhan Hamid mengatakan, kedatangan mereka di hari itu semata-mata untuk silaturahmi. “Ustadz Abu itu kan termasuk tokoh masyarakat. Menjadi salah satu bagian dari elemen masyarakat. Karena itulah kedatangan kami di hari ini untuk melakukan dialog, bicara yang tujuannnya demi kemajuan negara dan bangsa ke depan,” jelasnya, Kamis.

Farhan menambahkan, dengan adanya dialog mereka semua bisa saling memahami dan mempelajari satu sama lain. Kendati demikian, wakil ketua MPR tersebut tak menampik adanya beberapa pandangan yang berbeda antara mereka dengan Abu Bakar Baasyir.

Disinggung apakah pembicaraan tersebut terkait gagasan empat pilar yang disuarakan Taufiq Kiemas yaitu ideologi Pancasila, konstitusi UUD Negara RI 1945, NKRI serta Bhineka Tunggal Ika, Farhan membantahnya. Menurut dia, kunjungan itu sifatnya lebih kepada serap aspirasi dari masyarakat untuk landasan MPR bekerja ke depan.

Wakil ketua MPR lainnya, Lukman Hakim Saifuddin memberikan keterangan senada. Dia mengatakan, sangat menghormati Abu Bakar Baasyir terkait komitmennya yang besar kepada kemajuan bangsa. “Kami sangat menghargai cintanya Ustadz Abu kepada tanah air. Apalagi ketika beliau juga menyatakan tidak setuju dengan kekerasan. Statemen itu sekaligus membuktikan bahwa Al Mukmin bukanlah tempat teroris,” jelasnya.

Abu Bakar Baasyir menegaskan, agar negara bisa baik dan makmur harus mendasari dengan syariat Islam. Mengenai masalah pengeboman, Abu Bakar membenarkan bahwa dia tidak setuju. “Prinsipnya bom baru bisa dilakukan ketika Indonesia sudah diserang. Sebaliknya sekarang ini Indonesia kan diserang melalui pikiran. Nah, kalau baru seperti ini kita harus melawannya melalui dakwah,” tandasnya.

Meski tidak setuju dengan pengeboman, Abu Bakar mengatakan, dirinya tak mau menyebut pelaku sebagai teroris. Sebaliknya, mereka tetap mujahid karena sebutan teroris adalah dari negara barat.


Sumber; Solopos Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar