Kasus Bank Century terus bergulir. Kali ini bola Century menggelinding makin liar menyusul semakin dekatnya rapat paripurna DPR yang akan membahas kesimpulan Pansus Century. Persoalan yang mengemuka tak lagi hanya berkutat pada perdebatan yang esensial dari kasusnya itu sendiri. Kini, kasus Century seakan sudah menjadi komoditas dari para politisi untuk dijadikan bargaining dan daya tekan. Tentu apa yang dilakukan para politisi tersebut mengecewakan rakyat. Kasus bailout senilai Rp 6,7 triliun telah dipolitisasi sedemikian rupa, dan dengan sangat terbuka ditunjukkan kepada masyarakat.
Tengok saja, gerilya para staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ke sana ke mari menemui para tokoh sambil “menjajakan” dagangannya mengenai Century. Tujuan lobi-lobi itu bukan untuk mencari titik terang persoalan Century, melainkan bagaimana agar tekanan terhadap partai penguasa tensinya menurun. Seharusnya, kalau ingin mendukung pemerintah, para staf khusus tersebut bisa memunculkan data-data yang mendukung dan bukannya hanya sowan para tokoh tanpa tujuan yang jelas. Karena hampir semua tokoh yang ditemui, mengaku tak memiliki pengertian mengenai maksud kedatangan para staf khusus tersebut.
Persoalan juga melebar ke arah lobi-lobi dagang sapi. Sejumlah parpol ada yang ditekan akan dikurangi jatah menterinya, sebaliknya parpol lainnya diiming-imingi jatah posisi lain. Semua arahnya sama, yakni agar menyamakan persepsi mengenai kesimpulan akhir kasus Century. Pada bagian lain, ada parpol yang dinilai menggunakan sikap terhadap kasus Century sebagai alat bargaining terhadap parpol lainnya.
Lantas, jika setiap persoalan bangsa disikapi dengan pola-pola semacam ini, bagaimana dengan amanah rakyat yang telah dipercayakan kepada para wakil rakyat ini? Rakyat ingin mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya mengenai kasus itu. Jika mereka yang dipercaya sudah tak lagi bisa memperjuangkan keinginan dan harapan rakyat, lantas mau dibawa ke mana bangsa ini? Pengalaman kasus BLBI seharusnya bisa menjadi contoh dan mengetuk nurani para pemimpin negeri ini agar senantiasa amanah dalam mengupas setiap permasalahan bangsa. Rakyat tak ingin persoalan bangsa ini selalu mandek di tengah jalan. Itu hanya akan menambah luka rakyat. (***)
Sumber: Harian Joglosemar Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar