jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 06 Juli 2009

Nikmatnya Kampanye di Tengah Kemacetan


PK-Sejahtera Online. Siang menjelang sore Sabtu itu, lalu lintas menuju ke arah Senayan macet total. Ratusan bis antar kota, metro mini, kopaja, mobil pribadi dan ketinggalan angkot yang mengangkut ribuan masa PKS tertahan di jalan. Hanya kendaraan roda dua yang bisa bergerak, itu pun jalannya tertatih, karena baru beberapa meter berjalan kemacatan sudah kembali menghadang.

Massa PKS yang sebagian besar kaum perempuan itu terpaksa harus lebih bersabar menunggu untuk sampai ke tempat tujuan-Gelora Bung Karno, tempat perhelatan akbar kampanye putaran terakhir pasangan SBY-Boediono di gelar.

Untuk mengusir rasa jenuh, sambil berharap bus yang mereka tumpangi bergerak, para kader dan simpatisan PKS tersebut mengarahkan kepala ke luar jendela, seraya melambaikan tangan dan mengibarkan bendera PKS. Keceriaan tampak menghiasi wajah mereka, meski tak jarang gumpalan asap hitam milik bus-bus itu mengepul ke udara.

Sambil menikmati kemacetan, mata mereka tertuju ke arah spanduk-spanduk PKS yang dibentangkan di badan bis. “PKS Siap Menangkan SBY-Boediono”, “Dukung Kemenangan SBY-Boediono Satu Putaran”, “SBY for Presiden”, dan banyak lagi spanduk-spnaduk yang berisi dukungan kepada calon nomor dua tersebut.

Tak sedikit dari mereka yang juga memperhatikan asal rombongan bus. Ada yang dari Tanah Abang, Jatinegara, Cawang, Kebayoran Lama, Jagakarsa, dan bis-bis lain dari seluruh penjuru ibu kota.

Selain itu, ada juga massa yang berhamburan ke luar, umumnya mereka tidak tahan berlama-lama di dalam kendaraan. Dengan sangat terpaksa mereka berjalan beriringan menuju Gelora Bung Karno.

Bagi massa yang tak kuasa tertahan di dalam kendaran, dan juga tak hendak berjalan, mereka mendarat di sebuah taman atau ruas jalan. Seakan tak kuat menahan rasa lapar, mereka mengeluarkan konsumsi yang telah disediakan oleh pihak panitia. Satu dus berisi nasi, ayam bakar, lalapan dan sambel, membuat selera makan yang semula tertahan terbangkitkan. Tanpa menunggu waktu lebih lama, mereka pun segera menyantap nasi beserta lauk-pauknya hingga titik penghabisan.

Lain halnya dengan sepeda motor, perlahan tapi pasti kendaraan roda dua ini melaju ke lokasi. Dalam waktu sekejab suasana berubah menjadi riang, karena baru saja terbebas dari kemacetan.

Mereka segera memantapkan langkah menuju Gelora Bung Karno. Lantunan tembang milik tim nasyid dan band-band ternama ibukota terdengar kencang, seolah menyambut mereka untuk segera turun ke lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar