jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Minggu, 31 Mei 2009
'Totalitas' PKS Mendukung SBY
INILAH.COM, Jakarta. Tidak disangka, aksi ancam ataupun memberi teguran kepada kader bandel juga diberlakukan PKS. Zulkieflimansyah adalah salah satu contoh nyata praktik politik 'keras' PKS. Akankah kader PKS benar solid mendukung SBY-Boediono?
Zul yang menjabat Wakil Ketua DPP PKS sebelumnya sempat berucap menyoal kegetiran di kalangan internal. Menurutnya, survei PKS menunjukkan elektabilitas SBY dan JK bersaing ketat. "Kami khawatir kalau SBY kalah karena untuk mendapatkan kemenangan tidak mudah. Kalau melihat survei terbaru, jarak ketiganya masih dekat. Selisih yang paling tinggi dengan yang paling rendah hanya 10 persen," ucap staf pengajar FE UI ini.
Tidak berhenti begitu saja, Zul juga memaparkan sebagian kader juga menaruh hati pada duet JK Win. Alasannya pun tidak jauh dari isu agama. Istri JK dan Wiranto sama-sama mengenakan jilbab saat tampil ke publik. "Kalau pemilih kita tidak bisa karena pemilih PKS jauh lebih besar dari kader. Kader PKS jumlahnya 3 jutaan sedangkan pemilih 28 juta," ujarnya.
Kejujuran' Zul dibayar mahal. Ia pun harus mendapat teguran dari DPP PKS. "Lontaran Zulkieflimansyah hanyalah pernyataan pribadi. Zulkieflimansyah bukan officially. Sudah kita peringatkan," beber Presiden PKS, Tifatul Sembiring.
Namun, pria yang disebut-sebut bakal mengisi pos Menteri Kominfo ini menolak bila teguran itu bersifat peringatan keras. "Kita tidak bisa keras-kerasan begitu, PKS seperti organisasi apa. PKS tidak seperti itu. Kita egaliter. Perbedaan pendapat itu sudah biasa," dalih Tifatul.
Dikonfirmasi terpisah, Zul membantah adanya teguran dari PKS. Sebab, apa yang dilakukannya adalah demi menyolidkan kembali kader PKS yang terancam terbelah. “Saya tidak percaya Pak Tifatul seperti itu. Bukan gaya Pak Tifatul menegur, pasti ada diskusi dan diajak bicara,” jelas dia.
Ia mengakui apa yang diungkapkan terkait survei memang bukan sikap resmi partai. Tetapi, baginya PKS sebagai partai berbasis Islam perlu menjelaskan isu-isu berbau agama kepada konstituen. “Lebih baik ngomong pahit sekarang sebagai early morning. Ini wake up call harus didengungkan untuk menyolid koalisi ini. PKS solid mendukung SBY-Boediono,” tandas dia.
Kerasnya sikap pengurus teras PKS tak ayal menuai kritik. Teguran itu dinilai hanya berupa isapan jempol semata alias trik politik PKS. "Ah, kemarin yang diperingatkan Fachri Hamzah, lalu Anis Matta. Ini lagu lama. Orang sudah tahu kalau ini taktik PKS. Yang penting nama PKS terus bergulir," cetus pengamat politik Bachtiar Effendy.
Menurutnya, pernyataan Zul sebenarnya bisa dipahami. Meski kesalahannya adalah mengumbar hasil survei itu ke publik. Tetapi, langkah politik dengan memberi teguran pada Zul hanya akan membuat kubu SBY bertanya-tanya. "Orang curiga, ini manuver apa? Apalagi PKS punya sejarah memprotes SBY," papar Bachtiar.
Sikap PKS tersebut, dinilai pengamat politik Ahmad Bakir Ihsan, memang upaya menyatukan partai. Bila tidak ditanggapi, PKS malah akan terpecah belah. "Kalau lihat prosesnya PKS itu dari awal memiliki berbagai kepentingan. PKS hanya ingin menjaga soliditas partai walaupun hati mereka secara personal ada saja yang ke JK. Bila tidak dilakukan teguran, PKS itu bisa pecah dan itu yang ditakutinya," tandas Bakir.
Ia menambahkan secara kepartaian tingkat soliditas PKS dibandingkan dengan parpol lain cenderung lebih terjaga. Segala potensi perpecahan yang terjadi di dalam, cenderung lebih bisa diatasi oleh PKS. "Bila ada kadernya yang ditegur atau bahkan di pecat karena mendukung pasangan lain, itu adalah konsekuensi logis karena PKS sudah menentukan pilihan ke SBY-Boediono," tutur Bakir.
Analis politik dari UI Abdul Gafur Sangaji menambahkan SBY juga memang wajib menindak para petinggi parpol pendukungnya. Jika hanya menyerahkan permasalahan seperti ini kepada partai maka diprediksi nantinya SBY akan kesulitan mengelola mitra koalisi.
“Ini adalah riak-riak kecil yang harus dihadapi Pak SBY karena membangun koalisi yang besar. SBY harus santun dan tenang menghadapi ini. Selain itu, jangan terlalu terbuai hasil survei. Kinerja masing-masing parpol jangan diremehkan,” ujarnya.
Sebagai salah satu parpol menengah, PKS memang termasuk yang terkenal 'dinamis', baik di kalangan internal maupun manuver politik yang kerap berubah-ubah. Kali ini, publik memang sedang menunggu, apakah tindakan PKS gertak sambal demi tujuan politik sesaat atau benar adanya untuk mengamankan kebijakan partai. Dan tentu saja keduanya memiliki besaran risiko yang sama. Keutuhan dan citra partai menjadi taruhannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar