jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 09 Februari 2009

PKS Merayu Kaum Hawa


INILAH.COM, Jakarta. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) aktif mengapresiasi perempuan secara elegan. Program pemberdayaan perempuan mereka menyedot suara kaum perempuan ke parpol Islam itu sehingga bisa meraih peningkatan kursi di parlemen.

Abdul Muis Naharong, mantan Dekan Fakultas Falsafah dan Agama Universitas Paramadina menyatakan, jutaan perempuan, terutama ibu-ibu, terpikat oleh penghargaan dan apresiasi PKS atas kaum hawa.

“Ini tidak dikerjakan partai Islam lain dengan baik, apakah itu PPP, PAN, PBB dan sebagainya. Justru PKS yang melakukan persamaan hak bagi kaum perempuan, sehingga perolehan suaranya naik pada pada pemilu 2004, dibandingkan pemilu 1999,” ujar alumnus pasca sarjana University of Chicago.

PKS memang mencengangkan empat tahun lalu. Mereka meraih suara signifikan, 7,3%. Suara itu jauh meningkat dibanding lima tahun sebelumnya, saat mereka (Partai Keadilan) hanya meraih 1,7% suara.

PKS nampaknya meniru pola AKP, partai Islam di Turki yang meraih suara perempuan amat besar karena komit dan peduli terhadap kaum hawa serta anak-anak. Namun di Indonesia, PKS dikhawatirkan baru meniru kulit luar AKP belaka, belum ke substansinya, yakni pemberdayaan perempuan miskin dan keluarga papa.

Pada perayaan hari Ibu tahun ini, PKS kan menganugerahkan penghargaan kepada delapan perempuan yang menjadi inspirasi bagi kaumnya. “Penganugerahan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Ibu 2008,” kata juru bicara panitia PKS Award, Hartono, Jumat (19/12).

Acara dengan tema ‘80 Tahun Kebangkitan Perempuan: Inspirasi bagi Indonesia Sejahtera’ tersebut akan diselenggarakan di Istana Ballroom, Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta pada pukul 19.00 WIB. Penganugerahan ini diselenggarakan oleh Bidang Kewanitaan Dewan Pimpinan Pusat PKS.

Beberapa nomine yang akan memperebutkan penghargaan itu antara lain Megawati Soekarnoputri, Khofifah Indar Parawansa, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meuthia Hatta, Dian Sastro, dan Rosiana Silalahi, termasuk putri mantan Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut.

Mengenai penghargaan ke Mbak Tutut itu, amat mungkin mengundang kontroversi, dan menimbulkan kecurigaan sebagai kebutuhan PKS akan akses dana ke Cendana. Namun langkah ini sah saja.

PKS juga peduli terhadap problem kekerasan terhadap perempuan. Bahkan PKS menilai problem itu dapat disejajarkan dengan penyakit masyarakat semacam minuman keras dan pekerja seks komersial (PSK). Keberadaan PSK dibenci, namun eksistensinya tetap sulit untuk dihilangkan. Hal itu dibuktikan dengan kasus kekerasan terhadap kaum hawa yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk itu, sebagai upaya penyadaran dan pengingatan, Bidang Kewanitaan PKS Kepulauan Riau dan Jakarta, misalnya, akhir bulan lalu menggelar aksi simpatik untuk memperingati hari penghapusan kekerasan terhadap perempuan ini. Aksi puluhan kader wanita partai dakwah ini berjalan selama dua jam.

Dengan mudah, ribuan pengendara dapat memahami aspirasi yang diharapakan oleh kader wanita partai yang pada pemilu 2009 bernomor delapan ini. ‘Stop Kekerasan Terhadap Kaum Perempuan dan Stop Kekerasan dan Pelecehan terhadap Pekerja Perempuan’ adalah contoh aspirasi yang disampaikan.

PKS sengaja menjadikan pekerja perempuan sebagai bagian dari fokus aspirasi, mengingat banyaknya jumlah kaum hawa di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar