Jakarta, myRMnews. Ketua Umum Megawati Soekarno Putri (MSP) sudah dipatok sebagai capres 2009 PDI Perjuangan.
Sampai detik ini, kubu banteng belum berpikir untuk menggantikan Mega sebagai calon RI-1 nya, meskipun banyak kalangan meragukan kemampuannya.
Sejumlah riset opini publik dari lembaga-lembaga survei dalam dua pekan ini bersaing merilis hasilnya. Analisanya, Megawati tetap menjadi ‘predator’ bagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pilpres 2009.
Popularitas SBY tak luntur meski maju sebagai incumbent. Sedangkan Mega tampil dari figur oposisi yang bisa mengganggu kenyamanan duet SBY dengan JK. Jika pasangan itu dipertahankan, maka suara mereka masih kuat.
Nah, siapa yang akan menjadi cawapres untuk Mega? Inilah yang ditunggu-tunggu banyak orang. RI-2 bagi kubu Banteng akan sangat menentukan masa depan Mega. Popularitas putri Bung Karno itu tak cukup bagi wong cilik saja. Karena itu, cawapres-nya harus bisa “mengangkat” citra Mega untuk kalangan yang lebih luas.
Dalam sepekan ini, myRMnews menggelar poling mengenai siapa figur cawapres yang layak mendampingi Megawati. Hasil sementara ternyata menunjukkan indikator yang cukup populis.
Mantan Presiden PKS yang kini menjadi Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mendapat dukungan dari pembaca setia myRMnews sebagai RI-2 untuk Mega. Suaranya cukup tinggi, yaitu 32,8 persen.
Sementara itu, nama kedua yang dianggap layak menjadi cawapres Mega adalah Sri Sultan Hamengkubuwono (SSHB) dengan suarat poling 15,6 persen, disusul nama Prabowo Subijanto dengan 6,2 persen.
Berturut-turut adalah, Akbar Tandjung (5,5 persen); DR. Rizal Ramli (4,1 persen); Din Syamsuddin (2,5 persen); Fadel Muhammad (2,1 persen), Jusuf Kalla dan Wiranto sama (1,4 persen) dan terakhir adalah Pramono Anung (0,9 persen).
Namun, 27, 5 persen lainnya menyatakan bahwa di antara nama-nama itu memang tidak ada yang pantas menjadi Cawapres untuk Megawati Soekarno Putri.
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar