jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Rabu, 28 Januari 2009
Melawan Lewat Poros Tengah
Aliansi politik poros tengah kembali mengapung. Pencetusnya kurang lebih sama: figur penting Muhammadiyah. Yang dirayu adalah partai-partai politik Islam. Bukankah PKS sebelumnya telah mengusung rencana koalisi tengah?
Petinggi PP Muhammadiyah tampaknya ditakdirkan sebagai pencetus poros tengah. Bila poros tengah pada Sidang Umum MPR 1999 muncul dari mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah M Amien Rais, kini gagasan tersebut kembali dihidupkan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin.
Hampir tidak ada perbedaan antara poros tengah jilid I dan jilid II. Artinya, poros tengah ini berpijak pada suara partai politik berasas dan berbasis Islam. Efektifkah romantisme politik 1999 tersebut? Bukankah poros tengah menyisakan trauma politik yang menyakitkan di internal politisi Islam? Apakah hanya asas Islam yang menjadi perekatnya?
Pikiran Din atas poros tengah tidak terlepas dari syarat pencalonan presiden sebesar 20% kursi DPR atau 25% yang dinilai memberatkan bagi partai politik Islam. Meski demikian, guru besar politik Islam UIN Syarif Hidayatullah tersebut menegaskan, koalisi tersebut harus berpijak pada koalisi visi strategis, bukan koalisi pragmatis.
Syarat persentase pengajuan capres dengan 20% suara kursi parlemen atau 25% suara sah nasional dinilai sangat berat bagi parpol Islam. Sehingga Din berharap akan muncul poros tengah baru yang akan menyatukan seluruh partai politik Islam.
“Poros tengah jilid II harus berpijak pada koalisi strategis, bukan kepentingan pragmatis,” katanya kepada INILAH.COM, Kamis (11/12) di Jakarta. Dengan kondisi ini pula, Din seperti ingin menepis kelamnya poros tengah pada 1999 lalu.
Di era reformasi ini, kata Din, ada pencabangan dan fragmentasi yang ditandai dengan banyaknya parpol-parpol Islam maupun yang berbasis massa Islam. Sehingga, ia berharap, parpol-parpol seperti PPP, PBB, PKS, PKNU, PNUI, PKB, PMB, dan PAN tidak terpecah-belah.
“Mereka mendasarkan diri agar Islam jangan dijadikan sebagai sebuah politik sektarian dan jangan sampai keberagaman menjadi kelemahan,” ujarnya.
Apakah poros tengah untuk menjegal kenaikan SBY atau Megawati yang dalam beberapa survei sebagai capres yang memiliki elektabilitas yang tinggi? Din menampiknya. Menurut dia, bisa saja poros tengah dapat memilih kembali SBY atau Mega dalam Pilpres 2009 mendatang. “Jadi poros tengah ini sama sekali tidak mendasarkan pada upaya anti-SBY atau Mega,” tegasnya.
Gagasan poros tengah seperti menyusul gagasan serupa dengan label koalisi tengah, koalisi yang terbangun dari jajaran partai politik kelas menengah untuk memajukan calon alternatif selain SBY maupun Mega dalam Pilpres 2009 mendatang. Di koalisi tengah, tidak terpaku apakah partai politik tersebut Islam atau tidak.
“Jika memang koalisi tengah kuat, bisa saja koalisi ini bisa meninggalkan SBY atau Mega,” kata Presiden PKS, Tifatul Sembiring kepada INILAH.COM dalam sebuah kesempatan.
Koalisi tengah, disebut-sebut akan sukses jika PKS menjadi komandan. “PKS dapat mempelopori koalisi tengah. Ini pula akan memberi citra positif bagi PKS dari partai eksklusif menjadi partai inklusif,” kata peneliti Charta Politik, Burhanudin Muhtadi, dalam diskusi di PSIK Universitas Paramdina, akhir pekan lalu.
Meski berpijak pada parpol Islam, menurut Din, poros tengah dapat membuka diri dengan parpol lainnya. “Lingkaran-lingkaran politik Islam setelah kuat baru bisa melakukan koalisi dengan parpol-parpol lain. Tapi kalau mau jalan masing-masing silakanlah,” ujarnya.
Pengamat politik dari Cides, Indria Samego menilai keberadaan poros tengah dapat memecah kebuntuan kepemimpinan nasional. Sebagaimana dimaklumi, hingga empat bulan menjelang Pemilu 2009 ini, SBY maupun Mega menjadi cukup dominan sebagai capres paling populer dan memiliki elektabilitas tinggi. “Saya kira poros tengah jilid II agar pertarungan di Pilpres 2009 lebih fair. Karena saat ini seolah-olah didominasi SBY dan Mega saja,” tegasnya.
Meski demikian, Indria menyarankan, poros tengah harus melalui pemikiran yang panjang agar tidak seperti 1999 lalu. “Dengan dorongan NU dan Muhammadiyah sebagai mediator, proros tengah dapat menjadi alternatif atas kebuntuan saat ini,” katanya.
Poros tengah atau koalisi tengah seperti oase di tengah kegersangan politik nasional menjelang Pemilu 2009. Desakan calon alternatif selama setahun terakhir ini tampak tak membuahkan hasil. Kehadiran gagasan koalisi tengah atau poros tengah menjadi pemantik hadirnya calon presiden alternatif.
http://smsplus.blogspot.com/2008/12/melawan-lewat-poros-tengah.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar