jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 27 November 2008

Dipukul Krisis, PAN Insyaf Tak Lagi Jor-joran Iklan


Detik Jakarta. Dipukul krisis global, membuat Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir (SB) insyaf. Dia beserta jajaran partainya sadar, tak perlu lagi beriklan besar-besaran.

"Itu teguran, jelas. Saya kena, Sekjen kena, Totok (Totok Daryanto, Ketua Bappilu PAN) kena. Kita ambil hikmahnya. Ini teguran dari Allah agar saya tidak terlalu sombong," kata SB dalam jumpa pers di Rumah PAN, Jalan Warung Jati Barat Raya, Jakarta Selatan, Kamis (27/11/2008).

"Dulu mungkin saya sombong, buang-buang uang dengan iklan yang tidak semestinya, meskipun itu uang saya sendiri. Padahal banyak rakyat kita yang masih membutuhkan," imbuh dia.

Tak hanya itu, secara berseloroh SB pun merasa bersalah karena menyebabkan partai-partai lain ikut beriklan jor-joran seperti dirinya. "Makanya saya curiga kalau partai yang pasang iklan terus itu duitnya dari mana?" tanya pengusaha asal Pekalongan ini.

SB yang mengaku menghentikan iklan politiknya di TV sejak Agustus 2008 lalu ini bukannya kapok untuk beriklan lagi.

"Ada tapi tidak seperti dulu. Kita cari model-model iklan yang murah. Dulu Anda lebih tahu kenapa mahal kan? Itu kan dari konsultan saya yang dulu itu," tuturnya.

Untuk itu dirinya akan memikirkan dana seminimal mungkin untuk berkampanye. Mungkin beriklan melalui radio atau di koran.

"Perbandingan pencapaian iklan di TV maupun di radio itu 40:90. Tapi biayanya itu 1:50, padahal kan seharusnya 4:9," kata SB.

Bahkan dirinya akan memerintahkan para calegnya untuk lebih turun ke bawah, bersosialisasi secara langsung ke rumah-rumah masyarakat. Hal itu akan membuat calegnya bekerja lebih keras lagi bersosialisasi meraih suara rakyat.

"Kalau untuk caleg lebih efektif seperti itu. Kalau untuk ketua umum lebih efektif melalui iklan," lanjut dia.

"Ini kesalahan saya dan kawan-kawan. Kalaupun ada iklan, tidak tiap kali 17 tayangan di TV," aku SB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar