Islamedia - Deddy Mizwar mengaku tidak sekadar menuduh adanya kesaksian palsu pada Persidangan Sengketa Pemilukada Jawa Barat di Mahkamah Konstitusi.
Deddy, calon wakil gubernur terpilih, menyebutkan tim investigasi dan
advokasinya memiliki bukti dan fakta yang kuat secara hukum untuk
mengungkap saksi palsu. Salah satunya mengenai keterangan Asep Suryana,
seorang saksi yang disodorkan pasangan Rieke Diah Pitaloka-Teten
Masduki. Asep, di hadapan majelis yang dipimpin M Akil Mochtar, mengaku
warga Sumedang.
Pada kesaksiannya di hari Rabu (20/3/2013),
Asep menjelaskan bahwa pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2013 pukul
10.00WIB melihat Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar berada di Jatinangor
bersama beberapa PNS yang memakai atribut kampanye.
“Itu jelas
ngarang dan mengada-ada,” tandas Sadar Muslihat, Tim Advokasi Aher-Deddy
Mizwar. Pada tanggal tersebut, jelas Sadar, Heryawan ada di Bandung
kemudian ke Depok. “Pagi pengajian dan menjadi saksi nikah ajudan di
Bandung, siang di Depok. Bukti berupa foto, video, dan klipping berita
koran kami ada,” papar Sadar.
Sedangkan Deddy Mizwar pada hari
itu seharian berkegiatan di Bogor. “Saya berangkat dari rumah di Bekasi
sekitar jam 8.00pagi, jam 10.00sudah ada di pasar di Bogor, kemudian ke
beberapa acara lainnya.Sampai jam 23.00 saya di Bogor. Bisa dicek kok
ada foto, video, dan klipping berita juga,” jelas Deddy.
Deddy Mizwar memberikan kesempatan kepada para saksi palsu agar meminta maaf dan mencabut kesaksian.
“Mereka yang bersaksi juga warga Jabar, kami menyayangi mereka. Untuk
itu kita tidak langsung melapor ke kepolisian. Kita beri kesempatan
meminta maaf dan mencabut kesaksian dalam waktu dua hari ke depan,”
ujarnya.
Seandainya dalam waktu yang diberikan itu para saksi
yang membuat keterangan palsu tidak meminta maaf dan mencabut kesaksian,
tim pengacara Aher-Deddy Mizwar akan melaporkannya ke kepolisian.
“Ya terpaksa kita lapor polisi. Kita sebagai warga negara berkewajiban
untuk melapor,” tambah Sadar Muslihat, Tim Advokasi Aher-Deddy
Mizwar.(inilah)
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar