Elit Partai Keadilan Sejahtera berkeliling dunia untuk belajar memenangkan Pemilihan Umum Indonesia 2014, termasuk pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2013 dan pemilihan Wali Kota Makassar 2014.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Sulsel Andi Akmal Pasluddin di Makassar, Senin, mengatakan, Sulsel mengutus Sekretaris DPW Amru Saher untuk belajar proses politik pasca kemenangan Partai Puea Thai di Pemilu Thailand 2011.
“Sekarang kita kirim Pak Amru ke Thailand. Ini kegiatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) untuk Pilkada ke negara-negara yang punya kerja sama dengan PKS,” ucapnya.
Menurut dia, di Thailand ke 20 utusan PKS akan mengorek informasi dari Partai Puea Thai yang dipimpin Yingluck Shinawatra, yang masih bisa menang setelah mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra dilengserkan paksa dari kekuasaanya 2008 lalu.
Selain ke Thailand, kata Akmal, dua elit PKS Sulsel dijadwalkan mengikuti agenda yang dilaksanakan Bidang Hubungan Luar Negeri DPP PKS yakni studi banding politik ke Mesir dan Tunisia bulan depan.
Sebelumnya, DPP PKS juga mengutus delegasi pada pemilihan umum di Turki Juni 2011.
Delegasi partai ini melihat langsung ke lapangan pelaksanaan pemilu, mulai dari model kampanye, pemungutan suara, hingga penyelesaian sengketa yang timbul.
Menurut Akmal yang juga Wakil Ketua DPRD Sulsel, DPW PKS Sulsel tidak ikut dalam studi ke Turki karena disibukkan dengan verifikasi partai.
Ia mengemukakan, misi perjalanan luar negeri yang dilakoni PKS adalah untuk mencapai target peringkat tiga pada pemilihan umum 2014 dan peringkat dua di Sulsel.
Akmal menambahkan, dalam upaya menuju PKS sebagai partai moderen kelas dunia, PKS juga telah melaksanakan hubungan kerja sama dengan partai di sejumlah negara maju seperti, China, Malaysia, Inggris, Australia dan Amerika Serikat.
Sumber: Berita PKS
PKS Belajar Politik ke Turki dan Thailand
BANGKOK – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mempelajari proses pemilu di Turki awal Juni lalu serta Thailand pada akhir Juni dan awal Juli. Mereka mengunjungi kampanye sejumlah partai politik besar dan menyaksikan langsung prosesnya.Sekretaris Majelis Pertimbangan Pusat PKS Mardani menyatakan, di kedua negara itu sangat anti terhadap politik uang. Masyarakat Turki tidak menerima politik uang atau sogokan karena pendapatan per kapita mencapai 12 ribu dolar AS. “Jadi, ikut pemilu bukan karena ingin mendapatkan uang, melainkan memang karena panggilan jiwa untuk memperbaiki negara,” ujarnya di Ramkhamhaeng, Bangkok, Thailand, Sabtu (2/7).
Sementara di Thailand, ia menjelaskan, ribuan pendukung golongan putih (golput), atau yang dikenal masyarakat Thailand sebagai Partai Kuning, diperkirakan tidak terlibat dalam politik uang. “Mereka tetap harus mengikuti pemilu dan memilih,” jelas Mardani.
Dalam kertas suara tercantum satu pilihan ‘tidak memilih’. Ia melihat cara ini sangat bagus untuk mencegah jual beli suara.
Politik uang juga dilarang di Thailand berdasarkan perundang-undangan. Sementara itu, politik uang masih marak di Indonesia. “Mereka yang tidak menggunakan uang, tidak akan memenangi pemilu,” kata Mardani. Dia menilai, fenomena tersebut terus terjadi karena perundang-undangan yang tidak menindak tegas pelaku politik uang.
Ketua Badan Pengembangan Kepemimpinan Dewan Pengurus Pusat PKS, Dwi Triyono, menyatakan, Indonesia harus banyak belajar dari pengalaman politik di Thailand. Ia menyatakan, tanpa adanya pembelajaran politik negara lain, Indonesia akan sulit berkembang.
“Partai harus mampu menanamkan idealisme kepada kader dan simpatisannya,” ujar Dwi. Proses ini sangat dibutuhkan agar terlihat perbedaan antara kader yang ingin membangun bangsa dan kader karbitan yang hanya sekadar menginginkan fasilitas negara.
Petinggi Pusat Keislaman Thailand, Jalaluddin, mempersilakan anggota PKS mempelajari politik di negerinya. Dia menyatakan, belum tentu politik di negerinya lebih baik. “Ambil saja yang baik. Yang buruk harap ditinggalkan,” katanya menjelaskan.
Sumber: Berita PKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar