Akhirnya keterwakialan perempuan dalam parlemen Gayo Lues terpenuhi juga, dengan terpilihnya Nurhayati. S.Pd.I kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai anggota legislatif, kendatipun belum mencukupi jumlah Quota yang disyaratkan Undang-undang.
Namun demikian diharapkan nuansa perpolitikan akan mewarnai setiap langkah dan aksi dalam menyoroti ketimpangan yang bermuara merugikan kepentingan umat.
Setelah diambil sumpah anda bukan lagi milik partai atau golongan semata, tetapi sudah menjadi milik rakyat.
Oleh karena itu Jadilah Wakil Rakyat yang Aspiratif, yang harus siap menampung dan menyuarakan aspirasi rakyat dari manapun datangnya.
Anda bukan saja mewakili kepentingan kaum intelektual, berjuis dan kapitalis, tetapi juga mewakili kaum bodoh miskin, dhuafa, gelandangan dan pengemis, yang hak-haknya dikebiri.
Saat rezim Orde Baru (Orba) berkuasa, keberadaan wakil rakyat yang di segala tingkatan perlemen hanyalah sekedar pemain Sirkus Demokrasi dengan bayaran yang tinggi. Sehingga istilah-istilah berkonotasi negatif seperti Datang, Duduk, Dengar ,Duit dan Pulang ditujukan buat anggota dewan yang terhormat.
Tetapi setelah reformasi bergulir situasinya sudah berobah, peran serta anggota legislatif ikut menentukan arah kebijakan eksekutif.
Ironinya, pada pelaksanaannya masih setengah hati, bahkan ada yang ikut bermain curang, akhirnya tidak sedikit pula yang masuk bui.
Kini delapan puluh ribu pasang mata rakyat Gayo Lues, Negeri Seribu Bukit lebih memantau kinerja 20 orang anggota legislatif yang mereka pilih untuk mewakili kepentingannya .
Mereka akan bertanya apakah anda mampu mengawasi jalannya aliran dana pembangunan yang dituangkan dalam APBK bagi kepentingan rakyat, atau hanya jadi penonton dan ikut melegalkan serta mendapat bagian pula dari kecurangan – kecurangan yang terjadi.
Dengan perkataan lain kualitas anggota dewan yang sekarang masih di pertanyakan orang, dan bila demikian halnya maka harapan rakyat jadi sia–sia dan keberadaan wakilnya di pentas dewan tidak lebih dari sekedar mengisi atraksi banyolan belaka.
Oleh karena itu diharapkan kenerja anggota dewan yang terpilih dengan suara mayoritas harus lebih baik dari kinerja anggota dewan sebelumnya dan harapan itu ditujukan pula buat kader PKS Kabupaten Gayo Lues yang kebetulan adalah wanita yang mewakili kaumnya.
Harapan itu tentu beralasan juga sebab kader PKS adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tahu persis dan ikut merasakan penderitaan dan pahit getir kehidupan ibu-ibu di pedesaan selama ini.
Dan biasanya naluri seorang ibu lebih peka terhadap terjadinya rasa ketidakadilan.
Memang benar ada pepatah Gayo mengatakan, lede sara, Kaming sara selo mera jaing, yang tafsiranya mana mungkin kari kambing bisa pedas kalau bumbunya hanya sepotong cabe.
Artinya kalau hanya Nurhayati saja yang berkoar-koar sedangkan yang lain diam saja, sudah tentu tidak berarti apa-apa.
Kendatipun begitu dalam kamus politik tidak pernah kenal kata putus asa, tidak satu jalan ke Roma, bisa di bangun koalisi dengan teman-teman yang mempunyai sudut pandang yang sama, yang paling utama kemauan berbuat harus tetap ada.
Diantara tugas anda bersama anggota dewan lainya adalah membedah Visi dan Misi serta mengevaluasi kinerja kepala daerah Periode 2006 – 2011, apakah sudah ada kemajuan bagi kepentingan rakyat atau kah masih jalan di tempat.
Bila belum ada kemajuan agar segera diingatkan jangan lengah, bila terdapat kemajuan segera dorong supaya lebih ditingkatkan.
Sekedar mengingatkan, waktu terus bergulir tampa terasa Pemilukada 2012 akan segera tiba. Akankah kita biarkan waktu yang tersisa berlalu begitu saja tanpa perobahan yang berarti?
Resapkanlah pada diri mu lirik lagu Padamu Negeri yang mengiringi seremoni pengambilan sumpahmu beberapa waktu lalu.
Bila ingin melihat kehidupan masyarakat Gayo Lues yang sejahtera dan merdeka dari segala bentuk penderitaan, jangan biarkan virus-virus Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) dan kebohongan – kebohongan merajalela. (PKSACEH.NET/Gayo Lues-Dafid)
Sumber: PKS Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar