Sebanyak 1.319 warga dinyatakan suspect Tuberkulosis (TB). Dari jumlah tersebut 133 di antaranya dipastikan positif.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Tutik Karyaningsih mengatakan jumlah penderita TB jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya masih rendah. Akan tetapi melihat kondisi cuaca seperti ini tetap dilakukan kewaspadaan. “Data 1.319 suspect TB tersebut baru sampai bulan April dan jika tidak dilakukan antisipasi sejak dini ditakutkan akan terus mengalami peningkatan,” ujar Tutik, Rabu (18/5).
Dikatakan Tutik, salah satu upaya untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut adalah dengan melakukan pengawasan serta membentuk jejaring di tingkat desa. Dengan langkah itu diharapkan muncul kewaspadaan di tingkat desa sehingga penyebarannya bisa diminimalisasi.
Berdasarkan data di DKK sampai bulan April, Kecamatan Grogol menduduki peringat pertama penderita TB dengan jumlah 20 penderita, diikuti Nguter 16 orang, kemudian yang dirawat di RSUD Sukoharjo mencapai 19 penderita.
Tutik mengatakan, untuk suspect TB, jumlah terbanyak berada di Kecamatan Nguter sebanyak 192 orang dan Kecamatan Sukoharjo sebanyak 144 orang. Para penderita TB kebanyakan berasal dari kawasan padat penduduk. “Melihat data sementara ini kewaspadaan sejak dini terhadap penyakit TB harus segera dilakukan. Dengan seperti itu bisa menekan angka penderita TB,” jelasnya.
Menurutnya, pada tahun 2010 lalu, dari bulan Januari sampai Desember 2010 jumlah suspect TB mencapai 4.705 orang. Sedangkan yang dinyatakan positif menderita TB sebanyak 266 orang. Jumlah terbanyak suspect TB berada di Kecamatan Sukoharjo Kota sebanyak 657 orang dan Kecamatan Nguter 611 orang. Sedangkan untuk penderita TB jumlah terbanyak berada di Kecamatan Nguter 57 orang dan Kecamatan Nguter 39 orang.
Oleh karena itu, DKK membentuk jaringan di tingkat desa untuk disiagakan di masing-masing kecamatan dengan jumlah menyentuh 48 desa dari 157 desa yang ada. “Paling perlu diwaspadai ciri-ciri suspect TB adalah batuk berdahak selama dua minggu, radang tenggorokan, demam tak menentu, penurunan berat badan dan sering keluar keringat dingin,” terang Tutik.
Kepala DKK Agus Prihatmo menambahkan penularan TB lebih mudah jika kondisi basah. Bakteri TB akan mudah bertahan dan berkembang biak pada musim hujan seperti saat ini.
Kemudian mengenai penularan penyakit TB, bisa terjadi lewat semburan dahak penderita dan kontak udara. Karena itu untuk menjaga supaya tidak terjadi penularan, warga diminta untuk rutin membersihkan lingkungan serta kebersihan diri. “Paling mudah menghindari dari penyakit TB dengan cara menerapkan pola hidup sehat,” tandasnya.
Sumber: Joglosemar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar