jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 06 Mei 2009

Hidayat: Jangan Pilih Saya Karena Survei


Hidayat berharap SBY memilih calon wakil presiden berdasarkan nilai atau bobotnya.

VIVAnews. Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, meminta Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono memilih calon wakil presiden berdasarkan nilai atau bobot. Jangan memilih calon wakil presiden berdasarkan hasil survei.

"Survei itu, bukan Tuhan dan bukan hantu," kata Hidayat di ruang pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Senayan, Jakarta, Kamis 30 April 2009. "Dia itu hanya alat untuk memahami apa yang terjadi di dalam masyarakat, dia hanya memetakan apa yang terjadi di masyarakat," kata Ketua MPR itu.

Karena itu, Hidayat tidak mau mendahului kehendak Tuhan. "Kalau pun nanti Pak SBY terpilih (jadi calon presiden), pilihlah (calon wakil presiden) jangan sekadar berdasarkan survei, tapi berdasarkan nilai sebagai tolak ukurnya. Nanti silakan Pak SBY yang menilainya," kata Hidayat.

Meski begitu, Hidayat menyatakan diri siap menjadi calon wakil presiden bahkan calon presiden. "Kami di PKS memang sudah dipersiapkan. Mungkin nanti menjadi presiden atau wakil presiden," katanya.

Dan pembicaraan menuju penunjukan calon wakil presiden ini sedang dilobi oleh Tim Lima yang dipimpin Presiden PKS Tifatul Sembiring. Tim tersebut telah menyerahkan draf kontrak politik pada Partai Demokrat. "Dan kemarin sudah bertemu, sinyal (Demokrat) bagus dan menilai positif," kata Hidayat.

Survei termutakhir dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menemukan Hidayat sebagai pendamping paling tepat untuk Yudhoyono. "Dari 1.118 responden, 37,9 persen memilih Hidayat Nur Wahid," kata Kepala Divisi Penelitian LP3ES, Fajar Nursahid, di Audiotorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta, Kamis 30 April 2009.

Di urutan dua, muncul nama mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung yang dipilih 13,2 persen responden. "Sebanyak 12,5 persen memilih Sri Mulyani, 7,7 persen memilih Hatta Rajasa, dan 3,6 persen memilih Soetrisno Bachir," ujar Fajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar