Oleh : Amrullah Aviv/Kompasiana
Pertama : Ketika para pemimpin PKS sudah tidak
mencintai dan tidak memperhatikan perkembangan kader-kadernya. Kalau hal
ini terjadi maka menjadi perubahan yang sangat drastis, karena PKS
adalah partai kader. Bagi PKS kader adalah rahasia kehidupan umat dan
motor penggerak kebangkitannya. Dan PKS meyakini sejarah seluruh umat
adalah sejarah para kadernya yang cerdik, memiliki kekuatan jiwa, dan
kebulatan tekad. Dan bagi PKS kuat atau lemahnya umat diukur dengan
tingkat kesuburannya melahirkan kader-kader yang memenuhi syarat
kesatria yang benar.
Nah, Ketika para pemimpin PKS sudah tidak
mencintai dan tidak memperhatikan perkembangan kader-kadernya, maka PKS
otomatis goncang.
Kedua : Ketika para Kader PKS sudah tidak lagi
mencintai pemimpinnya. Di PKS para pemimpinnya menduduki banyak posisi,
dan inilah seharusnya posisi bagi para pemimpin terhadap bawahannya.
Para pemimpin PKS di seluruh level seharusnya menduduki ›Posisi ”Orang
Tua” dalam hal ikatan hati, ›Posisi ”Guru”dalam hal fungsi kepengajaran,
›Posisi ”Syaikh” dalam aspek pendidikan ruhani, ›Posisi “Pemimpin”
dalam aspek penentuan kebijakan umum. Ketika para pemimpin
PKS berada di posisinya maka rasa cinta itu akan terus mengalir dari
bawah, dan akan terus mengalir.
Tribulasi politik biasa dengan segala hinaan dan cacian dari seluruh
media dan orang-orang yang sinis terhadap PKS sepertinya tidak
memberikan dampak yang terlalu besar terhadap kinerja dan soliditas.
Sebuah gonjangan akan sangat terasa apabila memenuhi Tiga (3) kondisi
yang mengiringi :
Tapi bukan karena adanya cinta
ini, maka tidak ada pengkritisan dan proses check and balance. Namun
proses pengkritisan ini ada waktunya, yaitu ketika masih dalam
rapat/syura dan belum diputuskan. Namun ketika sudah ada putusan maka
yang ada hanyalah ketaathan. Ada perkataan yang luar biasa : “silakan
angkat orang yang paling lemah, kemudian dengar dan taatilah dia,
niscaya ia akan menjadi orang paling kuat di antara kalian”
Nah, Ketika para Kader PKS sudah tidak lagi mencintai pemimpinnya. Maka dipastikan tidak akan ada ketaatan.
Ketiga
: Ketika para kader PKS kehilangan cintanya terhadap umat. Ketika PKS
mengatakan diri sebagai partai dakwah maka secara tidak langsung mereka
telah menempatkan umat/masyarakat lebih mereka cintai. Presiden PKS,
Anis Matta mengutip tulisan dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia” :
Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami
cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami
gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu
yang diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan
dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus
dibayar.
Nah, Ketika para kader PKS kehilangan cintanya terhadap
umat, maka dipastikan bahwa ummat/masyarakat luas juga akan kehilangan
cintanya terhadap PKS.
Tiga (3) kondisi inilah yang akan
Menghancurkan PKS, yang akan membuat gonjangan besar dan bahkan tsunami
bagi PKS. Pemahaman paradoks/terbalik dari ini semua, maka kebalikan
Tiga (3) kondisi inilah yang juga bisa membuat PKS semakin Besar.
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar