jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 01 April 2013

3 Kehancuran PKS

Oleh : Amrullah Aviv/Kompasiana

Pertama : Ketika para pemimpin PKS sudah tidak mencintai dan tidak memperhatikan perkembangan kader-kadernya. Kalau hal ini terjadi maka menjadi perubahan yang sangat drastis, karena PKS adalah partai kader. Bagi PKS  kader adalah rahasia kehidupan umat dan motor penggerak kebangkitannya. Dan PKS meyakini  sejarah seluruh umat adalah sejarah para kadernya yang cerdik, memiliki kekuatan jiwa, dan kebulatan tekad. Dan bagi PKS  kuat atau lemahnya umat diukur dengan tingkat kesuburannya melahirkan kader-kader yang memenuhi syarat kesatria yang benar.

Nah,  Ketika para pemimpin PKS sudah tidak mencintai dan tidak memperhatikan perkembangan kader-kadernya, maka PKS otomatis goncang.

Kedua : Ketika para Kader PKS sudah tidak lagi mencintai pemimpinnya. Di PKS para pemimpinnya menduduki banyak posisi, dan inilah seharusnya posisi bagi para pemimpin terhadap bawahannya. Para pemimpin PKS di seluruh level seharusnya menduduki ›Posisi ”Orang Tua” dalam hal ikatan hati, ›Posisi ”Guru”dalam hal fungsi kepengajaran, ›Posisi ”Syaikh” dalam aspek pendidikan ruhani, ›Posisi “Pemimpin” dalam aspek penentuan kebijakan umum. Ketika para pemimpin PKS berada di posisinya maka rasa cinta itu akan terus mengalir dari bawah, dan akan terus mengalir.

Tribulasi politik biasa dengan segala hinaan dan cacian dari seluruh media dan orang-orang yang sinis terhadap PKS sepertinya tidak memberikan dampak yang terlalu besar terhadap kinerja dan soliditas. Sebuah gonjangan akan sangat terasa apabila memenuhi Tiga (3)  kondisi yang mengiringi :

Tapi bukan karena adanya cinta ini, maka tidak ada pengkritisan dan proses check and balance. Namun proses  pengkritisan ini ada waktunya, yaitu ketika masih dalam rapat/syura dan belum diputuskan. Namun ketika sudah ada putusan maka yang ada hanyalah ketaathan. Ada perkataan yang luar biasa : “silakan angkat orang yang paling lemah, kemudian dengar dan taatilah dia, niscaya ia akan menjadi orang paling kuat di antara kalian”

Nah, Ketika para Kader PKS sudah tidak lagi mencintai pemimpinnya. Maka dipastikan tidak akan ada ketaatan.

Ketiga : Ketika para kader PKS kehilangan cintanya terhadap umat. Ketika PKS mengatakan diri sebagai partai dakwah maka secara tidak langsung mereka telah menempatkan umat/masyarakat lebih mereka cintai. Presiden PKS, Anis Matta mengutip tulisan dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia” : Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri.  Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar.

Nah, Ketika para kader PKS kehilangan cintanya terhadap umat, maka dipastikan bahwa ummat/masyarakat luas juga akan kehilangan cintanya terhadap PKS.

Tiga (3) kondisi inilah yang akan Menghancurkan PKS, yang akan membuat gonjangan besar dan bahkan tsunami bagi PKS. Pemahaman paradoks/terbalik dari ini semua, maka kebalikan Tiga (3) kondisi inilah yang juga bisa membuat PKS semakin Besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar