jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 22 Juni 2010

Pilkada Sumbar: Menimbang 5 Kandidat Gubernur

Sangat menarik debat kandidat gubernur Sumbar yang ditayangkan TV One beberapa waktu lalu. Kelima kandidat telah memaparkan visi, misi dan janji-janjinya. Telah terlihat pula kelebihan dan kekurangan masing-masing kandidat. Mana kandidat yang visoner, optimis mampu membangun Sumbar dan mengerti SWOT Sumbar sangat terlihat jelas. Mana kandidat yang pesimis, emosional, tidak visioner, gagap menghadapi persoalan dan kurang memiliki kapasitas juga terlihat. Itulah gunanya diadakan debat untuk melihat tidak saja foto (yang selama ini terlihat di jalan-jalan) tetapi juga ”isi kepala” kandidat.

Ada satu yang kurang dari kelima kandidat, yaitu kepeduliannya terhadap pemberdayaan perempuan, pendidikan perempuan dan parenting. Tidak ada kandidat yang menyatakan keberpihakanya kepada ibu menyususi, dan proteksi terhadap bahaya produsen susu formula yang menyalahi etika yang telah ditetapkan WHO dan UNICEF. Tak apalah, saya bisa memaklumi, mungkin karena waktunya yang sangat terbatas.

Saya mencoba ”manyigi” satu persatu kandidat kita sebagai tanggapan pribadi seorang rakyat jelata yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pemberdayaan perempuan, pendidikan dan kesehatan untuk perempuan serta anak-anak, parenting, ekonomi dan politik.

1. Fauzi Bahar
Menurut saya Bapak Fauzi Bahar belum waktunya memimpin Sumbar. Selain baru saja dilantik jadi walikota Padang, PR beliau terhadap kota Padang masih sangat banyak. Biarlah kita beri kesempatan kepadanya untuk membenahi kota Padang yang masih ”bagasilemakpeak” pasca gempa 30 September.

Lagi pula, warga kota Padang masih sangat membutuhkan orang seperti Pak Fauzi yang berani melawan PEKAT yang sangat sulit diberantas khususnya warung remang-remang di pantai Padang. Jika pak Fauzi
berhasil, tiket Gubernur akan sangat mudah kelak diraihnya. Tapi sekali lagi tidak sekarang.

2. Endang Irzal
Prestasi Pak Endang dalam memajukan Semen Padang perlu kita apresiasi. Dalam debat kemaren Pak Endang mengatakan BUMD Sumbar belum profitabel seperti yang diharapkan. Yang bagus katanya baru Semen Padang dan Bank Nagari. Jika begitu, menurut saya Pak Endang tenaganya lebih dibutuhkan untuk fokus membangun BUMD yang rugi terus itu supaya bisa besar dan untung seperti Semen Padang. Karena yang penting bukan menjadi apa kita, tetapi apa yang bisa kita perbuat untuk kemaslahatan
orang banyak.

Ada satu hal yang menarik dari Pak Endang. Yaitu foto SBY yang lebih besar dari dirinya disetiap baliho. Dalam political marketing ini bisa kita terjemahkan sebagai besarnya dukungan SBY. Namun dalam komunikasi politik dapat kita artikan sebai ketidak-PEDE-an Pak Endang. Satu lagi indikasi kurang baik dari hal ini adalah lemahnya kelak bargaining Pak Endang atas kebijakan-kebijakan pusat atas otonomi daerah karena Pak Endang ada dalam jemari SBY.

Selain itu yang menarik dari Pak Endang adalah ketika ia kurang siap menjawab pertanyaan penelis Ichsanudin Noorsy yang juga seorang pengamat ekonomi. Ketika ”diserang” Ichsanudi tampaknya Pak Endang kurang bisa mengontrol emosinya. Salah satu comment di “Endang Irzal Fan's Club For Gubernur Sumbar Pilihan Kita Semua” di Facebook mengatakan : ”Ambo melihat karakter pak Endang dalam debat kurang santun... maaf, gaya bos bana. Kok harga semen padang naik ketika gempa?! ndak bisa dituntaskan...” kecek Sutan Sati.

Gaya bos tentu tidak cocok untuk seorang Gubernur, karena hakekatnya pemimpin itu bukan bos yang harus dilayani, tetapi pemimpin yang bekerja untuk melayani masyarakat.

Nah bagaimana dengan tiga orang profesor kita?

3. Prof. DR. Ediwarman
Jujur saja, saya baru mengenal nama Prof. Ediwarman setelah pencalonan beliau sebagai cawagub. Mungkin saya yang kurang informasi (maklum, belum setahun di Padang). Saya juga tidak punya referensi mengenai track record nya selama ini. Misalnya sejauh mana ketokohanya, sejauh mana kemampuan leadershipnya, sejauh mana kontribusinya selama ini kepada Sumbar dll.

Saya mencari informasi tentang beliau dan saya dapatkan beliau adalah dosen di UMSU Uuniversitas Muhamadiah Sumater Utara) dan pengacara. Alamatnya Jl. Koto Baru II No. 44, Medan, Sumatera Utara. www.padangkini.com

Jika selama ini Prof Ediwarman bermukin di Medan, besar kemungkinan beliau kurang memahami kondisi Sumbar. Berat bagi kita memberi amanah kepada orang yang belum mengenal SWOT Sumbar, sulit bagi kita menjadikanya pemimpin jika track recordnya selama ini belum terekam jelas dan belum juga terlihat kiprahnya selama ini memajukan Sumbar.

4. Prof. Marlis Rahman
Prof kita yang satu ini adalah incumbent yang saat ini memimpin Sumbar. Seperti kita ketahui, pasca diangkatnya Pak Gamawan Fauzi menjadi menteri dalam negeri, maka posisi gubernur Sumbar dijabat oleh Prof. Marlis Rahman.

Sumbar dengan segala kekayaan alamnya membutuhkan pemimpin muda yang cerdas, energik, mau bekerja keras dan visoner. Bukan karena dia tidak cerdas (buktinya bisa jadi profesor), tapi menurut saya Prof. Marlis sudah terlalu tua (68tahun) untuk memimpin Sumbar.

Saya heran kenapa Golkar tidak belajar dari kesalahannya pada “urang gaek awak” Pak Harto tahun 1997. Golkar ketika itu masih mempercayakan tampuk kekuasaan kepada Pak Harto yang sudah uzur. Sekarang kok dibuat lagi kesalahan yang sama. Saya khawatir, jika nanti terpilih, dan Prof. Marlis tidak mampu mengendalikan kepemimpinannya kelak dia dijatuhkan masyarakat secara hina seperti Pak Harto, hilang semua budi baik.

Sudah selayaknya orang seperti Prof. Marlis mengayomi, memberikan kesempatan kepada yang muda dan menjadi guru bagi kita semua. Kasihan kita kepada orang yang sudah sangat tua tapi masih kita dzolimi dengan pekerjaan berat memimpin Sumbar sebuah daerah rawan gempa. Biarlah Guru Besar Unand ini istrihat menikmati hari tuanya bersama istri, anak-anak dan cucu tercinta. Alah mah, jan dipasoan bana, ibo wak dek e....

5. Prof. Irwan Prayitno
Profesor muda kita ini kiprahnya tidak saja nasional tapi juga sudah internasional. Ia merupakan satu dari 100 tokoh nasional. Kita dapat memaklumi waktu yang terbatas dalam debat kemaren tidak memberikan
100% rasa keingintahuan kita tentang ”isi” seluruh kandidat. Tapi saya dapat melihat dari kelima kandidat hanya Prof Irwan yang paling terlihat cerdas, mengerti masalah, visioner, dan optimistis membangun
Sumbar.

Mungkin karena track recordnya yang sudah tidak diragukan lagi sebagai anggota DPR dan kepedulianya kepada pendidikan serta ketaatanya dalam beragama menjadikanya lebih pantas dan layak menjadi gubernur Sumbar.

Selain muda dan cerdas, Prof. Irwan terlihat sekali memahami Sumbar luar dalam.

Dari situs padangtoday.com saya membaca dukungan terhadap Profesor Irwan sudah tidak terbandung lagi. Dukungan terus mengalir dari berbagai tokoh muda Sumbar. Menurut saya Prof. Irwan layak mendapat dukungan itu karena memang hanya beliau yang dapat kita ”harok an” membangun Sumbar.

Setelah membaca, mendengar, berinteraksi, melihat debat, meninmbang dan sebagainya, maka keluarlah pendapat saya ini. Saya bukan anggota tim sukses siapa-siapa, pendapat saya ini murni karena tingginya
harapan saya dan besarnya cinta saya kepada Sumbar. Maka saya menilai yang pantas dan layak memimpin Sumbar ke depan hanyalah Profesor Irwan Prayitno!!!

Mohon maaf jika kita berbeda pendapat, jan berang lo ndak. Kemukokan sajo kalau ado pendapaek nan labiah rancak.

Wasalam


Oleh : Dr. Yesi Elsandra (35 tahun); Ibu Rumah Tangga, Konselor Laktasi, Pemerhati Perempuan dan anak-anak preschool, Penggiat Smart Parenting, Pemerhati Politik dan Ekonomi, Dosen
Sumber: www.facebook.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar