jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Minggu, 10 Mei 2009
Mesin PKS Maksimal Jika SBY Pilih Hidayat Nurwahid
JAKARTA-MI. Mesin politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bisa bekerja semakin maksimal untuk memenangkan pemilihan presiden mendatang jika Susilo Bambang Yudhoyono menggandeng kader terbaik PKS, Hidayat Nurwahid, sebagai calon wakil presiden.
Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Zulkieflimansyah saat menjadi pembicara dalama cara Dialektika Demokrasi di ruang wartawan DPR Jakarta, Jumat (8/5). Menurutnya, sekarang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang menghitung dengan cermat siapa yang akan menjadi kompetitornya di pemilihan presiden (pilpres) mendatang.
Menurut politisi PKS itu, prediksi figur kompetitor di pilpres akan menentukan siapa calon wakil presiden (cawapres) yang akan dipilih Yudhoyono sebagai kandidat incumbent.
"Jika (kompetitor) dinilai tidak kuat-kuat amat, maka cukup cawapres dari kalangan profesional atau non parpol," ujarnya.
Sementara PKS, ujarnya, tetap berminat agar salah satu kader terbaiknya, yakni Hidayat Nurwahid menjadi cawapres yang mendampingi SBY. Jika hal itu terwujud, mesin partai PKS akan semakin maksimal bekerja.
Ia mengatakan, secara psikologis kinerja kader-kader PKS tentu sulit maksimal jika cawapres yang digandeng SBY bukan berasal dari PKS. Kendati demikian, ia menambahkan, PKS telah berkomitmen tetap mendukung siapapun yang nantinya dipilih SBY menjadi cawapres.
Pada bagian lain, Zulkieflimansyah mengakui bahwa posisi tawar partai-partai papan tengah, seperti PKS, PKB, PPP dan PAN, relatif lemah jika dibandingkan dengan Partai Demokrat yang memenagkan pemilu lalu.
"Jelas sekarang ini posisi tawar lebih rendah dibanding Partai Demokrat yang melesat di luar dugaan," ujarnya.
Hal berbeda ditegaskan Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jakfar yang juga menjadi pembicara dalam acara itu. Menurutnya, posisi tawar partai-partai menengah yang bergabung dengan koalisi Partai Demokrat masih cukup kuat jika melihat kualitas kader-kader Demokrat yang nantinya duduk di kursi parlemen.
"Adalah fakta bahwa di antara kader-kader Partai Demokrat yang terpilih sebagai anggota DPR itu tidak saling kenal," ujarnya.
Jika di antara sesama kader satu partai tidak saling kenal serta tidak pula melalui rekrutmen politik yang baik tetapi berhasil mendapat kursi di DPR RI, Marwan menambahkan, lalu bagaimana bisa saling bermanuver, bernegosiasi dan berkiprah politik di parlemen nantinya.
"Jadi untuk koalisi di parlemen, posisi partai-partai tengah dengan kader-kadernya yang sebagian telah berpengalaman tetap diperlukan dan posisi tawar kami tetap tinggi," katanya. (Ant/OL-01)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar