jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Rabu, 23 September 2009
Warsomi, Pejuang Mudik PKS
PK-Sejahtera Online. Lebaran bagi sebagian besar masyarakat adalah waktu yang paling indah berkumpul dengan keluarga, itulah yang menyebabkan sesulit dan sebesar apapun biayanya tradisi mudik sangat diminati seluruh penduduk negeri ini.
Namun ada yang berbeda bagi Warsomi (46 thn) lelaki yang setiap hari berprofesi sebagai sopir DPW PKS Jawa Tengah ini, lebaran berarti saat nebar kebaikan sebanyak-banyaknya. Betapa tidak, ditengah orang sibuk untuk menambah hari cuti kerjanya Warsomi malah tidak mau menggunakan kesempatan cutinya.
Menjelang lebaran seperti ini pria yang akrab disapa pak Isom ini sibuk melayani keluarga kader dan pengurus PKS Jawa Tengah untuk mudik ke kampung halaman.
“Biasanya antara 12 sampai 14 keluarga yang saya antar selama musim lebaran, dan kotanya berbeda-beda ada yang ke Jakarta, Jawa Timur dan paling banyak kota-kota di Jawa Tengah,” terangnya.
Menurut lelaki asli Boyolali ini kegiatan rutin yang dijalaninya selama 6 tahun ini berawal dari keprihatinan melihat repotnya mudik keluarga kader dan pengurus PKS.
“Mudik dengan 7 sampai 11 anggota keluarga bukan sesuatu yang ringan, apalagi mereka rata-rata tidak punya mobil pribadi,” tegasnya.
Perihal biaya Warsomi menegaskan semua pelayanan diberikan secara gratis, karena mobil dan bensinya disediakan oleh DPW.
“Yang penting dapat izin dari pak Prap(sekum DPW), langsung diantar, mereka telah bekerja dengan ikhlas dan terus menerus selama setahun, jadi lebaran diantar sampai rumah itung-itung sebagai THR mereka,” candanya.
Ditanya soal kapan waktu lebaran bersama keluarga, Warsomi mengaku sangat cukup, soalnya menurut kebiasaan Ia tiba dirumah menjelang subuh pas hari H lebaran, sehingga ia bisa sholat dan bersilaturahim dengan seluruh sanak kerabatnya.
“Biasanya jam 14.00 berangkat lagi, waktu segitu sudah cukup soalnya saya kan nikah Pek-nggo (ngepek tonggo-menikahi tetangganya sendiri) jadi ndak perlu pakai mudik,” tegasnya.
Warsomi melakukannya dengan setulus hati, prinsipnya sederhana ia punya tenaga dan keahlian sebagai sopir, dengan sarana itu Warsomi pingin masuk surga. Semoga selamat sampai tujuan pak Isom…(Hadi Santoso)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar