jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Kamis, 21 Mei 2009
PKS Luruskan Penolakan Terhadap Boediono
Riliskan!com. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meluruskan isu yang berkembang mengenai penolakan partai dakwah ini atas pilihan Boediono sebagai cawapres pendamping Susilo Bambang Yudhoyono.
Sekjen DPP PKS Anis Matta menyatakan bahwa hak memilih calon pendamping memang ada di tangan SBY dan Partai Demokrat yang memiliki suara besar dalam pemilu legislatif lalu. PKS, katanya, tidak keberatan. Namun, menurutnya, cara penentuan cawapres tersebut mengindahkan komunikasi politik yang baik.
“Seharusnya, sebelum memutuskan calon pendampingnya, baik SBY maupun Partai Demokrat berkomunikasi terlebih dahulu dengan mitra koalisi. Ini kan tidak. Bagaimana kami menjelaskan kepada konstituen PKS jika ikut koalisi di situ?” tanya Anis dalam jumpa pers di ruang rapat pimpinan FKPS DPR, Kamis (14/5).
Saat ditanya apakah PKS akan tetap berkoalisi dengan Demokrat atau ke kandidat yang lain, seperti JK-Wiranto, Anis menyerahkan pada pemegang otoritas, yakni Majelis Syuro PKS. Kesepakatan berkoalisi, menurutnya, dibangun bukan untuk jangka pendek. Salah satu prinsipnya, katanya, adalah pola komunikasi yang hendak dibangun sebagai dasar yang kokoh dan solid dalam berkoalisi. (sal)
Sumber: http://www.riliskan.com/pks-luruskan-penolakan-terhadap-boediono.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar